Gaduh internal koalisi 'gemuk' di Pilgub Bali
Merdeka.com - Sembilan partai politik sepakat membentuk koalisi hadapi Pemilihan Gubernur Bali 2018. Nama Koalisi Rakyat Bali (KRB) dipilih. Namun baru seumur jagung, internal koalisi sudah gaduh. Penyebabnya karena mereka satu suara mengenai paket bakal calon yang diusung.
KRB terdiri dari Golkar, Demokrat, Hanura, NasDem, PPP, PKS, Perindo, PKPI dan PAN. Koalisi gemuk ini ingin menduetkan I Ketut Sudikerta dengan IB Rai Dharmawijaya Mantra alias Rai Mantra. Namun di antara mereka berlainan sikap perihal komposisi siapa bakal Cagub dan Cawagub.
Dalam perkembangannya, PAN memutuskan hengkang dan merapat dengan PDIP mengusung duet I Wayan Koster-Cok Oka Arthadan.
-
Apa itu koalisi di bidang politik? Penggunaan istilah 'koalisi' dalam bidang politik ini ternyata dapat merujuk pada sebuah strategi khusus guna meraih kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah 'koalisi' memiliki arti kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen.
-
Kenapa koalisi dibentuk di Indonesia? Dalam konteks kehidupan demokrasi di Indonesia, koalisi dibentuk dengan tujuan agar dapat mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden di pemilihan presiden.
-
Bagaimana koalisi terbentuk? Koalisi juga dapat diartikan sebagai bentuk persetujuan secara formal yang memiliki kontrak bersama di antara dua partai politik atau lebih, guna menjamin kekuasaan pemerintah atas dasar adanya suara dari mayoritas.
-
Siapa yang didukung PKB di Pilgub Bali? 'Saya patuh terhadap DPP, tetapi tanda-tandanya ke Pak Wayan Koster,' kata Bambang, saat ditemui di acara Sekolah Pemimpin Perubahan (SPP) PKB Wilayah III di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (17/7).
-
Bagaimana koalisi bisa terbentuk? Mengacu pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah 'koalisi' memiliki arti ‘kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen’.
-
Siapa yang memimpin konsolidasi PDIP di Bali? 'Hari ini Ibu Megawati akan memimpin langsung konsolidasi PDIP di Bali, di mana seluruh kader partai dihadirkan untuk mengompakkan suatu semangat juang dan kita lihat Bali ini militansinya sangat tinggi.'
Sedangkan Gerindra yang sebelumnya belum menentukan sikap, kemudian bergabung dalam KRB.
Partai besutan Prabowo Subianto ini bersama NasDem dan Demokrat sepakat mengusung duet Mantra dan Sudikerta (Dharma-Kerta). Komposisinya Mantra sebagai bakal Cagub, sementara Sudikerta sebagai cawagub. Hal ini mengacu hasil survei yang menempatkan elektabiitas Dharma lebih tinggi.
"Kami sudah setor nama paket Dharma-Kerta ke DPP Partai NasDem. Rekomendasi untuk paket ini sedang dalam proses oleh DPP," kata Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Bali Ida Bagus Oka Gunastawa, Rabu kemarin di Denpasar.
Hal yang sama diakui Oka Gunastawa, sedang dilakukan oleh Gerindra dan Demokrat. "Partai Demokrat malah sudah merekomendasikan paket Dharma-Kerta," ujarnya.
Ketua DPD Demokrat Bali Made Mudarta mengakui bahwa Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudoyono (SBY), secara resmi telah merekomendasikan paket Dharma-Kerta untuk maju bertarung di Pilgub Bali 2018.
"SBY telah menandatangani surat rekomendasi pasangan calon IB Rai Dharmawijaya Mantra dan I Ketut Sudikerta atau Paket Dharma-Kerta di Puri Cikeas, Bogor, 21 November 2017, untuk maju di Pilgub Bali, 27 Juni 2018 mendatang," ujar Mudarta.
Sikap ketiga partai ini berlainan dengan Golkar. Ketua DPD Golkar Bali, I Ketut Sudikerta secara tegas menyebutkan dirinya akan tetap mempertahankan rekomendasi yang diterima DPP Golkar sebagai bakal Cagub.
Golkar menginginkan Sudikerta sebagai bakal Cagub, sementara Mantra sebagai bakal Cawagub.
"Sudah jelas dalam rekomendasi yang saya terima saat itu sebagai calon Gubernur bukan sebagai wakil Gubernur," Ucap Sudikerta.
Menurutnya, yang terjadi di internal KRB belum final. Lobi-lobi masih dilakukan untuk menyamakan sikap.
"Biarkan tim bekerja dulu. Masih belum ada kesepakatan dari masing-masing partai. Pastinya dari Golkar sesuai penunjukan diri saya maju sebagai calon gubernur," ungkapnya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Golkar mulanya berharap Prabowo Subianto merestui Airin Rachmi Diany sebagai calon Gubernur Banten.
Baca SelengkapnyaJK menilai, dukungan ke Prabowo Subianto dilakukan untuk bekerja sama memenangkan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaGolkar telah melakukan penjajakan koalisi dengan Partai Gerindra sudah lebih lama daripada penjajakan dengan PDI Perjuangan.
Baca SelengkapnyaIdrus menilai, lebih baik berdebat keras dalam menentukan calon kepala daerah, daripada bertengkar karena calon yang diusung kalah di pertarungan Pilkada 2024.
Baca SelengkapnyaTernyata, fenomena koalisi ‘gemuk’ di Pilkada Jakarta pernah terjadi pada 2007 lalu.
Baca SelengkapnyaKoalisi gemuk ini diyakini akan mempersulit konfigurasi cawapres untuk dipasangkan dengan Prabowo.
Baca SelengkapnyaTak hanya di KIM, Doli mengaku, nama Ridwan Kamil di Jakarta direspons positif oleh partai politik di luar KIM.
Baca SelengkapnyaAirlangga menekankan bahwa deklarasi kepada Prabowo merupakan permintaan jajaran partai.
Baca SelengkapnyaKendati demikian, Golkar mengaku tak mengetahui siapa partai politik yang akan bergabung dengan KIM.
Baca SelengkapnyaPartai yang dipimpinan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin ini hanya membutuhkan sembilan kursi lagi.
Baca SelengkapnyaJK sebut Golkar telat dalam menentukan arah koalisi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengatakan, tidak masalah jika partai koalisi di tingkat nasional punya koalisi berbeda di tingkat daerah.
Baca Selengkapnya