Denny JA: Efek Jokowi tak sehebat SBY
Merdeka.com - Pemberian mandat Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, kepada Joko Widodo (Jokowi) untuk maju menjadi calon presiden ternyata tak mampu mendongkrak suara partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
Dari hasil hitungan cepat sementara PDIP hanya mampu mendapatkan sekitar 19,5 persen suara, jauh dari perolehan suara yang ditargetkan sebanyak 27 persen.
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan, Efek Jokowi ternyata tak bertahan lama mendongkrak suara PDIP. Menurut dia, perkembangan suara PDIP setelah Jokowi mendeklarasikan diri sebagai capres hanya berkisar 3 persen saja.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Kenapa Jokowi tidak salami Try Sutrisno? Meskipun Try Sutrisno dan istrinya sudah berusaha untuk berdiri dari kursi mereka, Jokowi tidak memberikan salaman kepada keduanya.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Siapa yang usulkan Jokowi jadi pemimpin? Usulan tersebut merupakan aspirasi dan pendapat dari sejumlah pihak.
-
Kapan Jokowi tidak menyalami Try Sutrisno? Sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuai kritik publik saat menghadiri upacara perayaan HUT ke-79 TNI di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Sabtu (5/10). Jokowi tertangkap kamera tidak menyalami Wakil Presiden (Wapres) ke-6 RI, Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno.
"Ini era Jokowi mengalami penggembosan. Dan terbukti untuk pertama kalinya suara Jokowi turun," kata Denny di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (9/4).
Denny mengklaim penurunan elektabilitas Jokowi dimulai pada Maret 2014 saat Gubernur DKI Jakarta itu mendeklarasikan diri siap menjadi capres dari PDIP. Sejak itu, opini publik terhadap Jokowi berubah, sehingga menimbulkan kampanye negatif.
"Ada dua penyebabnya, Jokowi dinilai mengingkari janji dan ada videonya. Kedua kasus pengadaan busway. Jadi Efek Jokowi tidak besar. Efeknya menurun karena negatif campaign. Dan baru pertama kali suaranya (Jokowi) turun," ujar Denny.
Lebih lanjut Denny mengatakan, fenomena Jokowi terlihat berbeda dengan SBY beberapa tahun lalu. Pada April 2009, menurut Denny, SBY berhasil memperoleh suara di atas 60 persen. Sedangkan Jokowi pada April 2014 hanya sampai 40 persen.
"Makanya dulu saya berani bilang SBY satu putaran saja. Kalau Jokowi saya ga berani bilang bakal satu putaran nanti," kata Denny.
Menurutnya, fenomena Jokowi ini semakin menandakan jika opini publik yang suka pada satu tokoh tidak akan bertahan seumur hidup. "Dulu orang suka sama SBY, sekarang turun. Sekarang Jokowi juga begitu," tandasnya. (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
saat mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Wakil Presiden pada pemerintahan 2004 hingga 2009, JK cenderung berselisih paham dengan SBY.
Baca SelengkapnyaPolitikus PDIP Wayan menilai sosok Jokowi sudah mulai berubah.
Baca SelengkapnyaDeddy pun menantang Jokowi untuk mencabut aturan yang membuat rakyat menderita.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDIP Deddy Yevry Sitorus mengkritisi Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) yang turun gunung mendukung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaAgus Harimurti Yudhoyono (AHY) dilantik sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) pada hari Rabu (21/02) lalu
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menanggapi santai kabar ingin merebut kursi Ketua Umum PDIP, yang masih diemban Megawati Soekarnoputri
Baca SelengkapnyaYandri menilai upaya pelaporan terhadap Rocky berlebihan. Meski dia mengakui hal tersebut wajar sebagai sebuah respons kontra.
Baca Selengkapnya