Demokrat marah, pasal penghinaan presiden disebut produk SBY
Merdeka.com - Wakil Ketua Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat Boyke Novrizon membantah pernyataan Tim Komunikasi Presiden Joko Widodo, Teten Masduki yang menyebut jika pasal penghinaan presiden dalam revisi KUHP sudah ada sejak masa pemerintahan SBY.
"Jangan kebiasaan rezim Joko Widodo yang selalu melempar sampah ke SBY dan Partai Demokrat, dengan mengatakan itu semua itu salah SBY dan warisan pemerintahan SBY," kata Boyke dalam keterangan tertulisnya, Jumat (7/8).
Boyke yang juga Ketua Umum Angkatan Muda Demokrat ini mengingatkan Jokowi agar sebagai seorang presiden tidak bicara sembarangan, ucapan harus diatur secara benar dan bijaksana.
-
Bagaimana incumbent memanfaatkan popularitasnya? Keberadaannya yang sudah dikenal dapat menjadi modal politik yang kuat dalam meraih dukungan.
-
Siapa yang pantas disindir? Mantan yang berusaha balikan adalah seperti burung gagak yang datang hanya untuk menganggu kehidupan.
-
Siapa yang diduga menghina Prabowo? Media sosial digemparkan dengan akun bernama Fufufafa yang diduga milik Gibran Rakabuming Raka, dan disebut-sebut menghina Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan anaknya beberapa tahun yang lalu.
-
Kenapa Bahlil menyinggung sosok yang kalah di depan PDIP? Di depan PDIP, Bahlil menyinggung sosok yang kalah, untuk tidak menyalahkan institusi lain.
-
Siapa yang dihujat oleh netizen? Anak Sarwendah, Betrand Putra Onsu, merasa sedih mengetahui bahwa ibunya sedang dihujat di media sosial oleh netizen.
-
Siapa yang bisa dianggap menyinggung? Apa yang dianggap 'bahasa yang tidak pantas' oleh seorang kolega bisa jadi tampak tidak berbahaya bagi kolega lain, kata Brandon Smith, seorang terapis dan pelatih karier yang dikenal sebagai The Workplace Therapist.
"Ingat ucapan seorang presiden bisa berdampak luas jika kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan konstitusi," tegasnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya sebelum bicara di media harus dikaji dulu secara baik. "Jangan cari popularitas dengan mengkambinghitamkan orang lain," jelasnya.
Boyke menjelaskan pengusulan pasal pada periode tertentu memang didasari pada keinginan untuk menjaga nama baik kepala pemerintahan, namun ada jeda panjang bagi Presiden Jokowi untuk menganalisis terlebih dahulu pasal tersebut sebelum diusulkan kembali, karena pasal tersebut sudah batal demi hukum di Mahkamah Konstitusi.
Dia mengingatkan jika pasal penghinaan presiden mau dihidupkan kembali dan direvisi ulang itu hak pemerintahan saat ini. Namun jika ada pro kontra jangan diarahkan kepada SBY sebagai presiden periode sebelumnya.
"Sebab pengajuan penghidupan dan revisi pasal ini didasari atas kemauan pemerintahan Jokowi, bukan pemerintahan SBY," tegasnya.
Boyke mencontohkan di era SBY ada demonstran yang menyamakan SBY dengan kerbau, namun para demonstran ditanggapi dengan tenang dan bijaksana. "Tak perlu jadi heboh dan sampai kebakaran jenggot takut pencitraan SBY rusak dan tercederai," sebutnya.
Begitupun sama, lanjutnya tidak usahlah pemerintah saat ini ketakutan yang berlebih dan kebakaran jenggot apabila ada demonstran yang mengkritik pemerintahan Joko Widodo. Sebab, di negara manapun yang namanya demonstran pasti ada, sebagai bentuk cek dan ricek serta koreksi pemerintah itu sendiri.
Boyke mengingatkan agar pasal penghinaan presiden diberlakukan kembali hanya untuk meneror dan membungkam hak-hak demokrasi dan hak-hak menyampaikan pendapat rakyat kepada pemerintah. Jika niat itu yang didasari maka Indonesia akan kembali ke zaman Orba di mana rakyat diteror dan dibungkam hak-hak sosial dan politiknya secara individu dan kelompok.
"Ingat rakyat Indonesia tidak buta dan juga tuli, mereka semua punya pikiran untuk menganalisa dan mengatakan mana emas dan mana kotoran," pungkasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu bocoran pesan itu, menyebut Demokrat kena 'prank' musang berbulu domba.
Baca SelengkapnyaKetua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung pribahasa musang berbulu domba.
Baca SelengkapnyaSBY meminta kader Demokrat itu tidak bicara dan mendengarkan arahan penting darinya.
Baca SelengkapnyaSBY menyinggung peribahasa musang berbulu domba ketika memberikan pernyataan terkait pengkhianatan Anies Baswedan yang memilih Cak Imin sebagai cawapresnya.
Baca SelengkapnyaSBY mengatakan seluruh kader Demokrat wajib bersyukur dikhianati NasDem dan Anies.
Baca SelengkapnyaArtikel ditulis reporter magang kampus merdeka program Kemendikbud: Nayla Shabrina.
Baca SelengkapnyaPesan yang kedua yakni, kader merasa bahwa Partai Demokrat diprank oleh musang berbulu domba. Dia pun mengaku tertegun dengan kalimat itu.
Baca SelengkapnyaPartai Demokrat sedang dibuat meradang akibat ulah Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
Baca SelengkapnyaSBY marah melihat ada kadernya yang asyik ngobrol saat dia sedang memberikan arahan.
Baca SelengkapnyaKetua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku masih bersukur. Meskipun, ditelikung oleh Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaPeristiwa tidak disangka terjadi ketika SBY mendadak marah sampai menunjuk ke arah kader.
Baca SelengkapnyaKetua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY terlihat menahan emosi melihat sikat Capres Anies Baswedan yang memilih Cak Imin dibanding AHY.
Baca Selengkapnya