Djarot 'mengadu nasib' di Sumatera Utara
Merdeka.com - PDI Perjuangan memilih Djarot Saiful Hidayat sebagai bakal calon gubernur Sumatera Utara dalam pilkada serentak 2018. Pilihan ini cukup berisiko karena Djarot dinilai tidak punya rekam jejak di provinsi itu. Popularitas Djarot pun belum teruji bahkan modal sosialnya dinilai kurang.
Saat mengumumkan nama Djarot di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis (4/1), Megawati Soekarnoputri beralasan kenapa memilih orang luar untuk menjadi cagub, karena gubernur Sumut sebelumnya selalu bermasalah dengan hukum. Megawati yang mengenal Djarot sejak lama menilai rekam jejak Djarot sebagai wali kota blitar dua periode dan Wagub serta Gubernur Jakarta sangat baik dan bersih.
Megawati yakin, Djarot bisa diterima oleh masyarakat Sumatera Utara yang berkarakter terbuka. "Saya pikir kok enggak ada yang mampu, saya putar-putar, saya pikir eh kok ada orang dekat saya lupakan. Menurut saya orang ini bisa, ya sudah Pak Djarot," katanya.
-
Kenapa Sudaryono sulit menjadi Calon Gubernur Jateng? Namun perjalanannya untuk menjadi Calon Gubernur Jateng bakal terjal karena Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, belum secara tegas akan memberikan rekomendasi padanya.
-
Siapa yang diusulkan ke PDI Perjuangan untuk calon gubernur di Jakarta? 'Nama-nama akan tersaring sesuai dengan usulan dari daerah-daerah. Mohon maaf, belum bisa kami sebut karena masih melakukan proses pencermatan,' kata Hasto di Posko Pemenangan, Jakarta, Senin (6/5) malam.Ia pun tak memungkiri Ahok dan Anies adalah tokoh yang diusulkan kepada PDI Perjuangan untuk diusung sebagai kepala daerah di Jakarta.
-
Siapa yang direkomendasikan oleh DPP PDIP sebagai calon wakil wali kota? Putri politisi senior PDIP Aria Bima, Sukma Putri Maharani, mengaku legowo dan menerima keputusan DPP PDIP yang merekomendasikan Bambang Nugroho (Bambang Gage) sebagai bakal calon wakil wali kota mendampingi Teguh Prakosa di Pilkada Solo di Pilkada Solo 2024.
-
Bagaimana PKB memutuskan soal Pilkada Sumut? 'Nanti tanya Desk Pilkada, saya sebagai ketua umum tidak ikut-ikut urusan, karena semuanya diatur oleh Desk Pilkada, Pilkada nanya Desk Pilkada deh saya tidak ikut-ikut,' tegasnya.
-
Bagaimana PDI Perjuangan menyaring calon gubernur? Politisi asal Yogyakarta itu menjelaskan bahwa nama bakal calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan akan disaring melalui usulan dewan pimpinan cabang (DPC) dan dewan pimpinan daerah (DPD).
-
Siapa yang bisa jadi PPPK di Sumut? PPPK adalah kategori pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah dengan kontrak kerja, bukan melalui jalur rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Apalagi, lanjut Megawati, di Sumatera Utara banyak warga yang merupakan keturunan Jawa. "Pengumuman (deklarasi Djarot) tanggal 7 (Januari). Maka masuk rombongan tanggal 7 Januari. Tolonglah terima Pak Djarot. Di sana banyak juga Jawa-nya," ujar Megawati.
Sementara Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang dikonfirmasi soal bakal cawagub yang akan dipasangkan dengan Djarot mengungkapkan, sosok yang dipilih berasal dari kalangan muda yang mencintai olahraga sepak bola.
"Pecinta olah raga sepakbola yang luar biasa, tapi beliau juga punya rekam jejak pendidikan yang sangat baik, dan itulah yang nanti kami akan usung," kata Hasto.
"Dan yang terpenting adalah pemimpin yang senapas dengan kebijakan dari bapak Joko Widodo, itu yang akan kita dorong di Sumatera utara," ujarnya.
