Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Fadli Zon Minta Maaf & akan Temui Mbah Moen Karena Polemik Puisi 'Doa yang Ditukar'

Fadli Zon Minta Maaf & akan Temui Mbah Moen Karena Polemik Puisi 'Doa yang Ditukar' Fadli Zon. ©2017 dok foto dok ri

Merdeka.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon meminta maaf terkait puisi "Doa yang Ditukar". Dia kembali menegaskan puisi tersebut tidak ditujukan kepada sesepuh NU, Kiai Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

Bahkan, Fadli berencana bersilaturahmi kepada Mbah Moen untuk menjelaskan maksud dari puisinya tersebut. Sebab, menurutnya, baik Mbah Moen dan keluarga pasti tidak nyaman dengan polemik puisinya itu.

"Dalam waktu dekat Insya Allah saya mungkin akan bersilaturahim ke K.H. Maimoen Zubair. Meskipun puisi saya sekali lagi tidak pernah ditujukan untuk beliau, sebagai salah satu aktor politik saya ingin meminta maaf karena kontestasi politik yang terjadi saat ini mungkin telah membuat beliau dan keluarga menjadi tidak nyaman akibat gorengan orang-orang yang tak bertanggungjawab," kata Fadli melalui keterangan tertulis, Minggu (17/2).

Orang lain juga bertanya?

Dia mengaku sangat menghormati Mbah Moen baik sebagai ulama maupun pribadi. Di beberapa kesempatan, Fadli bertemu dengan Mbah Moen seperti di tanah suci Mekah, di pesantren Syekh Ahmad bin Muhammad Alawy Al Maliki, di Rusaifah.

"Di tengah pembelahan dikotomis akibat situasi perpolitikan di tanah air, saya selalu berpandangan agar penilaian kita terhadap para ulama sebaiknya tidak dipengaruhi oleh penilaian atas preferensi politik mereka. Hormati para ulama sama seperti halnya kita menghormati para guru atau orang tua kita," ujarnya.

Bahkan, Fadli mengklaim tidak rela ulama seperti Mbah Moen diseret-seret ke ranah politik demi kepentingan pihak tertentu. Alasan ini membuatnya menulis puisi tersebut.

"Inilah yang telah mendorong saya menulis puisi tersebut. Saya tidak rela ada ulama kita dibegal dan dipermalukan semacam itu," tegas Fadli.

Soal puisi 'Doa yang Ditukar', Fadli berdalih isinya sederhana dan mudah dipahami. Puisi tersebut terdiri dari 3 kata ganti yang menggambarkan subjek tertentu. Tapi, kata Fadli, kata ganti 'kau' dalam puisi sesungguhnya bukan merujuk pada Mbah Moen.

"Secara bahasa, puisi yang saya tulis tidaklah rumit. Bahasanya sengaja dibuat sederhana agar dipahami luas. Hanya ada tiga kata ganti dalam puisi tersebut, yaitu 'kau', 'kami' dan '-Mu'. Tak perlu punya keterampilan bahasa yang tinggi untuk mengetahui siapa 'kau', 'kami' dan '-Mu' di situ. Apalagi, dalam bait ketiga, saya memberikan atribut yang jelas mengenai siapa 'kau' yang dimaksud oleh puisi tersebut," klaimnya.

Sayangnya, Fadli menyebut, kata ganti 'kau' itu dipelintir orang tidak bertanggungjawab mengarahkan kepada Mbah Moen. Karena hal ini, Fadli merasa menjadi korban fitnah.

"Pemelintiran seolah kata ganti 'kau' dalam puisi tersebut ditujukan kepada K.H. Maimoen Zubair jelas mengada-ada dan merupakan bentuk fitnah. Tuduhan tersebut bukan hanya telah membuat saya tidak nyaman, tapi juga mungkin telah membuat tidak nyaman keluarga K.H. Maimoen Zubair. Kami dipaksa seolah saling berhadapan, padahal di antara kami tidak ada masalah dan ganjalan apa-apa," jelasnya.

Wakil Ketua DPR ini menambahkan, penjelasannya tersebut dikuatkan dengan sikap keluarga Mbah Moen. Pihak keluarga percaya kata ganti 'kau' di puisi itu bukan lah Mbah Moen. Maksud dari kata 'kau' itu sebenarnya ditujukan untuk penguasa.

Keluarga K.H. Maimoen Zubair, melalui puteranya, K.H. Muhammad Najih Maimoen, telah memberikan penjelasan bahwa beliau menerima klarifikasi saya bahwa kata ganti 'kau' memang tidak ditujukan kepada K.H. Maimoen Zubair. Tanpa klarifikasi dari sayapun, beliau sendiri berpandangan jika kata ganti 'kau' memang ditujukan kepada orang lain, bukan Mbah Moen. Beliau juga menjelaskan jika aksi massa yang telah menggoreng isu ini bukan berasal dari kalangan santrinya, melainkan digoreng oleh pihak luar," terang dia.

"Sekali lagi saya sampaikan bahwa puisi itu sama sekali tidak pernah ditujukan kepada K.H. Maimoen Zubair. Penjelasan ini sejak dini juga telah saya sampaikan kepada Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat ia tabayun melalui akun media sosialnya. Sudah saya jawab dengan tegas dalam tabayun bahwa kata ganti 'kau' pada puisi itu adalah 'penguasa', bukan K.H. Maimoen Zubair," sambungnya.

Sebelumnya,Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon menegaskan puisinya sama sekali tak menghina dan bukan ditujukan kepada Mbah Moen. Menurutnya, ini adalah 'gorengan' lawan politiknya.

