Hasil Survei Dituding Berpihak ke Prabowo-Sandi, Ini Penjelasan Litbang Kompas
Merdeka.com - Hasil survei Litbang Kompas dinilai berbeda dibanding dengan survei dari lembaga lainnya, di mana elektabilitas Paslon 01, Jokowi-Ma'ruf menurun sementara Paslon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengalami kenaikan signifikan dari survei sebelumnya pada Oktober 2018.
Banyak pihak yang menuding bahwa Litbang Kompas memiliki kecenderungan berpihak pada Paslon 02. Peneliti Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas mengatakan, ia menyadari hal tersebut.
"Soal hasil survei kami yang terakhir, memang memberikan hasil yang bisa dibilang agak berbeda dengan lembaga-lembaga yang lain," ujar Toto dalam diskusi di Upnormal Coffee Roaster, Raden Saleh, Jakarta, Selasa (26/3).
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Kenapa Prabowo-Gibran dianggap punya elektabilitas tinggi? Menurut Pradana, salah satu hal yang disorot oleh The Economist adalah terkait elektabilitas Prabowo-Gibran karena komitmen keberlanjutan terhadap berbagai program Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terus digaungkan keduanya.
-
Apa hasil LSI soal Prabowo-Gibran di putaran 2? Dari hasil survei tetap mengungguli pasangan nomor urut dua tersebut. Dengan perolehan, Prabowo-Gibran 56,5 persen unggul atas Anies-Muhaimin 26,4 persen, sementara tidak menjawab 17,1 persen.
-
Suara apa yang diraih Prabowo-Gibran di Sulawesi Utara? Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengesahkan suara pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul di wilayah Sulawesi Utara. Prabowo-Gibran meraup 1.229.069 suara. Hal ini berdasarkan hasil rapat rekapitulasi wilayah Sulawesi Utara yang digelar di kantor KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/3).
"Sebetulnya kami sendiri juga cukup surprise ketika melihat hasil semacam itu. Tapi kalau dilihat dari statistik, angka kami masih masuk rentan margin error dari lembaga-lembaga yang lain," lanjutnya.
Meski begitu, Toto menegaskan, hasil tersebut bukan berarti survei lembaganya berpihak pada salah satu calon dalam Pilpres 2019. Menurutnya, lembaga Litbang Kompas telah melakukan survei dengan jujur dan bersih tanpa ada upaya untuk memanipulasi hasil.
Lagipula, Toto menilai hasil survei Litbang Kompas bisa berbeda karena teknik pengambilan sampel dan metodologi yang digunakan setiap lembaga survei juga tidaklah sama.
"Kami sejak awal tidak ada skenario atau intensi baik dalam penyusunan konsep, kuesioner, itu tidak ada kecondongan apapun baik kepada 01 ataupun 02. Kalau sekarang hasilnya seperti itu, ada narasi-narasi mendorong untuk mengira kami mempunyai maksud tertentu. Itu kalau bisa saya sampaikan, itu tidak ada (keberpihakan)," tegasnya.
"Jadi kalau bicara sebetulnya angka kami tidak berbeda jauh, tetapi memang banyak yang bilang kami memakai angka skeptis. Lalu dari (kubu) 02 melonjak, lalu pandangan dari publik semakin terbentuk, seakan-akan menempatkan kami pada keberpihakan tertentu," kata Toto.
Dia menambahkan, lembaganya sangat kredibel. Alat ukur yang dimiliki Litbang Kompas kuat karena sebaran cakupannya yang luas.
"Jadi kalau bicara sebetulnya angka kami tidak berbeda jauh, tetapi memang banyak yang bilang kami memakai angka skeptis. Lalu dari (kubu) 02 melonjak, lalu pandangan dari publik semakin terbentuk, seakan-akan menempatkan kami pada keberpihakan tertentu," tukasnya.
Dalam kesempatan yang sama, pakar psikometri riset dan statistik, Yahya Umar menjelaskan, perbedaan hasil survei seperti yang ditemukan Litbang Kompas sebenarnya wajar terjadi.
"Hasil lembaga survei memang harus berbeda. Mengingat, caranya dan teknik pemilihan responden berbeda, metode pengambilan surveinya juga berbeda. Justru, jika lembaga survei berbeda tapi hasilnya sama itulah yang dipertanyakan," ujarnya.
Sedangkan Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman yang hadir dalam diskusi itu mengatakan, survei juga hanya berlaku pada saat survei dilakukan. Survei juga tidak mampu mendeteksi golput, dimana hal itu masih banyak terjadi di kalangan milenial.
"Misalnya di 2019 ini di pemilu ada seperti ancaman juga partisipasi akan menurun. Tapi soal teknis ya. Di survei kami (LSI Denny JA) hanya 50 persen yang tahu bahwa pada 17 April ada pemilihan presiden, yang tahu ada pilpres yang tanggalnya benar 17 April. Terlepas nanti ada masalah pragmatis ya, artinya pemilih melihat mereka lebih baik bekerja daripada datang ke TPS," tukas Ikrama.
Pengamat Politik, Adi Prayitno menambahkan, masyarakat sebaiknya juga tidak langsung menghakimi sebuah lembaga survei bila hasil yang dikeluarkan tidak sama dengan yang lainnya. Sebab, survei hanya membantu memberikan gambaran terhadap prospek politik yang sedang berlangsung.
"Jadi apapun hasil survei itu harus dimaknai biasa-biasa saja. Yang harus dianggap sebagai bagian dari kepentingan politik elektoral kita saat ini, gitu ya," tukas Adi.
"Tentu saja publik tidak perlu harus menghakimi lembaga survei ini adalah lembaga survei yang tidak kredibel, pesanan, atau apapun, karena survei ini adalah suatu metologi yang cukup rumit dan tentu semua lembaga survei mempertaruhkan kredibilitasnya," tambahnya.
Reporter: Ratu Annissa Suryasumirat
Sumber: Liputan6.com
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Eektabilitas Prabowo berada di angka 39,7 persen naik dibanding Agustus 2023
Baca SelengkapnyaSementara pasangan nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengalami juga peningkatan.
Baca SelengkapnyaLembaga Survei Indonesia (LSI) merilis survei terbarunya tentang elektabilitas para bakal Capres di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPergerakan akar rumput Ganjar-Mahfud nyaris tidak ada
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA merilis Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berada di urutan teratas dengan 42,9%.
Baca SelengkapnyaHasil survei LSI Denny JA menunjukkan elektabilitas Prabowo lebih unggul dari Ganjar.
Baca SelengkapnyaTren elektabilitas ketiga calon pada periode Juli-Agustus 2023 menunjukkan Ganjar mengalami kenaikan.
Baca SelengkapnyaPrabowo banyak mendapat imbas positif dari efek Jokowi.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul dengan elektabilitas 53,4 persen.
Baca SelengkapnyaPresiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) menanggapi hasil survei Pilkada Jateng terbaru yang dirilis SMRC.
Baca SelengkapnyaPoltracking mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran mengalahkan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin dengan selisih suara yang besar.
Baca SelengkapnyaMenurut LSI, belakangan ini Prabowo sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca Selengkapnya