Gagal nyaleg mampukah mereka sukses bertarung di pilkada serentak?
Merdeka.com - Sejumlah politikus kawakan yang gagal kembali melenggang ke Senayan usai Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, mencoba maju dalam bursa kepala daerah dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan dilaksanakan serentak pada 9 Desember mendatang.
Meski gagal dalam Pileg 2014, semangat para politikus tersebut tidak luntur. Mampukah para politikus tersebut merebut hati rakyat di daerahnya?
Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menilai kesuksesan para politikus tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor. Faktor pertama, menurut Emrus adalah sosok politikus tersebut. Menurutnya, apabila setelah tidak menjabat sebagai anggota DPR RI, politikus tersebut mampu membangun persepsi publik dengan baik maka masyarakat akan mempertimbangkan untuk memilihnya.
-
Apa itu Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokratisasi di Indonesia yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka secara langsung.
-
Bagaimana menjadi pantarlih pilkada? Dengan mematuhi semua syarat-syarat yang telah ditetapkan, calon Pantarlih akan memenuhi kualifikasi untuk mendaftar sebagai Pantarlih pada Pilkada 2024.
-
Apa itu pantarlih pilkada? Salah satunya adalah Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih).
-
Siapa yang pernah jadi anggota DPR RI? Sosok Romo Wisnoe yang begitu berpengaruh di tengah kelompok penghayat, menjadi magnet bagi partai politik saat itu. Sejumlah partai berebut menariknya menjadi anggota partai. Dan di era 1980-an, dia lolos menjadi legisltatif sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar.
-
Siapa saja yang terlibat dalam Pilkada? Selain itu, Pilkada juga merupakan ujian bagi penyelenggara pemilu, partai politik, dan para calon kepala daerah dalam menjalankan proses demokrasi yang jujur dan adil.
-
Pilkada memilih apa saja? Pilkada adalah proses pemilihan demokratis untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.Dalam hal ini, hak suara masyarakat digunakan untuk memilih Gubernur, wakil gubernur, Bupati, wakil bupati, Wali kota, dan wakil wali kota.
"Sangat tergantung penokohannya, secara hipotesis, mereka yang gagal dalam pileg itu hampir berpeluang gagal juga dalam pilkada. Kenapa? Karena masyarakat pernah merespon tidak menyetujui mereka. Tapi tergantung dalam satu tahun ini (jeda pileg dengan pilkada) apakah mereka bisa membangun persepsi publik atau tidak, kalau bisa membangun persepsi positif publik, mereka berpeluang menang," papar Emrus kepada merdeka.com, Senin (27/7).
Selain persepsi publik, faktor lain yang harus menjadi perhatian adalah sosok rival atau kompetitor. Menurut Emrus, rival yang memiliki karakter kuat di masyarakat dijamin sulit digoyang apabila politikus yang pernah berkantor di Senayan tersebut tidak memiliki kekuatan imbang di masyarakat.
"Jangan lupa ada variabel kompetitor. Tergantung kompetitornya sekuat apa. Kalau kompetitornya memiliki elektabilitas, popularitas tinggi, maka hampir dipastikan (Politikus yang pernah menjadi anggota DPR RI) kalah," jelas Emrus.
Emrus mencontohkan sosok Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil yang dinilai memiliki elektabilitas, integritas, serta popularitas yang sangat kuat. "Hampir dipastikan yang maju lawan Wali Kota Bandung akan kalah karena elektabilitasnya tinggi. Tapi kalau tokoh yang dihadapi itu lemah ya bisa saja menang," imbuh Emrus.
Emrus mengategorikan dua faktor tersebut sebagai variabel profesional. Selain kedua variabel tersebut, ada variabel lain yang tidak bisa dianggap sepele yakni 'serangan fajar'.
Meski ilegal, menurut Emrus aksi 'serangan fajar' masih kerap dilakukan di berbagai daerah. Aksi ini tidak bisa dianggap enteng oleh bakal calon kepala daerah, pun aparat penegak hukum.
"(Serangan fajar) Itu realita masih terjadi, ini variabel tidak bisa dianggap enteng, ini bisa menentukan, karena masyarakat kita sedang mengarah pada kapitalisasi, segala sesuatu sudah diukur dengan uang. Istilahnya 'wani piro' ini sudah membahana dari Barat sampai Timur Indonesia, memang tidak dipungkiri ada cost dalam politik, tapi yang tidak boleh itu money politiknya. Maka dari itu, KPK harus jalan, polisi harus jalan supaya tidak ada money politik ini," tutup Emrus. (mdk/siw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal itu diprediksi dari rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaNama-nama Caleg Terancam Gagal Dapat Kursi DPR Meski Dapat Ratusan Ribu
Baca SelengkapnyaHingga 29 November 2024, tercatat sudah ada lima petahana di Pilgub yang tumbang menurut hasil quick count sejumlah lembaga survei.
Baca SelengkapnyaSejumlah politikus PDIP berpotensi gagal menjadi anggota DPR pada Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaPacul mengatakan tumbangnya Trimedya dan Lodewijk lantaran terjadi kegiatan tansaksional selama pileg
Baca SelengkapnyaPerebutan kursi antara calon anggota DPR petahana dan wajah baru tersaji di beberapa daerah.
Baca SelengkapnyaDPR tengah mencermati implikasi penyelenggaraan Pilkada serentak 2024 dengan rendahnya tingkat partisipasi politik warga dalam menggunakan hak suaranya.
Baca SelengkapnyaLingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA melakukan analisis hitung cepat atau quick count terkait Pemilu Legislatif (Pileg) 2024.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, hal ini dapat dipidana apabila narasi tersebut sampai ke tahap fitnah yang diarahkan kepada calon kepala daerah saat proses kampanye.
Baca SelengkapnyaTujuh caleg dipastikan lolos dari Dapil Jawa Barat I.
Baca SelengkapnyaDari 54 orang, 21 anggota komisi III gagal kembali masuk ke DPR pada Pemilu 2024.
Baca Selengkapnya