Fahri Hamzah sebut Jokowi pasti menang jika data capres oposisi lemah
Merdeka.com - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengumpamakan perpolitikan Indonesia seperti final Piala Dunia 2018 antara Perancis versus Kroasia. Fahri mengatakan Kroasia merupakan kekuatan baru, sementara Perancis kekuatannya sudah mapan.
Menurut Fahri, penantang baru akan kalah bila tidak memiliki persiapan. Apalagi lawannya pernah menjuarai Piala Dunia. Sama halnya, kata Fahri, bila capres oposisi tak mempunyai data akurat maka incumbent akan unggul.
"Kekuatan baru suka sembrono, data enggak kuat. Sama seperti parpol oposisi ini, makanya saya kritik. Kalau parpol dan calon presiden oposisi ini manuvernya tidak baik, tidak cerdas, atau datanya tidak bagus, pasti incumbent menang," ujar Fahri usai jalani pemeriksaan di Gedung Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Selasa (17/7).
-
Siapa saja yang bertarung di Pilgub Jakarta? Kubu Pramono Anung-Rano Karno meyakini memenangi Pilkada satu putaran dengan perolehan 50,7 persen plus 2.943 suara. Sementara itu pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) meminta sejumlah pihak bersabar menanti pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Siapa yang menggugat Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI)
-
Siapa yang larang Jokowi ikut kampanye? Tidak ada penyebutan presiden dan wakil presiden atau menteri di dalamnya.
-
Apa yang dibahas Jokowi dan Raffi? Di tengah makan siang, Raffi melempar pertanyaan candaan kepada Jokowi.
-
Gimana caranya Jokowi ikut kampanye? Pasal 281 mensyaratkan pejabat negara yang ikut berkampanye dilarang untuk menggunakan fasilitas negara atau mereka harus cuti di luar tanggungan.
"Kalau dibilang ini harus diakui, pak Jokowi pasti akan makin kuat. Cerdas datanya bagus, pasti incumbent menang, karena incumbent kuat dan dalam hal ini kalau di bilang pak Jokowi ya harus diakui pak Jokowi pasti tambah kuat," bebernya.
Politisi PKS ini mengungkapkan Jokowi pernah mengontrol APBN cuma Rp 70 triliun saat menjadi Gubernur DKI, dan sekarang Rp 2.240 triliun saat jadi Presiden RI. Dulu, lanjut Fahri, mengontrol PNS DKI sekarang PNS diseluruh Indonesia dan militer serta polisi.
"Jadi dia kuat. Ya kalau yang melawannya ini apa istilahnya itu enggak jelas, Senin Kamis, empot-empotan ya kan, enggak bisa, harus yang ngelawan yang jago punya data argumentatif ketemu kepada rakyat setiap hari. Ini enggak bisa sembunyi-sembunyi kalau mau fight hadap-hadapan dong," pungkasnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar mengaku tak gentar dengan ancaman Fahri tersebut
Baca SelengkapnyaFahri Hamzah mengatakan, Gibran memiliki hak untuk maju sebagai cawapres.
Baca SelengkapnyaFahri hadir dalam acara mengawal suara rakyat di Istora Senayan
Baca SelengkapnyaGanjar meminta Pemilu dilakukan dengan adu gagasan dan program.
Baca SelengkapnyaWaketum NasDem Ingatkan Fahri Hamzah untuk tidak terburu-buru menjadi menteri
Baca SelengkapnyaHabiburokhman menyebut, rakyat pun tak terima jika Presiden Jokowi selalu dituding melakukan cawe-cawe.
Baca SelengkapnyaNiat pensiun dari percaturan politik Tanah Air, Jokowi malah muncul kembali di Pilkada 2024 dengan 'open jastip' dukungan kepada calon kepala daerah.
Baca SelengkapnyaFahri pun mengajak semua elemen bangsa untuk berkepala dingin dan fokus memilih dengan pertimbangan jauh ke depan.
Baca SelengkapnyaMantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyebut siapa pun yang menang dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 bukan karena endorse
Baca SelengkapnyaGanjar menilai fahri sengaja menebar ketakutan. seharusnya pemilu adu gagasan bukan main ancam.
Baca SelengkapnyaGerindra merespons soal elektabilitas Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jakarta masih kalah dari Anies
Baca SelengkapnyaPenggunaan singkatan untuk bertanya kepada lawan digunakan Jokowi saat debat capres 2014 menghadapi Prabowo.
Baca Selengkapnya