Hambatan-hambatan 3 kartu sakti Jokowi
Merdeka.com - Program perlindungan sosial Presiden Joko Widodo melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) tidak berjalan lancar. Masih ada sebagian kalangan yang mempermasalahkan kartu yang diluncurkan pada awal pemerintahannya.
Salah satunya seperti yang diungkapkan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Politikus PKS itu mengatakan, program-program tersebut harus sesuai azas legalitas.
Selain itu, masih ada sejumlah pemimpin daerah yang belum mengetahui program tersebut. Salah satunya Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Soekarwo mengaku dia hanya mendapat informasi sedikit sekali terkait program tersebut. Salah satunya adanya mengenai KIS yang ternyata sedikit berbeda dengan JKN.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang mengapresiasi kebijakan Jokowi? Kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di bidang pangan dan pertanian mendapatkan apresiasi dari Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Mangku Purnomo.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Bagaimana persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di era Jokowi? Survei Indikator menunjukkan bahwa responden menilai kondisi pemberantasan korupsi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) buruk, dengan jumlah persentase sebesar 32,7 persen.
-
Siapa yang menggugat Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI)
Berikut hambatan-hambatan 3 kartu sakti Jokowi.
DPR pertanyakan biaya untuk kartu sakti Jokowi
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mempertanyakan dari mana sumber dana pembiayaan ketiga program tersebut. Terkait pembuatan kartu KIS, KIP dan KJP, setiap program yang bernilai Rp 1 milliar harus ditender, apalagi pembuatan ketiga kartu yang diperkirakan bernilai triliunan rupiah."Kartu itu kan mesti ditender. Coba bayangin misalnya satu pembuatan kartu harganya Rp 5 ribu, terus dikali Rp 15 juta, sudah berapa coba. Berapa triliun itu cuma kartu doang. Yang di atas Rp 1 miliar aja harus ditender apa lagi yang triliunan. Kan tidak main-main ini," ujar Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (5/11).Politikus PKS itu mengingatkan Presiden Jokowi agar tidak tersandung masalah seperti kasus Bank Century. Kekhawatiran itu timbul karena ia melihat kasus Bank Century yang tidak melibatkan dewan yang terjadi beberapa waktu lalu."Anda ingat kasus Century kan, pemerintah bilang itu itikad baik menyelamatkan bangsa dari krisis ekonomi dunia. Tapi akhirnya apa? Orang masuk bui kok. Jadi itikad baik itu tidak satu-satunya, tapi legal prosedural harus dipenuhi. Itulah yang kita takutkan kalau enggak ngajak dewan, bisa tidak legal," ujar Fahri.
DPR akan kaji program kartu sakti Jokowi
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyatakan, pihaknya akan segera mengkaji kedua program andalan Presiden Jokowi itu. Ia tidak mau program yang diunggulkan tersebut menjadi kebijakan yang hanya sekadar pencitraan dan jauh dari azas legalitas."Kita tentu akan melihat sejauh mana. Kalau ada pelanggaran kita ingatkan kepada pemerintah agar tidak melanggar aturan," kata Fadli kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (6/11).Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu menjelaskan, DPR akan mempelajari program pemerintah KIS dan KIP itu apakah menggunakan dana APBN atau CSR dari perusahaan. Bila dari APBN, tentu hal tersebut menyalahi aturan karena kedua program tersebut belum dianggarkan."Ini kita pelajari, jangan sampai membohongi masyarakat. Kita akan pelajari, program ini menggunakan dana apa. Kalau menggunakan dana BPJS disulap KJS, ini berarti membohongi rakyat," jelasnya.
Yusril: Jokowi urus negara jangan seperti warung
Pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mahendra angkat bicara terkait tiga kartu sakti yang baru-baru ini diluncurkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tiga kartu tersebut adalah Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).Yusril mengatakan tiga kartu andalan Jokowi itu tidak memiliki ada dasar hukum yang jelas. Padahal, kata dia, engan adanya landasan hukum yang kelas, maka kebijakan apapun yang dibentuk dapat dipertanggungjawabkan oleh pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)."Cara mengelola negara tidak sama dengan mengelola rumah tangga atau warung. Kalau mengelola rumah tangga atau warung, apa yang terlintas dalam pikiran bisa langsung diwujudkan dalam tindakan. Negara tidak begitu, suatu kebijakan harus ada landasan hukumnya," tegas Yusril siaran persnya di Jakarta, Kamis (6/11).
Kartu sakti Jokowi dipertanyakan Pemkot Solo
Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mengaku tidak tahu-menahu tentang program Kartu Indonesia Sehat yang baru saja diluncurkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kepala Dinas Kesehatan Solo Siti Wahyuningsih bahkan tak paham dengan konsep kartu itu."Saya tidak tahu konsepnya seperti apa. Ini juga baru tahu dari media. Saya juga tidak tahu data penerima dari mana," ujar Siti kepada wartawan, Selasa (4/11).Kepala Dinas yang dulu diangkat semasa wali kota Jokowi itu, mengaku belum pernah ada sosialisasi ihwal Kartu Indonesia Sehat. Ia mengatakan belum bisa membayangkan pelaksanaannya seperti apa di lapangan."Saya benar-benar tidak tahu, nantinya harus bagaimana dan seperti apa," ucapnya.Siti menilai sebenarnya tidak perlu ada program layanan kesehatan baru dari pemerintah. Program yang sudah ada sebelumnya, lanjut Siti, hanya tinggal menambah jangkauan layanannya.Menurutnya program Jaminan Kesehatan Nasional baru menjangkau kategori masyarakat sangat miskin dan miskin. Sedangkan kategori hampir miskin dan rentan miskin belum tersentuh."Kami mengusulkan pemerintah pusat menggratiskan perawatan kesehatan di kelas III di semua rumah sakit. Jika ingin naik kelas, harus biaya sendiri," harapnya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut JK, jika pilar-pilar tersebut rusak, sistem pemerintahan tidak akan berjalan maksimal.
Baca SelengkapnyaWapres ke-10 dan 12, Jusuf Kalla atau JK memperkirakan, siapa pun yang menggantikan Jokowi akan menghadapi tantangan berat.
Baca SelengkapnyaPernyataan Jokowi boleh mendukung capres menimbulkan sentimen negatif
Baca SelengkapnyaKepemimpinan Presiden Joko Widodo selama dua periode mendapat sorotan dari dunia internasional.
Baca SelengkapnyaRaja Juli Antoni merasa Presiden Jokowi akhir-akhir difitnah karena pernyataan elite politik.
Baca SelengkapnyaBak seorang raja, Joko Widodo juga sudah mempersiapkan pangeran dan permaisuri untuk mengisi jabatan-jabatan berikutnya.
Baca SelengkapnyaHabiburokhman membandingkan pemerintahan saat orde baru dengan Jokowi.
Baca SelengkapnyaKondisi demokrasi Indonesia menjadi sorotan di era Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaIsu yang beredar, mulai dari pembatalan kenaikan UKT yang tinggi, hingga masalah yang menyeret Kejaksaan Agung dan Polri
Baca SelengkapnyaKampus bergerak menuntut Presiden menghentikan penyalahgunaan kekuasaan
Baca SelengkapnyaHasto juga menyinggung adanya permintaan perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi menjadi tiga periode.
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan tidak semua data keamanan negara bisa dibuka sembarangan.
Baca Selengkapnya