Fahri Hamzah: Jarak antara Jakarta dan Papua Harus Dipotong
Merdeka.com - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengungkapkan ada ‘jarak’ antara Jakarta dan Papua. Sehingga harus dipotong secara komprehensif.
"Saya mengusulkan agar kita 'memotong jarak' antara kita dan Papua secara komprehensif, fisik dan nonfisik," kata Fahri dalam webinar Moya Institute yang bertajuk ‘Teror Menyergap Papua’ dikutip dari Antara, Jumat (22/4).
‘Jarak’ itu, kata Fahri, bukan semata secara fisik walau memang jarak antara Jakarta dan Papua jauhnya sama dengan jarak dari Jakarta ke Arab Saudi.
-
Bagaimana solusi penyelesaian konflik Papua? Semua itu dilakukan melalui pendekatan pengakuan hak sipil politik, ekonomi sosial budaya, memperkuat pendidikan untuk kesadaran hak, dan memperkuat kualitas SDM anak muda dengan pendidikan adat dan pendidikan nasional.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Papua? Gerakan Papua Merdeka semakin terorganisir melalui budaya, sosial, politik luar negeri, senjata, bahkan berhasil menarik perhatian aktivis NGO.
-
Apa yang menjadi masalah akar konflik Papua? Peneliti dari Yayasan Bentala Rakyat, Laksmi Adriani Savitri mengatakan bahwa salah satu akar masalah dari konflik Papua adalah dorongan modernisasi yang dipaksakan.
-
Bagaimana partai Papua bantu ekonomi? Adapun sejumlah misi yang akan diemban Partai Kasih, diantaranya, memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga, karena maju mundurnya suatu bangsa sangat tergantung kepada kehidupan keluarga itu sendiri. Kemudian, memberantas kemiskinan menuju Indonesia yang sejahtera.'Membuka lapangan pekerjaan bagi yang putus sekolah dan yang tidak bersekolah, memberikan pelatihan dan kursus,' jelasnya.
-
Apa tugas Kominfo di Papua? Tugas yang diemban Libra dan rekannya sesama bidan maupun tenaga kesehatan di Papua tidak mudah. Kondisi geografis provinsi paling timur Indonesia penuh tantangan. Pemerintah dalam 10 tahun terakhir memang terus membenahi Papua. Namun medan yang berat membuat upaya itu belum bisa menjangkau setiap jengkal tanah Papua.
-
Mengapa kekerasan di Papua meningkat? Sekretaris Gugus Tugas Papua UGM Arie Ruhyanto mengatakan bahwa angka kekerasan di Papua meningkat di tengah gencarnya proses pembangunan oleh pemerintah.
Oleh karena itu, ketika Presiden Jokowi memutuskan untuk ‘memotong’ jarak itu dengan membangun infrastruktur, mengingatkan dia tentang adanya jarak-jarak lainnya yang juga harus dipotong yaitu jarak secara kejiwaan.
Orang Papua itu, lanjut Fahri, harus diyakinkan hatinya bahwa antara orang asli Papua dengan orang Indonesia lainnya adalah sama dan bersaudara secara fundamental. Dengan demikian, hal-hal elementer lain yang terkait dengan itu harus dijelaskan secara masif melalui dunia pendidikan.
"Memang realitasnya, Papua bergabung dengan Indonesia dengan dasar Pepera 1969, yang sudah diakui PBB. Akan tetapi, kita juga harus menceritakan pada orang Papua bahwa daerah-daerah di Indonesia bergabung seluruhnya dengan Indonesia segera setelah Indonesia merdeka, tanpa kecuali," katanya.
"Kampung saya, Sumbawa, bergabung dengan NKRI pada tahun 1953. Raja Sumbawa kala itu menyerahkan seluruh aset daerah ke pemerintah pusat, dan menyatakan bergabung dengan NKRI. Kami pun dikelola dalam konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tambah dia.
Sementara itu, Pemerhati isu-isu strategis Prof. Imron Cotan menyebutkan, sekitar 2 tahun terakhir pemerintah pusat sebenarnya sudah meluncurkan program Papua Muda Inspiratif untuk memberdayakan generasi milenial Papua.
Dalam program itu, Pemerintah telah membangun hub-hub yang memberi ruang bagi kaum muda Papua untuk saling berinteraksi dan berjejaring guna mengembangkan potensi daerah di bidang perkebunan, pertanian, dan perikanan, terutama yang sekarang sedang menuai hasilnya itu adalah tanaman jagung.
"Jadi, diam-diam, generasi milenial Papua itu bergerak," ungkap Imron.
Oleh karena itu, patut disyukuri bahwa program ini didukung oleh perusahaan-perusahaan yang punya kepedulian besar pada Papua dengan menyisihkan dana corporate social responsibility (CSR) mereka guna menopang program tersebut.
Disebutkan pula bahwa ada beberapa produk dari kaum milenial Papua ini yang dipasarkan di luar negeri oleh perwakilan-perwakilan Republik Indonesia. Program ini memang tidak viral, tetapi sudah melibatkan ratusan kaum milenial di Papua maupun Papua Barat.
Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto mengatakan, sangat miris ketika korban terus berjatuhan sebagai akibat dari konflik yang belum reda di Papua. Korban-korban itu juga termasuk dari kalangan TNI/Polri dan rakyat biasa.
Padahal, lanjut Hery, pembangunan yang masif telah dilakukan di Papua sejak masa pemerintahan Presiden Jokowi, baik periode pertama maupun kedua.
Otonomi khusus juga terus bergulir dengan dana yang tak sedikit. Akan tetapi, kata Hery, tetap saja kekerasan di Papua belum berhenti. "Ini menjadi 'PR' kita bersama," ujar Hery.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gibran mengatakan pembangunan Indonesia ke depannya tidak boleh lagi Jawa sentris.
Baca SelengkapnyaIndonesia dan PNG telah sepakat menyusun peta jalan kerja sama pembangunan untuk 5 tahun mendatang.
Baca SelengkapnyaMa'ruf Amin menyatakan, pemerintah memahami tantangan yang dihadapi dalam membangun wilayah Papua Pegunungan.
Baca SelengkapnyaMathius menyampaikan setiap materinya dengan tegas di depan Kapolri, para jenderal dan jajaran Polri. Selain itu, ia juga memberikan sebuah pantun jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaPerlu ada pemerataan penduduk agar tidak jawa sentris dengan cara pindah ibu kota.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menggelar rapat terbatas terkait pembangunan Papua.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta kepala daerah untuk mengantisipasi terjadinya kasus kelaparan seperti yang terjadi di Papua beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaAnak muda di Papua Nugini diberi kesempatan untuk menjadi mahasiswa Universitas Pertahanan (Unhan) RI.
Baca SelengkapnyaPSI memiliki komitmen untuk Trans-Papua bisa segera rampung.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan kerja sama jaringan listrik kedua negara dilakukan mulai hari ini di perbatasan Skouw-Wutung, Papua Nugini
Baca SelengkapnyaKonflik di Papua terjadi karena perbedaan paham yang menyulut untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Baca SelengkapnyaMarape yakin kerja sama yang telah dilakukan olehnya dengan Jokowi bakal terus berlanjut di pemerintahan Prabowo nanti.
Baca Selengkapnya