Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Fahri Sindir Jokowi soal Rp 11 T: Kasihan Orang di Sekitarnya Gak Mem-briefing

Fahri Sindir Jokowi soal Rp 11 T: Kasihan Orang di Sekitarnya Gak Mem-briefing Fadli Zon dan Fahri Hamzah jenguk Ahmad Dhani. ©2019 Merdeka.com/Iqbal Nugroho

Merdeka.com - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah, menyayangkan pernyataan Presiden Joko Widodo meminta dibuktikan uang Rp 11 triliun milik WNI berada di luar negeri. Pernyataan itu dinilai berbanding terbalik dengan pengakuan Jokowi pada 1 Agustus 2016 lalu.

Menurutnya, kekeliruan Jokowi tersebut karena tidak ada pengarahan maksimal dari orang-orang di sekelilingnya.

"Itu yang saya bilang, kasihan Pak Jokowi ini karena kayaknya orang-orang disekitarnya enggak membriefing dia komprehensif," kata Fahri di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (4/3).

Orang lain juga bertanya?

Oleh karena itu, dia menilai Ketua Umum Partai Gerindra (Prabowo) lebih siap menjawab persoalan ekonomi bangsa.

"Sehingga kalau bicara uang yang lari atau kebocoran, kan kebocoran itu dalam terminologi ekonomi itu modusnya itu luas bukan cuman ada uang yang lari. Tetapi juga ada sumber daya yang lari, ada jam kerja yang lari, ada investasi yang lari, itu semua disebut bocor, belum lagi yang memang uang itu dari dulu sudah lari ke sana," jelasnya.

"Penjualan hasil bumi yang ada perut bumi, kerak bumi semuanya itu kebawa ke sana semua. Sementara tax amnesty kan gagal bisa dibilang mengembalikan itu semua, kembalinya cuma sedikit. Yang bayar cuma Rp 142 triliun. Sisanya enggak ada. Nah, bocornya masih bocor. Itu yang harus kita baca sebagai persoalan ekonomi yang betul-betul harus ditetapkan kebijakannya supaya dia betul-betul kembali," sambungnya.

Fahri menambahkan, terkait keberadaan uang WNI di luar negeri, yang terpenting saat ini adakah memastikan agar kembali ke kas Indonesia lagi. Selain itu memberikan kepastian dan stabilitas ekonomi yang baik setelah uang masuk kembali.

"Uang itu balik, jaminannya itu bukan siapa yang berkuasa, apakah kekuasaan itu bisa menjaga stabilitas dan kepastian, itu yang enggak ada sekarang," ujarnya.

Dia menyayangkan beberapa kali pernyataan Jokowi tidak sejalan dengan fakta yang ada.

"Pasti blunder. Pasti kelas menengah mengetahui apa yang terjadi kemudian. Saya kira itu merugikan, berkali-kali Pak Jokowi dibikin rugi oleh briefing yang salah dari anak buahnya," pungkasnya.

Polemik ini bermula, saat Prabowo menyampaikan pidato kebangsaan 'Prabowo Menyapa' di Grand Pacific Hall Sleman, DI Yogyakarta, pada Rabu (27/2), Prabowo menyebut Indonesia dalam kondisi tak baik. Penyebabnya adalah Rp 11.000 triliun uang WNI berada di luar negeri.

"Uang warga negara Indonesia di luar negeri jumlahnya lebih dari Rp 11.000 triliun. Jumlah uang di bank-bank di seluruh bank di dalam negeri Rp 5.400 triliun. Berarti dua kali kekayaan Indonesia berada di luar Indonesia, tidak berada di negeri Indonesia," kata Prabowo.

Kemudian pidato itu ditanggapi oleh Jokowi. Dia meminta bukti tentang pernyataan Prabowo tersebut.

"Ya kalau memang ada data, ada bukti-bukti mengenai itu disampaikan saja ke pemerintah," ucapnya di Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo, Jumat (1/3).

Jokowi memastikan pemerintah akan mengejar WNI tersebut jika terbukti menyimpan uang di luar negeri. Pemerintah tak main-main soal penyembunyian uang di luar negeri. "Akan kita kejar kalau memang benar!" tegasnya.

Jokowi Pernah Ungkap Rp 11 Ribu Triliun

Jokowi memang pernah berpidato tentang uang Rp 11 ribu triliun disimpan di luar negeri pada 2016.

Jokowi menilai, dana repatriasi yang berhasil dijaring dari program pengampunan pajak atau tax amnesty tahap I sebesar Rp 143 triliun masih sangat kecil. Angka ini tidak sebanding dengan besarnya uang milik masyarakat yang disimpan di luar negeri (LN), yang besarnya mencapai Rp 11.000 triliun.

