Elektabilitas Naik di Survei Litbang Kompas, Kubu Prabowo Singgung OTT Ketum PPP
Merdeka.com - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Andre Rosiade menyambut baik hasil survei Litbang Kompas yang menyatakan selisih antara Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf semakin tipis. Menurutnya, hasil survei itu semakin menguatkan bahwa Prabowo-Sandi akan memenangkan Pilpres 2019.
"Intinya survei Litbang Kompas memberikan sinyal kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa 17 April 2019, Prabowo akan menjadi Presiden Republik Indonesia," kata Andre saat dihubungi merdeka.com, Rabu (20/3).
"Di mana Kompas sudah menyatakan bahwa Jokowi sudah di bawah 50 persen dan memberikan sinyal sebenarnya ini. Sinyal saja. bahwa Prabowo akan unggul di 2019 nanti," sambungnya.
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Kenapa Prabowo diprediksi menang di Pilpres 2024? “Dorongan dari Pak Jokowi itu membuat Pak Prabowo Subianto sekarang lebih unggul. Endorse dari Pak Jokowi yang sudah kelihatan itu kan.“
-
Apa yang membuat Prabowo unggul? Survei yang selesai mereka lakukan pada 6 Februari atau delapan hari jelang pemungutan suara itu menemukan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 53,5 persen. Pasangan tersebut unggul telak dibanding dua kompetitornya, Anies-Muhaimin yang elektabilitasnya 21,7 persen dan Ganjar-Mahfud dengan tingkat keterpilihan 19,2 persen.
-
Siapa yang meyakini Prabowo-Gibran menang? Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menargetkan suara pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tembus di atas 51 persen usai kampanye akbar terakhir di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Sabtu (10/2/2024).
-
Bagaimana Prabowo-Gibran unggul dalam Pilpres? Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, Prabowo-Gibran unggul dengan suara sah sebanyak 96.214.691 dari total suara sah nasional, atau setara dengan 58,6%. Keduanya juga dilaporkan unggul di 36 Provinsi.
Andre menilai elektabilitas Jokowi-Ma'ruf kini bisa kini semakin merosot. Mengingat Ketua Umum PPP Romahurmuziy salah satu partai koalisi Jokowi-Ma'ruf baru saja di tangkap KPK karena terlibat kasus jual beli jabatan di Kementerian Agama. Kasus itu, kata dia bisa mempengaruhi elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.
"Orang dekat presiden ditangkap KPK, teman diskusi presiden ditangkap KPK. Orang kepercayaan presiden ditangkap KPK. Ketua umum partai pendukung Jokowi ditangkap KPK, pasti lebih nyungsep lagi," ungkapnya.
Terlebih lagi, lanjut Andre, saat ini masyarakat sudah tak lagi percaya dengan kinerja Jokowi sebagai capres petahana. Pasalnya, banyak janji kampanye yang belum ditepati.
"Jadi gini sederhana ya, rakyat butuh lapangan kerja terbuka, rakyat tuh harus punya harga-harga kebutuhan bahan pokok terjangkau, rakyat ingin pertumbuhan ekonomi meningkat. Ini yang tidak bisa dihadirkan oleh Jokowi dan rakyat ingin kasus Novel Baswedan selesai itu tidak mampu dilakukan oleh Pak Jokowi," ucapnya.
Seperti dikutip merdeka.com dari Harian Kompas Rabu (20/3), berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini lebih tipis dibandingkan survei Litbang Kompas Oktober 2018. Elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini hanya selisih 11,8 persen. Jokowi - Maruf mendapat perolehan suara 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Ma'ruf 37,4 persen. Sebanyak 13,4 persen masih merahasiakan pilihannya.
Metode pengumpulan pendapat menggunakan wawancara tatap muka sejak tanggal 22 Februari - 5 Maret. Survei ini diikuti 2.000 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Tingkat kepercayaannya 95 persen dengan margin of error penelitian plus/minus 2,2 persen.
Sebelumnya pada Oktober 2018 lalu, Litbang Kompas juga telah merilis elektabilitas dua pasangan capres. Saat itu, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebanyak 52,6 persen sedangkan Prabowo- Sandiaga Uno32,7 persen. Sebanyak 14,7 persen masih merahasiakan pilihannya. Saat itu, selisih suara keduanya masih 19,9 persen.
Disebutkan pula, penyebab menurunnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf karena sejumlah hal. Seperti perubahan pandangan atas kinerja pemerintah, berubahnya arah dukungan kalangan menengah atas, membesarnya pemilih ragu pada kelompok bawah dan persoalan militansi pendukung yang berpengaruh pada penguasaan wilayah.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasil survei LSI Denny JA menunjukkan elektabilitas Prabowo lebih unggul dari Ganjar.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengalami peningkatan cukup signifikan, namun tidak jauh dari Ganjar.
Baca SelengkapnyaAdapun survei yang dilakukan pada awal Desember 2023
Baca SelengkapnyaNamun, sebanyak 24,9 persen responden belum menentukan pilihannya
Baca SelengkapnyaDukungan kuat dari para pemilih loyalnya semenjak Pilpres 2019 silam, membuat elektabilitas Menteri Pertahanan tersebut terus menguat.
Baca SelengkapnyaElektabilitas menjadi topik yang santer dibicarakan mendekati Pemilihan Presiden 2024.
Baca SelengkapnyaSurvei Prabowo-Gibran tembus 50 Persen, Kaesang Optimistis Satu Putaran
Baca SelengkapnyaLSI memperlihatkan, tren elektabilitas Prabowo Subianto terus mengalami peningkatan sejak Januari hingga Juli 2023.
Baca SelengkapnyaLembaga survei sejauh ini selalu menempatkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di posisi teratas capres dan cawapres 2024.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Prabowo menyalip calon presiden lainnya.
Baca SelengkapnyaEektabilitas Prabowo berada di angka 39,7 persen naik dibanding Agustus 2023
Baca SelengkapnyaKendati Prabowo unggul secara angka, bakal calon presiden (bacapres) yang unggul di Jawa Timur belum bisa dipastikan.
Baca Selengkapnya