Elektabilitas Tak Capai 50%, Jokowi Fokus Kerja Benahi Ekonomi
Merdeka.com - Elektabilitas Capres Jokowi tak mencapai 50 persen. Survei Median November 2018, posisi Jokowi berada di 47,4 persen, hanya terpaut 12,2 persen dengan Prabowo di bawahnya. Salah satu penyebabnya, adalah isu ekonomi.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Arief Budimanta menyatakan, pihaknya lebih memilih fokus bekerja. Supaya kebijakan ekonomi yang sedang diterapkan berjalan baik.
"Satu ya fokus bekerja agar kemudian untuk kebijakan-kebijakan pembangunan itu memang memiliki spektrum kualitas yang lebih baik. Ini yang sekarang sangat serius dikerjakan pak Jokowi," kata Arief di Megawati Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/11).
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Apa yang diungkapkan The Economist tentang elektabilitas Prabowo-Gibran? Kabar terbaru, sebuah survei dirilis oleh media asal Inggris, The Economist, yang menyebut pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapatkan dukungan sekitar 50% masyarakat Indonesia.
-
Mengapa persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di era Jokowi menurun? Adapun jika melihat trennya, persepsi positif menurun, sebaliknya persepsi negatif meningkat.
-
Di mana Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
Arief menjelaskan, ada tiga hal utama yang dihasilkan kebijakan ekonomi. Masalah stabilitas harga sembako, lapangan kerja, dan kemiskinan. Jokowi menurutnya, sudah menghasilkan stabilitas harga pangan, dan angka kesejahteraan yang lebih baik.
"Kita kemudian masih memiliki PR agar lapangan pekerjaan yang tercipta lebih banyak, kemiskinan yang turun bisa lebih cepat dan lebih besar, tentu saja pemerintah pusat dalam hal ini presiden enggak bisa bekerja sendiri," jelas Wakil Ketua KEIN ini.
Arief menilai, survei Median ini menjadi dorongan untuk bekerja lebih keras memenuhi ekspektasi masyarakat. Agar perubahan secara nyata dapat dirasakan di tingkat akar rumput.
"Kedua, kerja-kerja yang dilakukan itu seyogyanya ditransmisikan melalui proses komunikasi publik yang baik. Ini menurut saya sudah dilakukan kok dengan kualitas yang mumpuni," katanya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari Oktober 2023, elektabilitas PDI Perjuangan mengalami penurunan dari 20,8 persen, lalu 19,7 persen dan 19,1 persen di Desember 2023
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca SelengkapnyaThe Economist menyoroti program keberlanjutan yang diusung paslon ini.
Baca SelengkapnyaPenurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud dinilai karena blunder gaya kampanye yang menyerang Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaMenurut LSI, belakangan ini Prabowo sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca Selengkapnya"Kalau tingkat kepuasan Jokowi naik maka kabar baik bagi Prabowo, kurang baik bagi Anies," kata kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta
Baca SelengkapnyaJokowi effect diyakini mampu mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran
Baca SelengkapnyaBelum tentu adanya korelasi kepuasan Jokowi dengan elektabilitas Gibran.
Baca SelengkapnyaPergerakan akar rumput Ganjar-Mahfud nyaris tidak ada
Baca SelengkapnyaSurvei LSI Denny JA yang mengusung tema "Di Ambang Pilpres Satu Putaran Saja" ini dilakukan pada periode 16-26 Januari 2024.
Baca SelengkapnyaPasangan Ganjar-Mahfud kini berada juru kunci dengan elektabilitas 15,3 persen.
Baca SelengkapnyaCak Imin pun optimistis Ridwan Kamil dan Ahmad Luthfi akan menang, usai Jokowi menyatakan dukungan dan turun kampanye.
Baca Selengkapnya