Gerindra: Tata Kelola Administrasi Presiden Harus Ditinjau Ulang
Merdeka.com - Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan tata kelola administrasi Presiden Joko Widodo atau Jokowi perlu ditinjau ulang. Sebab, kata dia, Jokowi sering menarik kembali putusan atau kebijakan yang telah diambil.
"Ya tata kelola administrasi di sekitar presiden menurut saya harus ditinjau ulang, karena yang seperti ini (pembatalan kebijakan) sering terjadi" ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/2).
Muzani memaparkan contoh kebijakan yang sempat direvisi oleh Jokowi. Salah satunya adalah pemberian remisi terhadap terpidana otak pembunuhan wartawan di Bali I Nyoman Susrama. Keputusan remisi terhadap Surama memang dibatalkan oleh Jokowi.
-
Bagaimana Jokowi melakukan reshuffle? Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle menteri dan wakil menteri hari ini Senin (17/7).
-
Kenapa Jokowi reshuffle kabinetnya? Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle kabinet menteri dan wakil menteri hari ini Senin (17/7).
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang diingatkan Jokowi soal pengelolaan anggaran? Jokowi mengingatkan Pemda agar program-program harus berorientasi kepada hasil, sehingga ada return ekonomi.
-
Apa tren terbaru di kabinet Jokowi? Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle menteri dan wakil menteri hari ini Senin (17/7).
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
Muzani setuju dengan pembatalan remisi tersebut. Namun, dia heran dengan keputusan mekanisme pengambilan keputusan itu.
"Dalam kasus ini saya terus terang setuju seorang pembunuh yang merencanakan pembunuhan ya dihukum berat, tapi ya terus tiba-tiba direvisi. Ini revisi yang bagus tapi menurut saya model seperti ini terjadi dalam banyak kebijakan beliau. Itu kan namanya kekeliruan," ucapnya.
Sebelumnya, Jokowi juga sempat berencana memberikan remisi terhadap terpidana Abu Bakar Ba'asyir. Tetapi keputusan itu akhirnya juga dibatalkan dan dikaji ulang.
"Ini terulang pada kasus Abu Bakar Ba'asyir yang pak Yusril datang menjanjikan pembebasan tanpa syarat, Pak Jokowi membenarkan tanpa syarat terus tiba-tiba diralat oleh pak Wiranto dan seterusnya karena harus dengan syarat, dan ini akhirnya enggak kejadian sampai sekarang," tuturnya.
Meski begitu, Muzani berpendapat Jokowi tidak perlu meminta maaf. Sebabnya pembatalan remisi terutama pada pembunuh wartawan tersebut secara tidak langsung sudah merupakan bentuk dari permintaan maaf.
"Saya kira apa yang sudah dilakukan beliau untuk meralat itu, menurut saya sudah bentuk ralat," tandasnya.
Reporter Magang: Ranti Yunidar
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gerindra menyebut, ada kebutuhan berbeda-beda pada setiap pemerintahan baru.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, bila ada kebutuhan perubahan kabinet, dirinya akan melakukan reshuffle.
Baca SelengkapnyaBeredar kabar Presiden Jokowi bakal melakukan reshuffle kabinet dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaDi era presiden sebelumnya, tidak pernah ada presiden yang membuat aturan sesuai keinginannya
Baca SelengkapnyaPPP pesimis Presiden Jokowi akan melakukan reshuffle kabinet di akhir 2023.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi merespons gegernya kasus peretasan Pusat Data Nasional (PDN).
Baca SelengkapnyaBudi Arie meminta masyarakat menunggu terkait wacana reshuffle tersebut.
Baca SelengkapnyaBambang Widjojanto mengungkit wacana perpanjangan masa jabatan presiden
Baca SelengkapnyaMuzani juga memastikan akan ada penambahan jumlah kementerian di kabinet Prabowo mendatang.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menanggapi soal rencana perombakan kabinet jelang purnatugas Oktober mendatang.
Baca SelengkapnyaBelakangan, Mahfud kerap mengkritik pemerintah Jokowi.
Baca Selengkapnya"Merubah banyak undang-undang sebelum berkuasa adalah ciri awal otoritarian di negara otoriter," kata Gilbert
Baca Selengkapnya