Sedangkan Djarot mengaku telah mengantongi beberapa nama calon wakil gubernur yang akan mendampinginya. Djarot menetapkan syarat bagi calon pendampingnya. "Ya mau bekerja, bersih mau bekerja keras mendedikasikan untuk kepentingan Sumut dan niatnya adalah untuk membangkitkan Sumut karena potensinya luar biasa," ujarnya.
Modal sosial Djarot kurang
Dipilihnya Djarot sebagai bakal cagub Sumut oleh PDIP mendapat sorotan dari pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Arifin Saleh Siregar. Dia mengakui keputusan PDIP telah membuat Pilgub Sumut menjadi tontonan yang sangat menarik.
"Cuma untuk menang, Pak Djarot bersama partai, dan tim suksesnya masih harus kerja keras. Mereka harus bisa meyakinkan warga Sumut untuk memilihnya," ucap Arifin, Kamis (4/1).
Menurut Arifin, Djarot masih harus mengatasi masalah modal sosial yang kurang untuk bersaing pada Pilgub Sumut. Dia bukan orang Sumut dan sama sekali tidak memiliki kaitan langsung dengan daerah ini. "Dua pilgub sebelumnya, cagub Sumut juga diimpor PDIP dari daerah lain, namun masih ada kaitannya, yaitu mantan Pangdam dan satu lagi orang Batak. Itu pun keduanya kalah," jelas Arifin.
Popularitas Djarot, lanjut dia, selama ini hanya ekspos media massa dan media sosial saat dia memimpin DKI Jakarta, baik bersama Basuki Tjahja Purnama atau Ahok, maupun saat menjabat menjadi gubernur. "Itu belum cukup. Apalagi memimpin Blitar atau DKI itu beda dengan Sumut. Karakter tempat dan waktunya sangat berbeda," sebutnya.
Arifin juga mengkritisi pernyataan Mega yang memilih Djarot karena dia merupakan orang dekatnya. "Seharusnya yang dipilih bukan orang dekat Bu Mega, tapi orang yang dekat dengan warga Sumut. Toh Bu Mega juga tidak memilih di Sumut," sebut Arifin.
Satu hal lagi yang menjadi catatan Arifin adalah, banyaknya warga suku Jawa di Sumut juga tidak jadi jaminan Djarot bakal mendapat banyak dukungan. "Politik kesukuan itu tidak laku di Sumut. Kalau itu laku, tentu di Langkat bupatinya bukan Ngogesa Sitepu yang orang Karo, karena di sana suku Jawa yang dominan. Begitu juga di Simalungun yang mayoritas Jawa, bupatinya justru JR Saragih. Jadi kesukuan itu memang tidak laku di Sumut," pungkasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PDIP menyindir banyaknya partai politik yang mendukung Wali Kota Medan Bobby Nasution untuk maju di Pilkada Sumut
Baca SelengkapnyaPDIP membuka peluang mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat untuk dicalonkan pada Pilkada Sumut.
Baca SelengkapnyaPDIP tidak dapat kursi DPR RI dari daerah pemilihan Sumatera Barat. Pasangan Capres-Cawapres yang mereka usung ketika itu pun hanya mendulang belasan persen sua
Baca SelengkapnyaSelain Jakarta, PDIP juga tengah menjaring nama-nama untuk Pilkada Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPDIP belum memutuskan bakal mendukung siapa di Pilkada Sumut 2024
Baca SelengkapnyaMenurut Djarot, Jokowi sengaja menggunakan cara kotor, seperti membagikan bansos untuk mendapat suara
Baca SelengkapnyaWalikota Solo, Gibran Rakabuming Raka tak lagi jadi kader PDIP. Sebab, dia memilih maju bersama Prabowo Subianto sebagai Cawapres di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaDjarot juga menyingung soal kinerja Bobby selama menjabat sebagai Wali Kota Medan
Baca SelengkapnyaDjarot menegaskan koalisi gemuk bukan jaminan menang.
Baca SelengkapnyaDjarot menyebut perlu sosok yang mampu menangani permasalahan mendesak.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengaku kecewa dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaPerebutan kursi antara calon anggota DPR petahana dan wajah baru tersaji di beberapa daerah.
Baca Selengkapnya