Diancam interpelasi soal BBM, ini reaksi kubu Jokowi-JK
Merdeka.com - Keputusan pemerintahan Jokowi-JK menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) menimbulkan dampak politik yang tidak sedikit. Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang kini dikuasai oleh koalisi Prabowo, sedang bergulir wacana interpelasi atau hak bertanya kepada pemerintah soal kebijakan yang tidak populis itu.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR Fadli Zon sudah memastikan fraksinya akan menggalang interpelasi untuk Jokowi.
"Kalau dari Fraksi Gerindra pasti akan menggunakan hak konstitusi kita," kata Fadli di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (18/11).
-
Siapa yang menggugat Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI)
-
Kenapa anak buah Jokowi minta tambah anggaran? Sejumlah menteri dan pimpinan lembaga pemerintah ramai-ramai meminta tambahan anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Permintaan itu disampaikan dalam rapat kerja kementerian dan lembaga dengan DPR. Mereka yang meminta tambahan anggaran di antaranya Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
-
Apa yang dibicarakan Jokowi dengan PKB? Menurut dia, Jokowi memuji raihan suara PKB dalam Pileg 2024.
-
Bagaimana cara anak buah Jokowi minta anggaran? Permintaan itu disampaikan dalam rapat kerja kementerian dan lembaga dengan DPR.
-
Siapa yang dipanggil Jokowi? Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil dua menteri Partai Kebangkitan Bangsa, yaitu Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia (Mendes-PDTT) Abdul Halim Iskandar dan Menaker Ida Fauziyah.
Gerindra tidak sendirian. Jika rencana tidak berubah, semua fraksi kubu Koalisi Merah Putih (KMP) akan menggunakan salah satu hak pamungkas anggota DPR itu. Lalu bagaimana sikap kubu Jokowi-JK menanggapi hal ini? Berikut ulasannya:
PDIP tak kaget soal rencana interpelasi
Sejumlah fraksi parpol di DPR yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) berniat untuk menggunakan hak interpelasi kepada Presiden Jokowi yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Namun niatan ini dinilai bukan hal yang mengejutkan bagi PDIP, partai pengusung Jokowi.Wasekjen PDIP Ahmad Basarah mengaku tidak terkejut dengan interpelasi yang akan digulirkan KMP di parlemen soal BBM. Bahkan dia memprediksi KMP juga akan menggunakan angket nantinya ketika melihat ada peluang untuk melakukan hal tersebut."Karena sejak awal hal tersebut hanya tinggal persoalan waktu saja. Bahkan menurut prediksi saya akan ada beberapa lagi penggunaan hak interpelasi atau hak angket lainnya yang akan digulirkan KMP terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang lainnya," ujar Basarah dalam pesan singkat, Rabu (19/11).Basarah menuding, KMP bisa bertahan setelah pilpres lalu memang niatannya untuk mengendalikan pemerintah Jokowi. Karena itu, partai-partai di KMP sepakat untuk berada di luar pemerintahan."Hal itu selaras dengan motif dipertahankannya eksistensi KMP pascapilpres yang lalu, yakni untuk menjadi kekuatan oposisi yang akan mengawasi atau bahkan mengendalikan jalannya pemerintahan Jokowi," tegas dia.
JK santai tanggapi rencana interpelasi
DPR berencana menggunakan hak interpelasi kepada presiden atas keputusan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Terkait hal ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla terlihat santai.Dia mengatakan akan menjawab pertanyaan para anggota dewan dewan apabila hak interpelasi digunakan."Interpelasi kan bertanya, akan kita jawab," tegas JK di Kantor Pos Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (19/11).JK mengatakan, pemerintah akan hadir apabila diminta DPR. Namun, apakah Presiden dan Wakil Presiden akan memenuhi undangan hadir di DPR secara langsung atau diwakili menteri terkait, JK tidak menjawab."Pasti pada waktunya diminta kita akan penuhi," tutur JK.
Politikus PDIP sebut interpelasi untuk jatuhkan Jokowi
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Aria Bima menduga wacana interpelasi terkait kenaikan BBM, yang digulirkan Koalisi Merah Putih (KMP) tak lepas dari muatan politis untuk menjatuhkan Presiden Jokowi. Ini lantaran KMP merasa dominan di DPR."Hak interpelasi beraroma politik,â kata Aria di Jakarta beberapa waktu lalu.Aria mengatakan, DPR kini lebih berorientasi pada persoalan kalah dan menang. âKoalisi Prabowo bisa menggunakan apa pun di DPR karena kuat dan jumlah mereka banyak," katanya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dipanggil DPR sebagai buntut pernyataannya terkait dana bansos dari uang Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaMenteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengungkapkan, ada protes dari investor ibu kota nusantara (IKN) kepada Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaDPR akan memanggil Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan buntut pernyataannya terkait bantuan sosial (bansos) berasal dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca SelengkapnyaGanjar menilai pemakzulan presiden tidak bisa sembarang dilakukan
Baca SelengkapnyaHasto mengatakan, seharusnya Presiden Jokowi berjanji di hadapan rakyat.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah alasan yang membuat isu pemakzulan terhadap Jokowi kembali mencuat.
Baca Selengkapnya"Mungkin Pak Jokowi perlu datang ke Desak Anies sekali-kali, itu kan terbuka," kata Jazilul Fawaid
Baca SelengkapnyaGibran juga merespons tudingan keterlibatan Jokowi yang memberi dukungan untuk paslon 02.
Baca SelengkapnyaMenurut peneliti BRIN, seharusnya Jokowi tidak mobilisasi intelijen negara untuk memata-matai partai politik.
Baca SelengkapnyaTim Hukum Nasional AMIN sudah menyiapkan format laporan terkait pernyataan Jokowi ke Bawaslu.
Baca SelengkapnyaPDIP meminta isu pemakzulan terhadap Jokowi ini bisa segera direspons
Baca SelengkapnyaIstana menegaskan ramainya kritik kepada Jokowi merupakan vitamin bagi demokrasi Indonesia.
Baca Selengkapnya