Fadli Zon: Revolusi Mental punya akar kuat paham komunis
Merdeka.com - Kubu pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa mengkritik program Revolusi Mental Joko Widodo (Jokowi). Program tersebut dinilai berawal dari paham komunis.
"Indonesia tak ada hub dg NAZI, yg ada dg komunis. Nah 'Revolusi Mental' punya akar kuat tradisi paham komunis," kata Fadli Zon dalam akun twitternya, Kamis (26/6).
Menurut Fadli, bapak komunis Karl Marx menggunakan istilah Revolusi Mental pada tahun 1869 dalam karyanya 'Eighteenth Brumaire of Louis Bonapartem'. Selain itu, lanjutnya, Revolusi Mental juga jadi tujuan 'May Four Enlightenment Movement' di China 1919 diprakarsai Chen Duxui, pendiri Partai Komunis China.
-
Siapa yang mengatakan tidak ada refleksi khusus karena Jokowi tidak diundang? 'Tidak ada refleksi khusus atas tidak adanya Pak Jokowi,' kata Hasto di DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (22/5).
-
Kenapa Prabowo tak masalah dengan nyinyiran tentang program Jokowi? Prabowo tak masalah dengan nyinyiran itu. Karena, ia mengaku sebagai tim Jokowi.
-
Siapa yang tidak disalami oleh Jokowi? Dalam video yang merekam momen tersebut, terlihat Try Sutrisno telah bersiap menyambut Presiden Jokowi yang menyalami tamu undangan satu pe rsatu. Saat itulah Jokowi melewati Try Sutrisno tanpa memberi salam sebagaimana Jokowi kepada para wakil presiden sebelumnya.
-
Mengapa Budi Arie menegaskan tidak perlu transisi kepemimpinan dari Jokowi ke Prabowo? Sebab, Prabowo bukan orang baru di dalam pemerintahan. Sebagai menteri Presiden Jokowi, Prabowo kerap ikut rapat. Sehingga, Prabowo dinilai tinggal meneruskan pemerintahan Presiden Jokowi-Ma'rufA Amin.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Kenapa Prabowo mendukung program Jokowi? 'Saya bekerja, saya lihat dari dekat, saya lihat strategi dan program-program beliau ternyata sama dengan pemikiran-pemikiran saya. Karena itu saya komitmen, saya siap melanjutkan semua program dan strategi beliau,'
Sedangkan di Indonesia, kata sekretaris tim pemenangan Prabowo-Hatta itu, Revolusi Mental digunakan tokoh-tokoh berhaluan kiri untuk menghapus sesuatu yang berbau agama.
"Aidit PKI, hilangkan nama Achmad dr nama depannya n ganti dg Dipa Nusantara (DN) dg alasan 'Revolusi Mental' yaitu hapus yg berbau agama," ujarnya.
Sedangkan Budayawan Goenawan Mohamad memiliki pandangan berbeda soal Revolusi Mental. Menurutnya, program Jokowi sama sekali tidak ada hubungannya dengan ideologi komunis.
"Ada yg menuduh, "Revolusi Mental" anjuran Jokowi berasal dari Manifesto Komunis... Saya baca Manifesto Komunis; tak ada anjuran spt itu," katanya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon menilai masalah orde baru sudah selesai.
Baca SelengkapnyaHabiburokhman membandingkan pemerintahan saat orde baru dengan Jokowi.
Baca SelengkapnyaPuan menegaskan Jokowi bukan ketua umum partai politik dan ketua koalisi.
Baca SelengkapnyaMenurut Nusron, sistem seperti orde baru hanya terjadi apabila ada pembungkaman suara-suara tokoh masyarakat.
Baca SelengkapnyaBEM KM UGM telah membuat kajian setebal 300 halaman yang berisikan isu-isu komprehensif.
Baca SelengkapnyaJokowi membantah ikut cawe-cawe soal isu Munaslub Golkar itu.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menegaskan Presiden Jokowi demokratis, dan menghormati independensi serta hak setiap partai politik.
Baca SelengkapnyaMenteri ESDM ini bahkan telah berdiskusi dengan Jokowi membicarakan perihal isu berkembang tersebut.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PAN Zulkifli Hasan menjawab kabar Jokowi bergabung dengan PAN.
Baca SelengkapnyaSurya Paloh menyayangkan bahwa gagasan revolusi mental Jokowi saat ini belum menjadi kenyataan pada hari ini.
Baca SelengkapnyaFadli Zon menepis soal rumor renggangnya hubungan antara Presiden Joko Widodo alias Jokowi dan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Baca Selengkapnyaak hanya itu, Airlangga pun menilai Presiden Jokowi nyaman dengan partainya tersebut.
Baca Selengkapnya