Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dilihat dari track record, Setya Novanto belum mewakili rakyat

Dilihat dari track record, Setya Novanto belum mewakili rakyat Setya Novanto. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Kasus pencatutan nama presiden dan wakil presiden membuat nama baik Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kembali tercemar. Apalagi, pencatutnya adalah Ketua DPR, Setya Novanto yang meminta sejumlah saham dari PT Freeport Indonesia.

Kelakuan tersebut membuat kepemimpinan Novanto sebagai pimpinan DPR diragukan. Sebagai wakil rakyat, dia telah bertindak di luar kewenangannya, ditambah nama yang dicatut adalah kepala negara dan wakilnya.

"Setya dinilai meragukan sebagai wakil rakyat, karena jika memang dia wakil rakyat tidak berbuat seperti itu mencatut nama orang seenaknya. Apalagi yang dicatut adalah orang yang berpengaruh untuk negara. Kepentingan rakyat prosedurnya harus baik karena ini kepentingan negara. Kalau Setya Novanto dilihat dari track record saja belum bisa dianggap menjadi wakil rakyat," ucap pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Katolik Parahyangan, Asep Warlan Yusup ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta, Selasa,(17/11).

Tindakan sepihak yang dilakukan Novanto dalam proses perpanjangan kontrak pertambangan di Tanah Papua menambah buruk pandangan rakyat terhadap DPR. Rakyat tak lagi percaya terhadap wakil-wakilnya yang duduk di kursi legislatif.

"Jika memang benar dia dalang dari semuanya, rakyat juga tidak akan percaya lagi dengannya dan DPR semakin dinilai tidak baik," jelasnya.

Asep menambahkan, DPR harus tegas dalam menangani kasus pencatutan nama yang dilakukan Novanto. Sebab, selain mempertaruhkan nama baik DPR juga menyangkut kepentingan negara.

"DPR seharusnya jangan makin menutupi hal ini atau 'mengamankan'. Seharusnya DPR tegas, ini kasus bukan main-main, menyangkut semuanya, khususnya negara. Bukan satu dua kali DPR menutupi kasus Setya," tuturnya.

Bukan kali ini saja Novanto terjerat sebuah kasus hukum. Novanto juga pernah disebut-sebut dalam sidang persidangan tindak pidana korupsi, mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin sebagai seorang sinterklas yang hobi bagi-bagi duit.

Nazar berkicau dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pengadaan paket penerapan kartu tanda penduduk berbasis nomor induk kependudukan secara elektronik (eKTP) tahun anggaran 2011-2012 di Kementerian Dalam Negeri.

Nazaruddin pernah mengadukan dugaan korupsi dalam proyek eKTP kepada KPK, antara lain mengenai aliran dananya yang disebut mengalir ke sejumlah anggota DPR seperti Bendahara Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto yang menerima RP 300 miliar.

Selain itu, Ketua dan Wakil Ketua Komisi II DPR dan anggota sebesar 2,5 persen dari anggaran. Ketua dan Wakil Ketua Banggar 2,5 persen dari anggaran hingga Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mendapat USD 2 juta melalui adiknya Azmi Aulia Dahlan.

(mdk/tyo)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Politikus PDIP Sebut Jokowi Berubah, Sulit Diungkapkan dengan Kata-Kata
Politikus PDIP Sebut Jokowi Berubah, Sulit Diungkapkan dengan Kata-Kata

Politikus PDIP Wayan menilai sosok Jokowi sudah mulai berubah.

Baca Selengkapnya
VIDEO: TKN Prabowo-Gibran Jawab Tudingan Abuse of Power
VIDEO: TKN Prabowo-Gibran Jawab Tudingan Abuse of Power "Yang Punya Pengalaman Siapa?"

Tiga isu tersebut terkait penyelewengan aparatur negara, manipulasi hukum, dan cacat moral pasangan Prabowo dan Gibran

Baca Selengkapnya
Profil Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Terpilih Jadi Ketua KPK Baru
Profil Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Terpilih Jadi Ketua KPK Baru

Setyo memperoleh suara tertinggi dalam voting sebagai ketua KPK mengalahkan kandidat lainnya yakni Fitroh Rohcayanto dan Johanis Tanak.

