Evolusi Ruhut, dari serang Jokowi kini ajak berkoalisi
Merdeka.com - Kritik pedas dari mulut Ruhut Sitompul terus menerus ditujukan kepada Joko Widodo. Politisi Demokrat itu sangat sinis kepada orang nomor satu di ibu kota itu.
Ruhut bahkan berkomentar pedas sejak Jokowi belum terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Saat menjadi Gubernur pun, Ruhut sempat menyebut Jakarta justru makin amburadul di tangan Jokowi.
Namun anehnya, Juru Bicara Partai Demokrat itu, tiba-tiba melunak saat partainya akan berkoalisi dengan PDIP. Ruhut berbalik arah mendukung Jokowi menjadi cawapres berpasangan dengan Pramono Edhie Wibowo yang diusung partainya menjadi capres.
-
Siapa Ajudan Prabowo yang dulu ajudan Jokowi? Setelah bertugas selama satu periode dengan Presiden Joko Widodo, Teddy sekarang menjadi ajudan Prabowo Subianto.
-
Bagaimana Prabowo membantu Jokowi? Jokowi mengajak Prabowo masuk dalam jajaran menterinya, dengan menjabat Menteri Pertahanan.
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
-
Bagaimana Prabowo mendapatkan dukungan dari Jokowi? “Dorongan dari Pak Jokowi itu membuat Pak Prabowo Subianto sekarang lebih unggul. Endorse dari Pak Jokowi yang sudah kelihatan itu kan.“
-
Siapa yang mendampingi Jokowi saat mencoblos? Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana mencoblos capres-cawapres, caleg DPR RI, DPD RI, dan DPRD Kota Jakarta.
-
Siapa yang akan menjembatani Jokowi dan PDIP? 'Pak Prabowo yang akan bisa menjembatani kembali, merajut kembali hubungan Pak Jokowi dengan PDIP. Kita tahulah, dalam hati mereka masing-masing sebenarnya sih sangat mungkin ketemu. Kenapa? Ya Pak Jokowi juga kan besar di PDI-P dan PDI-P juga kan pernah ikut dibesarkan Pak Jokowi,' kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3).
Bagaimana evolusi Ruhut dari lontaran sinis menjadi pujian terhadap Jokowi? Berikut merdeka.com rangkum.
Ruhut sebut Jokowi tak pantas jadi gubernur
Ruhut Sitompul mengatakan Joko Widodo alias Jokowi tidak pantas duduk sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ruhut mengatakan dengan melihat rekam jejak karir Jokowi saja, tidak pantas untuk menjadi orang nomor satu di Ibukota itu.Menurut Ruhut, Jokowi bisa menang karena warga terpengaruh oleh pencitraan Jokowi yang dibangun melalui media."Ada tidak track recordnya, jadi gubernur saja tidak pantas," kata Ruhut.
Ruhut: Pedagang mebel mau jadi Capres, belum levelnya
Ruhut Sitompul menilai Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo belum levelnya jika dipilih menjadi Capres 2014. Menurut Ruhut, rekam jejak Jokowi yang pernah menjadi pedagang mebel tidak pantas dicalonkan untuk memimpin negeri ini."Pedagang mebel mau jadi calon presiden, belum levelnya. Memang mudah jadi presiden? Aku tidak mau bodohi rakyat, aku mau cerdaskan rakyat," kata Ruhut kepada merdeka.com, Minggu (19/5).Ruhut pun meminta rakyat Indonesia pintar-pinta memilih dan memperhatikan rekam jejak calon presiden. Dengan tegas Ruhut mengatakan jika Jokowi bukanlah sosok yang pantas jadi presiden."Aku tidak dukung. Aku mau pimpinan negara punya track record cerdas, bersih. Tapi jangan dia (Jokowi). Rakyat harus lebih cerdas, jangan pilih orang karena pencitraan," tegas Ruhut.
Blusukan Jokowi sia-sia
Anggota Komisi III DPR Ruhut Sitompul mengatakan kegiatan blusukan Gubernur DKI Jakarta Jokowi dianggap percuma dan sia-sia. Sebab, Jakarta masih dilanda banjir dan membuat warga kesusahan."Terbukti kan, blusukannya Jokowi percuma, satu tahun lebih Jakarta masih banjir dan macet. Gimana mau ngurus Indonesia kalau ngurus Jakarta saja tidak bisa," cetus politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul saat dihubungi, Jakarta, Senin (13/1).Ruhut mengatakan Jokowi bisa terpilih menjadi Gubernur Jakarta lantaran mengumbar janji-janji. Bahkan, dalam sehari, lanjut Ruhut, Jokowi menebar pesona dengan janji-janji lebih dari 10 kali."Makanya Jokowi - Ahok bisa menang. Jokowi bisa menang karena janji bisa atasi banjir macet secepatnya. Sekarang tahu sendiri kan, masih tetap banjir dan macet," ujar Ruhut."Mana buktinya janji Jokowi bisa atasi banjir dan macet, sekarang aja tambah parah. Seharusnya masyarakat juga sadar, janji dia belum terbukti," tutupnya.
