Di balik batalnya deal Mega dengan Ical
Merdeka.com - PDI Perjuangan sebelum mendaftarkan bakal calon presidennya Joko Widodo ( Jokowi ) ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) tengah mencari dukungan suara dari partai lain. Partai Nasdem menjadi partai pertama yang merapat. Lalu disusul oleh PKB dan terakhir Partai Hanura.
Namun sebelum Hanura merapat, Partai Golkar sudah hampir merapat dengan PDI Perjuangan. Hal ini nampak dengan pertemuan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie ( Ical ) dan Jokowi di Pasar Gembrong, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Ini merupakan pertemuan sebagai penjajakan lanjutan.
"Ini-kan kita sudah bertemu di titik yang sama, di pasar kalau sudah bertemu di titik yang sama artinya koalisi," kata Jokowi , Selasa (13/5).
-
Bagaimana PDIP menjelaskan tentang tidak diundangnya Jokowi? 'Tidak ada refleksi khusus atas tidak adanya Pak Jokowi,' kata Hasto di DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (22/5). Hasto mengatakan, PDIP didasarkan pada kekuatan kolektif seluruh anggota mulai dari tingkat anak ranting hingga Satgas Partai. Menurutnya, kekuatan itu menyatu dengan akar rumput.'Karena partai ini didasarkan kepada kekuatan kolektif dari seluruh anggota, dari tingkat anak ranting, ranting, PAC, satgas partai. Dan itu adalah sumber kekuatan partai yang menyatu dengan akar rumput,' tuturnya.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Siapa yang akan menjembatani Jokowi dan PDIP? 'Pak Prabowo yang akan bisa menjembatani kembali, merajut kembali hubungan Pak Jokowi dengan PDIP. Kita tahulah, dalam hati mereka masing-masing sebenarnya sih sangat mungkin ketemu. Kenapa? Ya Pak Jokowi juga kan besar di PDI-P dan PDI-P juga kan pernah ikut dibesarkan Pak Jokowi,' kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3).
-
Siapa yang usulkan Jokowi jadi pemimpin? Usulan tersebut merupakan aspirasi dan pendapat dari sejumlah pihak.
-
Siapa yang ingin diusung oleh PDIP? 'Kalau memang misalnya Pak Anies berpasangan dengan kader kami jadi wagubnya,' Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto kepada wartawan.
Namun rupanya pertemuan Pasar Gembrong bukan deklarasi koalisi final. Partai Golkar masih bermanuver.
Di menit-menit terakhir, Ical kembali mencoba menjalin komunikasi politik. Usai Rapimnas Golkar, Minggu (20/5) malam, dia menyambangi kediaman Megawati Soekarnoputri .
Tapi ternyata koalisi ini tidak dapat terjalin. Berdasarkan informasi yang dihimpun merdeka.com ada beberapa alasan mengapa kedua partai besar ini berseberangan.
Pertama adalah permintaan Ical untuk menjadi wakil presiden dan kedua, permintaan kursi menteri. Permintaan kursi menteri ini tidak tanggung-tanggung, karena kabarnya meminta tujuh menteri.
PDIP memang berkisah ada penumpang terakhir yang minta jatah kekuasaan. Partai itu datang tengah malam setelah koalisi terbentuk, namun ditolak PDIP.
"Karena itulah ketika ada pihak-pihak yang datang mencoba menawarkan suatu kerja sama dengan bagi-bagi kursi pada saat-saat terakhir, dari PDIP mengambil sikap yang tegas serta seluruh komitmen harus diberikan kepada rakyat itu sendiri. Kita tidak punya kewenangan untuk melakukan bagi-bagi kekuasaan kecuali itu kehendak rakyat," kata Wakil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto .
Saat ditanya apakah penumpang terakhir itu Ical , Hasto menjawab diplomatis. "Ya bisa ditafsirkan sendiri," tukasnya.
Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Golkar Ali Mochtar Ngabalin menepis kabar tersebut. Menurutnya Ical berprinsip tidak ada pembicaraan untuk capres dan cawapres. Sebab itu hanya instrumen politik.
"Bahwa kata Bang Ical prinsip dasar yang harus bukan soal posisi presiden atau cawapresnya. Karena itu instrumen untuk kepentingan masyarakat Indonesia," jelasnya saat dihubungi merdeka.com, Senin (19/5).
Sedangkan adanya dugaan alasan penolakan PDI Perjuangan kepada Partai Golkar karena permintaan menteri yang cukup banyak, tujuh menteri, juga dibantah Ali Mochtar. Karena partainya tidak pernah meminta-minta.
"Tidak ada tolak menolak dan tidak ada yang minta meminta," tegasnya.
Ali Mochtar mengungkapkan alasan mengapa Partai Golkar berlabuh ke pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa . Alasan utamanya adalah karena kedua pasangan ini mampu melanjutkan visi misi dan langkah Partai Golkar.
"Prabowo pasangan yang tepat. Untuk melanjutkan pikiran Golkar. Mengenai konsep negara kesejahteraan. Karena Golkar punya konsep blueprint, negara kesejahteraan sampai 2045. Golkar menilai dan menganggap yang dapat melanjutkan adalah Prabowo," ungkapnya.
"Karena Prabowo memiliki manajemen kepemimpinan dan memiliki ketegasan dalam memimpin pemerintahan yang akan datang," tutup Ali Mochtar.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Djarot memastikan komunikasi antara Partai Demokrat dengan PDIP tetap terjalin
Baca SelengkapnyaJalan Anies Baswedan menuju Pilkada 2024 akhirnya kandas.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri mengumumkan para calon kepala daerah untuk menghadapi Pilkada Serentak 2024 pada Senin (26/8).
Baca SelengkapnyaKomandanTe bagian dari strategi pemenangan elektoral terpimpin secara gotong royong yang bertumpu pada mesin partai untuk memenangkan PDIP di Jawa Tengah
Baca SelengkapnyaOno Surono mengatakan, Anies Baswedan memenuhi semua unsur kriteria untuk memimpin Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaWacana pertemuan Megawati dan Jokowi terus bergulir pasca Pilpres 2024 selesai
Baca SelengkapnyaAnies sebelumnya masih mempertimbangkan tawaran PDIP hingga akhirnya menolak.
Baca SelengkapnyaAnies dan DPP PDIP berkomunikasi secara intens saat masa pendaftaran calon kepala daerah dibuka pada Selasa (27/8).
Baca SelengkapnyaPihak Lion Air tetap akan memberikan kompensasi kepada para penumpang atas kejadian gagal berangkat karena kendala teknis tersebut.
Baca SelengkapnyaJalan Anies Baswedan 'berlayar' menuju Pilkada 2024 dipastikan kandas. Setelah 3 hari terakhir Anies terombang ambing mencari tiket maju Pilkada dari PDIP.
Baca SelengkapnyaGerindra sebelumnya tidak diberi tahu PKB terkait pertemuan Cak Imin dengan Ketum NasDem Surya Paloh pada 29 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaKader PKS ungkap alasan partainya batal mengusung Anies Baswedan maju di Pilkada Jakarta 2024.
Baca Selengkapnya