"Uangnya menurut saya masih kecil, kecil. Yang repatriasi baru Rp 143 triliun. Kecil banget. Sangat kecil," kata Jokowi seperti dikutip dari laman Setkab di Jakarta, Selasa 6 Desember 2016.

Jokowi menegaskan, ada uang Rp 11.000 triliun milik masyarakat Indonesia yang disimpan di luar negeri. Sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setahun kurang lebih Rp 2.000 triliun. Namun, untuk menarik uang itu ke dalam negeri, menurut Presiden, diperlukan syarat-syarat agar yang memiliki uang juga merasa nyaman membawa uangnya masuk ke Indonesia.

Meski demikian, Presiden Jokowi menegaskan, program pengampunan pajak periode pertama merupakan yang terbaik dari amnesti pajak yang dilakukan di seluruh dunia.

"Ini baru periode pertama saja sudah 30,88 persen dari PDB, 30,88 persen. Ini adalah angka yang besar. Dan berdasarkan tebusan, angkanya hampir mendekati Rp 100 triliun, sudah Rp 99,2 triliun. Angka yang juga sangat besar sekali," ungkap Presiden.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perputaran Uang Makin Kering, Jokowi: Jangan-Jangan Banyak Dipakai untuk Beli SBN
Perputaran Uang Makin Kering, Jokowi: Jangan-Jangan Banyak Dipakai untuk Beli SBN

Para pelaku usaha mengeluh ke Jokowi soal makin keringnya perputaran uang.

Baca Selengkapnya
Inggris dan Jepang Alami Resesi, Jokowi Ingatkan Pemerintahan Baru Hati-Hati Mengelola Indonesia
Inggris dan Jepang Alami Resesi, Jokowi Ingatkan Pemerintahan Baru Hati-Hati Mengelola Indonesia

Indonesia masih terus bertahan agar tidak masuk dalam kondisi resesi seperti yang dialami oleh negara maju.

Baca Selengkapnya
Jokowi Pastikan Pelemahan Rupiah Tak Ganggu Sektor Rill dan Keuangan, Ini Alasannya
Jokowi Pastikan Pelemahan Rupiah Tak Ganggu Sektor Rill dan Keuangan, Ini Alasannya

Indonesia patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen di tengah kondisi perekonomian global yang melemah.

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Menteri Jaga Stabilitas Politik, Ini Alasannya
Jokowi Minta Menteri Jaga Stabilitas Politik, Ini Alasannya

Stabilitas politik di tanah air selalu menjadi perhatian internasional.

Baca Selengkapnya
Kurs Rupiah Anjlok, Jokowi Panggil Sri Mulyani hingga Gubernur BI ke Istana
Kurs Rupiah Anjlok, Jokowi Panggil Sri Mulyani hingga Gubernur BI ke Istana

Sri Mulyani dipanggil Kepala Negara di tengah kursi Rupiah yang anjlok hingga menyentuh level Rp16.420 per USD.

Baca Selengkapnya
Transaksi Perdagangan Nasional Defisit, Masa Depan Rupiah Diprediksi Suram
Transaksi Perdagangan Nasional Defisit, Masa Depan Rupiah Diprediksi Suram

Transaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit secara terus-menerus dalam dua kuartal terakhir.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali
Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali

Perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh 5,11 persen di tengah pelemahan ekonomi global.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Jangan Sampai Urusan Politik 2024 Ganggu Stabilitas Ekonomi
Jokowi: Jangan Sampai Urusan Politik 2024 Ganggu Stabilitas Ekonomi

Kestabilan ekonomi akan sulit dikembalikan jika sudah terganggu.

Baca Selengkapnya
Jokowi Patok Kurs Rupiah di Kisaran Rp15.000 per USD di 2024
Jokowi Patok Kurs Rupiah di Kisaran Rp15.000 per USD di 2024

Pemerintah akan menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap di angka Rp 15.000 pada 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh
Jokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh

Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya
Jelang Purna Tugas, Jokowi Minta Menteri Jangan Buat Kebijakan Ekstrem Timbulkan Gejolak
Jelang Purna Tugas, Jokowi Minta Menteri Jangan Buat Kebijakan Ekstrem Timbulkan Gejolak

Dia mewanti stabilitas keamanan agar tidak ada gejolak, utamanya agar pemerintahan berikutnya dapat berjalan baik.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Bukan Gibran, Sosok ini Lebih Buat Jokowi Tidak Tenang Kini
VIDEO: Bukan Gibran, Sosok ini Lebih Buat Jokowi Tidak Tenang Kini

Presiden Jokowi berbicara mengenai kekhawatiran ekonomi di depan para investor lokal dan internasional

Baca Selengkapnya