Gerindra yakin Perppu Ormas bikin Jokowi dicap otoriter dan represif
Merdeka.com - Ketua DPP Partai Gerindra Nizar Zahro sependapat dengan hasil survei Media Survei Nasional (Median) dimana 34,6 persen publik menyebut pemerintahan Presiden Joko Widodo telah bersikap represif. Terbitnya Perppu Ormas diyakini sebagai salah satu faktor yang membuat pemerintah dicap represif.
"Satu Perppu ormas, yang kedua Demokrasi. Demokrasi yang tidak sebebas sesuai UU. Yang ketiga lapangan pekerjaan," kata Nizar di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/10).
Menurut Nizar, seharusnya elektabilitas Jokowi bisa di atas 50 persen. Tren tersebut pernah terjadi saat Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono mencalonkan lagi sebagai calon presiden di Pilpres 2009.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Siapa yang menilai Jokowi layak jadi Wantimpres? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) layak untuk menjadi bagian dari Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
-
Siapa yang usulkan Jokowi jadi pemimpin? Usulan tersebut merupakan aspirasi dan pendapat dari sejumlah pihak.
-
Kenapa Jokowi minta Parmusi jaga kondusifitas Pemilu? 'Bapak presiden memberikan pesan agar supaya Parmusi juga ikut menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan dalam rangka menyambut tahun politik 2024 agar pemilu dapat dilaksanakan secara aman damai jujur adil tepat pada tanggal 14 Februari yang akan datang,'
-
Siapa yang mengusulkan Jokowi undang capres? Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi atau Habib Aboe mengusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto untuk makan siang di Istana Kepresidenan.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
"Mestinya incumbent Pemerintah dalam 2 tahun setengah bisa naik 50 sampai 80 persen. Jadi zaman Pak SBY itu kalau incumbent itu bisa di atas 50 persen," terangnya.
Analisa Nizar, angka elektabilitas yang stagnan menunjukkan berkurangnya tingkat kepuasan publik kepada pemerintah. Itu dipicu berbagai faktor. Semisal janji Jokowi untuk menciptakan 10 juta lapangan pekerjaan yang belum terpenuhi, adanya PHK besar-besaran hingga pertumbuhan ekonomi yang kecil.
"Jadi fenomena ini survei itu mengatakan ada kepuasan masyarakat yg belum terpenuhi. Terutama masalah lapangan pekerjaan yang dulu dijanjikan 10 juta lapangan pekerjaan tapi tidak terpenuhi," ujar Nizar.
Diketahui, penerbitan Perppu pembubaran ormas oleh pemerintah rupanya berdampak signifikan terhadap Presiden Jokowi. Mayoritas masyarakat menilai Jokowi telah bersikap represif.
Media Survei Nasional (Median) melakukan survei terhadap 1.000 responden. Hasilnya, 34,6 persen publik menganggap Jokowi otoriter atau represif. Sementara yang tidak menjawab sebanyak 32,0 persen. Survei tersebut memberikan pertanyaan yakni akhir-akhir ini ada isu sensitif yang menyatakan bahwa Presiden Jokowi dianggap represif/otoriter, apakah anda percaya atau tidak dengan isu itu?
"Ada 34,6 persen publik yang percaya dan menganggap Jokowi represif dan otoriter. Versus 33,4 persen yang tidak percaya Jokowi represif dan otoriter," kata Direktur Eksekutif Median Rico Marbun di Rumah Makan Bumbu Desa Cikini, Jakpus, Senin (2/10). (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
LSI Denny JA mengungkapkan elektabilitas PDIP disalip Gerindra pada November 2023.
Baca SelengkapnyaWaketum Perindo Ferry Kurnia Rizkiyansyah menilai, Ganjar merupakan sosok yang diinginkan masyarakat untuk melanjutkan kepemimpinan Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaHabiburokhman membandingkan pemerintahan saat orde baru dengan Jokowi.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaKetua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo membela Megawati Soekarnoputri usai menyebut penguasa hari ini seperti zaman orde baru
Baca Selengkapnya"Tidak masalah, tidak berdosa memberikan dukungan politik," kata Sekjen PSI
Baca SelengkapnyaAndreas pun menyinggung soal cawe-cawe Jokowi agar tetap berkuasa.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA mengungkapkan dua alasan utama elektabilitas Gerindra naik mengalahkan PDIP.
Baca SelengkapnyaHasto menyebut, dalam kabinet Jokowi ada menteri powerfull dan menteri super powerfull.
Baca SelengkapnyaDi DPP PAN, bersama Jokowi partai-partai pemerintah minus PDIP dan NasDem bicara wacana pembentukan koalisi besar.
Baca SelengkapnyaMenurut Raja Juli, presiden maupun menteri merupakan warga negara yang memiliki hak politik untuk mendukung kandidat pilpres.
Baca SelengkapnyaIstana meluruskan ucapan Presiden Jokowi soal presiden boleh kampanye dan memihak.
Baca Selengkapnya