"Kalau orang yang punya literasi coba dicek jelas, saya berulang kali katakan itu bukan buat Mbah Moen, Mbak Moen itu saya hormati, saya sebut kau penguasa tengik, emang Mbah Moen penguasa? Ya lagian itu puisi, tetapi kalau mau digoreng-goreng ya goreng saja silakan," kata Fadli di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/2).

Fadli Zon menolak jika dituntut meminta maaf soal puisinya. "Untuk apa, saya tidak ada perbuatan yang lawan hukum di situ," ujarnya.

(mdk/ray)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ikut Tertawakan Penjual Es Teh Bareng Gus Miftah, Habib Zaidan: Saya Minta Maaf dan Mengaku Salah
Ikut Tertawakan Penjual Es Teh Bareng Gus Miftah, Habib Zaidan: Saya Minta Maaf dan Mengaku Salah

Habib Zaidan menjadi salah satu sosok dihujat ketika Gus Miftah menghina penjual es teh Sunhaji.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Pendeta Gilbert Datangi MUI Minta Maaf Ceramah Singgung Umat Muslim
VIDEO: Pendeta Gilbert Datangi MUI Minta Maaf Ceramah Singgung Umat Muslim

Pendeta Gilbert Lumoindong bersaturahmi ke Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (16/4/2024)

Baca Selengkapnya
Sampai Ampun-ampun, Komjen Fadil Imran Akui Sering Dimarahi Pengasuh Pondok Tremas, KH Luqman Harits 'Sudah Saudara'
Sampai Ampun-ampun, Komjen Fadil Imran Akui Sering Dimarahi Pengasuh Pondok Tremas, KH Luqman Harits 'Sudah Saudara'

Komjen Pol Fadil Imran mengaku sering kena marah. Pelakunya tak lain ialah sosok pengasuh Pondok Tremas, Pacitan.

Baca Selengkapnya
Gerindra Tegaskan Gus Miftah Harus Dievaluasi Usai Hina Penjual Es Teh Saat Kajian di Magelang
Gerindra Tegaskan Gus Miftah Harus Dievaluasi Usai Hina Penjual Es Teh Saat Kajian di Magelang

Gerindra menyayangkan adanya ucapan-ucapan dari Miftah yang dinilai kurang baik tersebut.

Baca Selengkapnya
MUI Minta Gus Miftah Bertaubat Usai Hina Penjual Es Teh Saat Kajian
MUI Minta Gus Miftah Bertaubat Usai Hina Penjual Es Teh Saat Kajian

Anwar Abbas meminta kepada penceramah atau dai yang telanjur melanggar ketentuan Allah SWT untuk bertaubat.

Baca Selengkapnya
Ramai Miftah Hina Penjual Es Teh, Waketum Gerindra: Patut Dievaluasi
Ramai Miftah Hina Penjual Es Teh, Waketum Gerindra: Patut Dievaluasi

Partainya juga menerima kritik yang diberikan masyarakat kepada Miftah.

Baca Selengkapnya
VIDEO: PKB Soroti Gus Miftah Hina Pedagang Es Teh
VIDEO: PKB Soroti Gus Miftah Hina Pedagang Es Teh "Kiai Urakan, Bertentangan dengan Prabowo"

Pihaknya melihat bahwa Gus Miftah memang dikenal dengan sosok Kiai urakan

Baca Selengkapnya
VIDEO: Momen Gus Miftah Rangkul Erat Pedagang Es Teh Viral, Minta Maaf Bercanda Paka Kata Kasar
VIDEO: Momen Gus Miftah Rangkul Erat Pedagang Es Teh Viral, Minta Maaf Bercanda Paka Kata Kasar

Gus Miftah meminta maaf sambil memeluk atau merangkul erat Sunhaji

Baca Selengkapnya
Viral Zulhas Kaitkan Gerakan Salat dengan Dukungan Capres, Ini Klarifikasi PAN
Viral Zulhas Kaitkan Gerakan Salat dengan Dukungan Capres, Ini Klarifikasi PAN

PAN menilai tak ada maksud Zulhas melecehkan agama. Sekjen PAN menduga ada yang sengaja memviralkan.

Baca Selengkapnya
PKB Berang Politisi Golkar Nusron Wahid Klaim Kiai Munif Dukung Gibran untuk Pilpres 2024
PKB Berang Politisi Golkar Nusron Wahid Klaim Kiai Munif Dukung Gibran untuk Pilpres 2024

Fuad menjelaskan, Nusron Wahid telah menarasikan secara ekstrem Kiai Munif sebagai Ketua Dewan Syuro bertemu dengan kandidat dari paslon lain untuk Pilpres.

Baca Selengkapnya
Polemik Candaan Zulhas soal Salat, Ketum MUI: Hati-Hati Bercanda dengan Diksi Agama
Polemik Candaan Zulhas soal Salat, Ketum MUI: Hati-Hati Bercanda dengan Diksi Agama

Ketum MUI Kiai Haji Anwar Iskandar meminta calon Presiden dan Wakil Presiden hingga pimpinan partai politik hati-hati dalam bercanda soal agama.

Baca Selengkapnya
Zulkifli Hasan Dipolisikan Buntut Guyonan Salat Dikaitkan dengan Dukungan ke Prabowo
Zulkifli Hasan Dipolisikan Buntut Guyonan Salat Dikaitkan dengan Dukungan ke Prabowo

Menurut Rahmat, ucapan dan tindakan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu tidak layak. Karena menjadikan tahiyatul akhir dalam salat sebagai candaan.

Baca Selengkapnya