Di rumah pemenangan, Ahok-Djarot dihibur musisi jazz nasional

Merdeka.com - Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat mendapatkan dukungan dari para musisi jazz. Mulai dari Tompi, Idang Rasjidi hingga Dira Sugandi menyampaikan dukungannya di Rumah Pemenangan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat.

Selain menyampaikan dukungan kepada pasangan calon nomor urut 2, para musisi ini juga mendapatkan kesempatan‎ untuk menyumbangkan lagu mereka. Pertunjukan pertama dimulai dengan lantunan lagu Tompi, sontak yang hadir pun turut larut dan lagu yang berjudul Mangga Pisang Jambu dengan iringan khas Jazz.

Setelah Tompi, musisi Jazz senior Idang Rasjidi melantunkan lagu ciptaannya sendiri. Di dalam lantunkan lagu itu berceritakan soal manusia saling memaafkan. "Mari kita saling memaafkan. Saling buka hati, kamu juga buka hati," ujar Idang sambil berdendang, Senin (28/11).

Kemudian, rekan satu Ahok di Belitung Timur ini langsung berjabat tangan dan memeluk pasangan petahana itu. Dia berpesan agar masa Pilkada diisi dengan keteduhan dan merendahkan nada bicara.

"Mari kita jadi sederhana dalam melihat memandang dalam bersikap dalam memposting dan dalam berkata kata. Dan kita bangun Jakarta bersama beliau berdua," terangnya.

Setelah Idang hadir juga Dira Sugandi menyanyikan lagu Kicir-Kicir. Di atas panggung ada juga Happy Salma dan Cathy Sharon turut bernyanyi. Sesekali Djarot ikut berjoget dengan diiringi lagu Kicir-Kicir.

"Saya bukan KTP Jakarta tapi dukung pak Ahok supaya tetap jadi Gubernur. Saya rela naik ojek dengan setelan high heels demi pak Ahok," terangnya.

Berdasarkan pantauan merdeka.com, Djarot nampak asik berjoget di atas panggung semenjak pertama musik jazz membahana di Rumah Pemenangan Lembang. Lain halnya dengan Ahok, dia hanya tersenyum sembari bertepuk tangan melihat aksi pasangannya itu.

Baik Idang dan Tompi mengaku mendukung Ahok-Djarot karena puas dengan kinerja Ahok Djarot. Dia meminta warga Jakarta tak terlalu terpengaruh dengan isu yang mengkotak kotakkan golongan.

"Jakarta ini milik bersama. Bukan milik satu golongan saja," terang Idang.