Djarot Saiful Hidayat: Pemimpin Harus Berkata Baik, Tidak Gebrak Meja
Merdeka.com - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP, Djarot Saiful Hidayat menyempatkan diri berkunjung ke Museum Multatuli dalam safari kebangsaan di Kabupaten Lebak, Banten. Kunjungan ini mengilhami keduanya.
Djarot mengaku melihat perjuangan Multatuli melawan kolonialisme dan melihat potret kemiskinan. Mantan wagub DKI Jakarta itu yakin Jokowi terinspirasi Multatuli.
"Bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah sekarang adalah melawan kemiskinan, hijrah dari kemiskinan ke kesenangan, kebodohan ke kepintaran. Indonesia pintar itu seperti itu. Saya yakin Pak Jokowi juga diinspirasi oleh Mulatuli," kata Djarot usai mengelilingi museum Multatuli, Kamis (20/12).
-
Apa kritik Djarot untuk Jokowi? Menurut Djarot, meski tidak melanggar prosedur, tindakan Jokowi melanggar etika moral.
-
Apa yang dikatakan Hasto soal Jokowi? Lebih lanjut Hasto menyatakan, Jokowi ingin mempertahankan kekuatan politik dengan menguasai parpol. Tidak hanya PDIP namun juga Partai Golkar pimpinan Airlangga Hartarto, salah satu pembantunya di Kabinet Indonesia Maju.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Apa yang Jokowi lakukan di Solo? Kini Jokowi dan Iriana kembali menjadi warga biasa di RT 07 RW 08 Kelurahan Sumber, Kecamatan, Solo.Setelah kembali menetap di Solo, pria kelahiran 21 Juni 1961 dan istrinya akan dilibatkan dalam kegiatan warga seperti pertemuan RT dan lainnya.
-
Siapa yang Jokowi temui? Jokowi bersama Ibu Negara Iriana terlebih dahulu menyapa anak-anak di tenda pengungsian. Jokowi dan Iriana membagikan makan siang, susu, makanan ringan, hingga buku kepada anak-anak yang ada di posko tersebut.
Djarot pun terinspirasi oleh roman Max Havelaar karya Multatuli. Bahwa pemimpin harus peduli kepada masyarakat miskin.
"Pemimpin harus merangkul bukan memukul. Harus berkata baik, jangan menggebrak meja. Harus timbulkan keteduhan dan optimisme bukan ketakutan dan represif," ucapnya.
Sekjen Hasto Kristiyanto juga mengatakan memilih pemimpin tidak yang represif. Dia pun mengilhami kunjungan sebagai pengingat nilai perjuangan manusia melampaui batas dan bertahan dari tekanan.
"Pesannya jangan memilih pemimpin yang represif. Pilihlah yang terus cari nilai kemanusiaan hidup. Itulah esensi dalam seluruh perjuangan, antikolonialisme, antipenjajahan, antipengisapan, yang terinspirasi dari Pancasila," kata Hasto.
Kedatangan Hasto dan Djarot disambut oleh Kepala Museum Multatuli Ubaidillah Muchtar. Mereka lebih dulu melihat di area patung Multatuli, Saidjah, dan Adinda. Ubaidillah menerangkan kepada Hasto dan Djarot, patung-patung itu merupakan karya pematung terkemuka Dolorosa Sinaga.
Patung itu, menurut Ubaidillah, melambangkan bersatunya manusia-manusia yang mendambakan keadilan tiada peduli ras dan bangsanya. Juga menganjurkan semangat mencari ilmu pengetahuan lewat buku.
Hasto bersama Djarot juga menilik barang-barang bersejarah milik Edward Dowes Dekker, pemilik nama asli Multatuli. Seperti novel Max Havelaar edisi pertama yang masih berbahasa Prancis (1876), tegel bekas rumah Multatuli, lukisan wajah Multatuli, peta lama Lebak, arsip-arsip Multatuli, dan buku-buku lainnya.
Mereka juga menyempatkan melihat surat Sukarno kepada sahabatnya Samuel Koperberg. Surat Sukarno kepada Samuel Koperberg dikirim dari pembuangannya di Ende. Isi surat 27 September 1935 itu, Sukarno mengungkapkan kondisi di tempat pembuangannya: sepi, jalanan berdebu dan hawa panas.
Ende sebuah kota tepi pantai yang terletak di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pemerintah kolonial mengasingkan Sukarno ke Ende selama empat tahun, yakni dari 1934-1938.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Djarot membandingkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaButet dilaporkan relawan Jokowi ke Polda DIY pada Selasa (30/1).
Baca SelengkapnyaDjarot menuturkan, Jokowi yang meminta kepada PDIP agar mengusung keduanya sebagai kepala daerah
Baca SelengkapnyaButet dinilai menghina Presiden Jokowi saat membacakan pantun di kampanye Ganjar Pranowo.
Baca SelengkapnyaHasto mengklaim mendapatkan pandangan tersebut ketika menemui masyarakat Jawa Tengah yang menyampaikan penilaiannya soal Jokowi.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengaku kecewa dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaHasto Kristiyanto pun mencontohkan soal data impor beras karena terbukti tahun ini harus impor 6 juta.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku pernah berbicara dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca Selengkapnya"Setiap Mas Ganjar datang lalu ada yang ngintili. Hari ini Mas Ganjar akan datang menemui kita, kemarin sudah ada yang ngintili."
Baca SelengkapnyaRelawan Pro Jokowi (Projo) DIY resmi mencabut laporannya terkait dugaan penghinaan yang dilakukan oleh budayawan Butet Kartaredjasa.
Baca SelengkapnyaDalam arahannya, Megawati dua kali menyebut nama Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaAir mata Hasto mengucur bukan karena tidak bisa menjawab pertanyaan penguji sidang doktornya, melainkan ketika menyinggung soal kepemimpinan Presiden Jokowi.
Baca Selengkapnya