Di tangan Jokowi, Jakarta makin amburadul
Ruhut Sitompul mengatakan di tangan Jokowi, Ibukota Jakarta justru semakin amburadul. Menurut Ruhut, ibukota belum menunjukan perbaikan sejak dipimpin oleh Jokowi."Sekarang saja sudah amburadul, banjir dan macet makin gila," kata Ruhut kepada merdeka.com, Minggu (19/5).Politisi Demokrat itu juga mengkritik gaya Jokowi yang gemar blusukan ke kampung-kampung. Ruhut mengatakan, untuk mengatasi seabrek masalah, harusnya Jokowi bersama dengan wakilnya Basuki T Purnama lebih memutar otak."Tidak cukup blusukan, datang temui rakyat yang susah. Kerja di belakang meja, buat strategi," kata anggota DPR itu.
Ngajak duet Jokowi jadi cawapres Pramono Edhie
Dari semua kritik Ruhut Sitompul kepada Jokowi, hampir semua berisi cacian. Mulai dari Jokowi tidak layak jadi Gubernur, belum level dicalonkan presiden, hingga menyebut Jakarta makin amburadul di tangan Jokowi.Namun, tiba-tiba cacian Ruhut berbalik 180 derajat. Juru Bicara Partai Demokrat ini memilih Jokowi menjadi Cawapres jika Capres yang diusung partainya adalah Pramono Edhie Wibowo. Ruhut mengatakan jika partainya berkoalisi dengan PDIP, maka dia setuju Jokowi lah yang mendampingi Pramono Edhie."Saya yang merupakan tim sukses Pak Pramono Edhie inginnya beliau yang menjadi capres dan disandingkan dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan kami selalu terbuka untuk Pak Jokowi, namun beliau merupakan salah satu capres dari PDIP sehingga perlu ada komunikasi koalisi lebih lanjut," kata Ruhut, kepada Antara di Sukabumi, Jumat.Ruhut mengatakan pada pemilihan presiden mendatang partainya akan tetap berkoalisi dan tidak akan maju sendiri untuk memenangkan pilpres tersebut."Untuk mencapai kuota kursi 20 persen sangatlah sulit maka kami akan memilih tetap berkoalisi dengan partai lain, karena akan mempermudah pemenangan pilpres nanti," kata Ruhut kepada Antara di Sukabumi, Jumat.Menurut Ruhut, sudah cukup banyak partai lain yang juga ingin berkoalisi pada pilpres mendatang, namun yang paling intens komunikasi koalisi dengan partai berlambang banteng itu, karena Partai Demokrat dengan PDI Perjuangan mempunyai hubungan sejarah yang cukup erat seperti salah satu capres konvensi yakni Pramono Edhie pernah menjadi ajudan dari Megawati Soekarnoputri saat menjabat sebagai presiden."Tidak menutup kemungkinan pada pilpres nanti kami akan berkoalisi dengan PDIP, karena sahabat-sahabat saya seperti Puan Maharani dan Tjahjo Kumolo sering berkomunikasi dengan saya tentang koalisi," tambahnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dukungan terbuka Presiden Prabowo Subianto terhadap pasangan calon Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Pilkada Jateng yang disampaikan dalam sebuah video menuai polemik.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengaku diyakinkan oleh anak-anak muda Partai Gerindra untuk menerima tawaran bergabung dengan pemerintahan Jokowi.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) sempat bertarung di Pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaDengan turunnya Jokowi menandakan strategi PDIP dalam memenangkan Pramono Anung dan Andika Perkasa berjalan dengan baik.
Baca SelengkapnyaPrabowo memutuskan bergabung dengan pemerintahan Jokowi. kKarena satu pemikiran untuk memajukan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaid menyebut PDIP tidak mempersoalkan kehadiran Effendi di kubu RK-Suswono.
Baca SelengkapnyaPrabowo tampak datang sendiri ke Istana Merdeka untuk menemui Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaCapres Prabowo Subianto makin percaya diri bertarung di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSudaryono memutuskan tidak maju Pilkada Jateng usai dilantik sebagai Wamentan
Baca SelengkapnyaUjang Komarudin memprediksi semua relawan Pro Jokowi akan dukung Prabowo.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengatakan, tidak masalah jika partai koalisi di tingkat nasional punya koalisi berbeda di tingkat daerah.
Baca SelengkapnyaGanjar dan Prabowo saling klaim mendapat dukungan Presiden Jokowi
Baca Selengkapnya