Elektabilitas Melejit di Survei, Sandiaga Sebut Pemilu akan Ketat Hingga Last Minute
Merdeka.com - Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno menyambut baik hasil survei Litbang Kompas. Dari survei itu, jarak elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi selisih 11,8 persen. Menurutnya, hasil litbang kompas mirip dengan survei internalnya.
"Ya alhamdullilah, alhamdullilah kita mendapati ada kesamaan dari hasil Kompas dan saya yang kita temukan dari 2,5 bulan yang lalu. Jadi ini satu afirmasi bahwa konsep kita bisa diterima tapi masih harus kerja keras," kata Sandiaga di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, Rabu (20/3).
Sandiaga mengaku juga menyerahkan hasil survei lain ke Badan Pemenangan Nasional (BPN). Dirinya mengaku tak ikut memantau hasil survei belakangan ini.
-
Bagaimana Sandiaga Uno melihat perhelatan Pilkada Jakarta? 'Saya optimis para calon ini nanti akan beradu gagasan dan mencoba memenangkan hati dan pikiran dari warga masyarakat Jakarta,' kata Sandiaga.
-
Bagaimana skenario tunda pemilu bisa terjadi? Pada awal tahun 2023, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengeluarkan putusan yang mengejutkan terkait penundaan pemilu 2024. Skenario Tunda Pemilu Putusan ini menimbulkan dugaan bahwa ada rencana dari sekelompok tertentu untuk mengatur penundaan pemilu tersebut.
-
Apa dampak skenario tunda pemilu? Implikasi dari penundaan ini adalah memunculkan ketidakpastian politik, potensi timbulnya konflik, serta meragukan legitimasi pemerintahan berikutnya.
-
Apa itu Sengketa Pemilu? Sengketa Pemilu adalah konsekuensi yang mungkin terjadi dalam sistem penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Walaupun sistem sudah dirancang sebaik mungkin, kemungkinan pelanggaran yang bisa mencederai kualitas Pemilu masih bisa terjadi.
-
Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil pemilu? Hasil pemilu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks dan bervariasi tergantung pada konteks politik suatu negara. Beberapa faktor yang umumnya dapat memengaruhi hasil pemilu meliputi: 1. Kandidat dan Partai Politik, 2. Isu Pemilu, 3. Faktor Ekonomi, 4. Media Massa, 5. Partisipasi Pemilih, 6. Sistem Pemilu, 7. Peraturan Pemilu, 8. Sentimen Publik, 9. Dukungan Elektoral, 10. Perubahan Demografis.
-
Siapa yang diprediksi menang? Prediksi skor untuk laga ini berdasarkan statistik adalah kemenangan Spanyol dengan defisit dua gol atas Jerman.
"Saya sudah serahkan kepada BPN, diakhir-akhir ini sudah enggak saya ikuti. Internal lagi sekitar 2,5 bulan lalu ketika fokus ke survei internal kami angkanya sekitar segitu. Antara 9-11 (persen) perbedaan," kata Sandi.
Dia mengingatkan supaya relawan Prabowo-Sandi terus bekerja keras, lantaran hari pencoblosan tinggal sebentar lagi yakni tanggal 17 April 2019. Sandi meyakini elektabilitasnya bersama Prabowo terus menanjak.
"Di 21 hari terakhir di 24 Maret akan sprint. Angka kita terus mengejar dan kita fokus memberikan solusi kepada masyarakat saya semakin yakin punya peluang baik," ucapnya.
Eks Wakil Gubernur DKI Jakarta itu berharap perhari ini elektabilitas Prabowo-Sandi terus membaik. Menurut Sandi, strateginya terbukti dan Pilpres berlangsung ketat.
"Hembusan-hembusan angin bahwa (survei beda) 20 persen lebih ya sudahlah itu tidak menjadi kenyataan bahwa sekarang prediksinya pemilu akan berlangsung ketat. Nah ini memang yang menjadi prediksi kita di injury time ini di last minute," tandasnya.
Dikutip merdeka.com dari Harian Kompas Rabu (20/3), berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini lebih tipis dibandingkan survei Litbang Kompas Oktober 2018. Elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini hanya selisih 11,8 persen. Jokowi - Maruf mendapat perolehan suara 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Ma'ruf 37,4 persen. Sebanyak 13,4 persen masih merahasiakan pilihannya.
Metode pengumpulan pendapat menggunakan wawancara tatap muka sejak tanggal 22 Februari - 5 Maret. Survei ini diikuti 2.000 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Tingkat kepercayaannya 95 persen dengan margin of error penelitian plus/minus 2,2 persen.
Sebelumnya pada Oktober 2018 lalu, Litbang Kompas juga telah merilis elektabilitas dua pasangan capres. Saat itu, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebanyak 52,6 persen sedangkan Prabowo- Sandiaga Uno32,7 persen. Sebanyak 14,7 persen masih merahasiakan pilihannya. Saat itu, selisih suara keduanya masih 19,9 persen.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menuai kontroversi ternyata mempengaruhi elektabilitas para capres.
Baca SelengkapnyaSandiaga Uno yakin Pemilu 2024 tak berlangsung dalam satu putaran karena tiga paslon capres cawapres bersaing ketat.
Baca SelengkapnyaSejumlah lembaga survei memprediksi Pilpres 2024 bisa berjalan satu putaran.
Baca SelengkapnyaHari pencoblosan Pemilu semakin dekat. Empat lembaga survei memotret elektabilitas para Capres Cawapres.
Baca SelengkapnyaHasil quick count di sejumlah lembaga survei, suara Prabowo-Gibran sementara unggul.
Baca SelengkapnyaSekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani meminta kepada seluruh kader Partai Gerindra untuk tetap tenang, santun, dan jaga diri.
Baca SelengkapnyaMenurut dia, hal ini tercermin dari elektabilitas Prabowo-Gibran
Baca SelengkapnyaSoal perolehan suara Prabowo-Gibran di hitung cepat yang mencapai 59%, JK menilai hasil itu hanya hitungan sementara bukan merupakan hasil akhir Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaAda lima surat suara yang akan diterima pemilih saat mencoblos pada 14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaDi urutan pertama adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dengan perolehan suara 16,68 persen.
Baca Selengkapnya