Baca Selengkapnya
Megawati Dituding Gelisah Sebut Penguasa Mirip Orba, FX Rudy Ungkit Tiket Capres Jokowi Sejak 2014
Megawati Dituding Gelisah Sebut Penguasa Mirip Orba, FX Rudy Ungkit Tiket Capres Jokowi Sejak 2014

Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo membela Megawati Soekarnoputri usai menyebut penguasa hari ini seperti zaman orde baru

Baca Selengkapnya
Megawati Sindir Penguasa Mirip Zaman Orba, TKN Prabowo: Kegelisahan Gagal Jadikan Jokowi Alat Partai
Megawati Sindir Penguasa Mirip Zaman Orba, TKN Prabowo: Kegelisahan Gagal Jadikan Jokowi Alat Partai

TKN Prabowo membantah pernyataan Ketua PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri soal pemerintahan Jokowi seperti Orba

Baca Selengkapnya
Megawati Bicara Pemerintah seperti Orba, TKN Prabowo-Gibran: Pak Jokowi Sangat Demokratis
Megawati Bicara Pemerintah seperti Orba, TKN Prabowo-Gibran: Pak Jokowi Sangat Demokratis

Menurut Nusron, sistem seperti orde baru hanya terjadi apabila ada pembungkaman suara-suara tokoh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Megawati Sindir Pihak Berupaya Rekayasa Pilkada: Tolong Netral Siapa Pemenang Terima Saja
Megawati Sindir Pihak Berupaya Rekayasa Pilkada: Tolong Netral Siapa Pemenang Terima Saja

Megawati berpesan kepada pihak berupaya merekayasa Pilkada untuk netral.

Baca Selengkapnya
Ubedilah Badrun Kritik Indeks Demokrasi Turun di Era Jokowi
Ubedilah Badrun Kritik Indeks Demokrasi Turun di Era Jokowi

Menurut dia, sejumlah Presiden Jokowi seolah tidak pro terhadap tegaknya demokrasi.

Baca Selengkapnya
Jokowi Tanggapi Pengakuan Agus Rahardjo soal Kasus e-KTP Setnov: Untuk Apa Diramaikan Itu?
Jokowi Tanggapi Pengakuan Agus Rahardjo soal Kasus e-KTP Setnov: Untuk Apa Diramaikan Itu?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara terkait pernyataan mantan Ketua KPK Agus Rahardjo yang diminta di untuk memberhentikan kasus e-KTP.

Baca Selengkapnya
TPN Ganjar-Mahfud Soal Jokowi Bilang Presiden Boleh Berpihak: Bisa Jadi Alasan Pemakzulan
TPN Ganjar-Mahfud Soal Jokowi Bilang Presiden Boleh Berpihak: Bisa Jadi Alasan Pemakzulan

Menurutnya hal itu tidak sejalan dengan semangat negara hukum yang menjamin tidak ada diskriminasi.

Baca Selengkapnya
Otto Hasibuan Nilai Amicus Curiae Megawati Tak Jadi Pertimbangan Hakim MK Beri Putusan Sengketa Pilpres
Otto Hasibuan Nilai Amicus Curiae Megawati Tak Jadi Pertimbangan Hakim MK Beri Putusan Sengketa Pilpres

Menurut Otto, MK hanya sebatas menerima saja pengajuan Amicus Curiae namun tidak menjadi pertimbangan hukum beri putusan.

Baca Selengkapnya
Hasto Sindir Prabowo Tidak Bisa Blusukan Seperti Jokowi, TKN: Setiap Orang Gayanya Beda-Beda
Hasto Sindir Prabowo Tidak Bisa Blusukan Seperti Jokowi, TKN: Setiap Orang Gayanya Beda-Beda

TKN Prabowo-Gibran membantah pasangan nomor urut 2 tidak bisa blusukan

Baca Selengkapnya