Diaspora Partai Rakyat Demokratik setelah 16 tahun
Merdeka.com - Cita-cita revolusi Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang didirikan 16 tahun lalu gagal. Rezim Soeharto keburu beringas dengan meluluhlantakkan partai itu hanya beberapa bulan setelah dideklarasikan pada 22 Juli 1996. Para pemimpin dan kader PRD di daerah-daerah diburu, diculik, disiksa dan kemudian dipenjarakan.
Beberapa di antara mereka bahkan tidak 'pulang' hingga detik ini. Sebut saja Wiji Thukul, Petrus Bima Anugerah, Suyat, Herman Hendrawan, yang menjadi bagian 13 orang hilang pada kurun waktu 1997-1998. Namun tak semua kisah para mantan aktivis PRD sesuram nasib Thukul dkk.
Sebagian lain dari mereka kini sudah menikmati buah reformasi. Ada yang sudah hidup mapan, masuk partai politik lain, bahkan menjadi bagian dari penguasa. Meski tak sedikit juga dari mereka yang masih aktif bergerak di 'bawah tanah' dan memilih jalan sunyi.
-
Siapa saja yang menjadi korban kekejaman Orde Baru? Mirisnya, pasca tragedi 1965, banyak umat Buddha di kampung Sekar Gadung serta umat agama lain yang bersinggungan dengan ajaran kejawen menjadi korban kekejaman pemerintah Orde Baru.
-
Siapa pemimpin Orde Baru? Orde Baru merujuk kepada masa pemerintahan Soeharto yang berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
-
Kenapa para jenderal diculik? Para Jenderal Angkatan Darat dituding sebagai Dewan Jenderal, mereka tidak loyal dan berniat mengkudeta Presiden Sukarno.
-
Apa yang terjadi pada perwira tersebut di dalam tahanan? Dalam video, tampak sekumpulan pria berpakaian serba oranye, bertuliskan 'Narapidana Militer'. Sementara tentara yang menjadi tahanan baru, mengenakan seragam loreng dan dipajang di tengah lapangan. Pangkat yang melekat di pundaknya tidak ada artinya. Perwira itu digojlok oleh para tahanan senior. Perwira itu diperintah untuk menyebutkan nama dan pangkatnya.
-
Dimana mitos pemimpin hanya menjabat satu periode ada? Selain di Demak, mitos hampir serupa juga dijumpai di beberapa kabupaten, seperti Kendal dan Temanggung.
-
Apa yang terjadi pada tokoh PKI yang kebal peluru? Ada sejumlah tokoh PKI ternyata tak mempan ditembak. Mereka punya ilmu kebal peluru.
"Alumnus-alumnus PRD sudah mengambil jalan hidup berbeda-beda. Ada yang menjadi politisi, pebisnis, jurnalis, jadi dosen, peneliti di dalam maupun luar negeri, jadi kepala desa, jadi kiai, pastor, budayawan dan sebagainya," kata Budiman Sudjatmiko, mantan Ketua Umum PRD saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (24/7).
Budiman, yang pernah dipenjara rezim Soeharto karena dituduh sebagai dalang kerusuhan 27 Juli 1996, kini meniti karier politik di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Dia kini duduk sebagai anggota DPR periode 2009-2014. Pilihan Budiman kepada partai banteng ini memang tak jauh-jauh, mengingat PRD dulu sempat menggadang-gadang Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDIP, sebagai capres menggantikan Soeharto.
Berbeda dengan Budiman yang berada di kubu oposisi, kalangan eks partai berhaluan sosialis-demokrat ini juga banyak bercokol di eksekutif. Sebut saja Andi Arief yang kini menjabat sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Sewaktu Budiman dipenjara di LP Cipinang, Andi Arief adalah orang yang memegang kendali partai. Pria yang dulu memiliki nama samaran Mirah Mahardika ini pun sempat menjadi korban penculikan.
Di pemerintahan, masih ada juga eks aktivis PRD yang lain, seperti Dita Indah Sari dan Faisol Riza. Dua orang yang pernah dipenjara itu kini menjadi Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sebuah jabatan yang tak asing mengingat keduanya sangat dekat dengan dunia perburuhan.
Namun, tak semua eks PRD kini bermain di dunia politik. Petrus Haryanto misalnya, kini ia adalah seorang pebisnis buku. Mantan sekjen PRD itu kini mengelola sebuah penerbitan kecil-kecilan. Beda lagi dengan Raharjo Waluyo Jati, yang pernah menjabat salah satu ketua PRD. Dia kini aktif di gerakan petani tembakau, setelah sebelumnya memimpin Radio VHR (Voice of Human Rights). Sementara, Nezar Patria, pelaksana sekjen PRD selama Petrus ditahan, kini menjadi Redaktur Pelaksana di situs berita VIVAnews.com.
Pilihan Henry Kuok barangkali yang paling 'menyepi' di antara teman-temannya dulu. Setelah menyelesaikan doktor hukumnya di Washington, perwakilan PRD di KPU dulu itu kini menjadi seorang pastor di perkampungan orang miskin di Chicago, AS.
Budiman mengatakan pengalaman mereka selama bersama-sama memperjuangkan demokrasi di masa Orba begitu kuat, karena sampai mempertaruhkan nyawa. "Saya yakin pengalaman itu tak mudah dihapus, dan jika rakyat serta sejarah kembali memanggil, mereka tak akan ragu bergelut lagi untuk tercapainya tujuan Indonesia merdeka," kata Budiman.
Mungkin, lanjut dia, cara yang digunakan tidak persis sama seperti dulu. "Tapi dengan keahlian, jejaring dan ide yang mereka peroleh dalam lapangan kehidupan mereka sekarang," ujarnya. "Saya percaya bahwa mereka masih merasa berutang untuk menuntaskan tugas sejarah." (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah nama yang aktif dan menjadi bagian dari Partai Gerindra ternyata memiliki masa lalu yang cukup kelam.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar menyumbang paling banyak caleg DPR mantan narapidana yaitu mencapai 9 orang.
Baca SelengkapnyaSosok Budiman Sudjatmiko ramai menjadi sorotan. Sebabnya, politisi PDIP itu membelot dari garis partai dan memilih mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaRatusan kader ini mengikuti langkah politik yang diambil Maruarar Sirait.
Baca SelengkapnyaMomen lawas Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid setelah dipulangkan ke Indonesia setelah disandera di Irak.
Baca SelengkapnyaSaid diketahui sudah lima kali terpilih menjadi Anggota DPR RI sejak 2004. Said menyebut dia kembali maju pada Pileg 2024 lalu karena perintah partai.
Baca SelengkapnyaProfil Bambang Kristiono, Anggota Tim Mawar Ikut Prabowo Berkiprah di Politik
Baca SelengkapnyaSebagai putri bangsawan dari Luwu, ia dibesarkan dengan pendidikan yang menekankan nilai-nilai dan perilaku yang harus dimiliki seorang bangsawan.
Baca SelengkapnyaSebanyak 580 anggota DPR akan dilantik besok, Selasa (1/10).
Baca SelengkapnyaDari pergantian pemimpin itu, partai pengusung yang berkuasa juga berganti.
Baca SelengkapnyaSejumlah pers diberedel pada masa Orde Baru karena mengkritik pemerintah.
Baca Selengkapnya