Hidayat Nur Wahid Kritik Pemilu Serentak, Kampanye Terlalu Panjang Tidak Produktif
Merdeka.com - Anggota DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengusulkan Pemilu ke depan diselenggarakan dalam tiga tahapan. Hal ini sebagai alternatif dari Pemilu serentak 2019 yang dirasa tidak efisien.
"Kalau yang saya usulkan nanti Pemilu ada tiga jenis," kata Hidayat di Ruang Sidang Paripurna DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (8/5).
Tiga jenis Pemilu usulan Hidayat yakni pemisahan antara Pilpres, Pemilu Legislatif dan Pilkada. Menurutnya cara ini akan lebih efisien dibandingkan Pemilu serentak.
-
Sistem pemilu apa yang dipakai di Indonesia saat ini? Sampai saat ini, sistem pemilu proporsional terbuka tetap diterapkan dalam pemilihan umum di Indonesia.
-
Apa itu Pemilu? Pemilu adalah sarana penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
-
Kapan Pemilu di Indonesia dilaksanakan secara berkala? Pemilihan Umum adalah proses demokratis yang dilakukan secara berkala untuk memilih wakil rakyat atau pejabat publik dalam suatu negara.
-
Bagaimana asas Pemilu di Indonesia diterapkan? Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 (UU 7/2017), terdapat enam asam pemilu yakni Luber Jurdil merupakan kependekan dari langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Berikut ini penjelasannya:
-
Bagaimana Pemilu diselenggarakan? Pemilu dilaksanakan sesuai dengan asas pemilu di Indonesia yaitu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-
Kapan Pemilu dilakukan di Indonesia? Pemilu atau pemilihan umum adalah pemilihan yang dilakukan serentak oleh seluruh rakyat suatu negara (untuk memilih wakil rakyat dan sebagainya).
"Menurut saya akan lebih baik juga dari sisi kualitas Pemilu dan kualitas hasil Pemilu," terangnya.
Mantan ketua MPR ini juga menganggap bahwa Pemilu serentak justru mengkaburkan fokus pengawasan kepada para Calon Legislatif. Mata publik semuanya tertuju pada Pilpres, sedangkan Pileg terabaikan. Padahal menurutnya peran anggota dewan ini tidak kalah penting dibandingkan dengan presiden.
"Padahal dalam konteks demokrasi, eksekutif dan legislatif itu sama pentingnya," ujar Hidayat.
Meskipun diselenggarakan dalam tiga kali, Hidayat Nur Wahid tidak menyarankan ketiganya diselenggarakan di tahun yang sama. Ia mengusulkan supaya hanya Pilpres dan Pileg saja di tahun yang sama.
"Tidak boleh dalam satu tahun bersamaan, kalau Pileg dan Pilpres bisa mengacu pada pola yang lama, itu kan selisihnya sebulan atau tiga bulan. Kalau Pilkada nanti di tahun yang berbeda," tuturnya.
Ia juga mengkritik lamanya masa kampanye dalam Pemilu kali ini. Menurutnya idealnya masa kampanye bisa dilakukan hanya dalam sebulan atau dua bulan.
"Itu kampanye terlalu panjang juga tidak produktif, selain itu amat-sangat menyita waktu dan menyita anggota DPR dan DPRD yang mestinya mereka masih fokus di DPR atau DPRD sudah harus kampanye. Sehingga kerja kita di DPR juga terganggu," katanya.
Menurutnya, tujuan Pemilu serentak yang pada awalnya untuk menghemat anggaran justru malah tidak tercapai. Menurutnya biaya nonmateril Pemilu serentak justru lebih besar, seperti kematian ratusan para petugas KPPS. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua Bawaslu Rahmat Bagja mengusulkan penyelenggaraan pemilu dan pilkada tidak dilaksanakan dalam tahun yang sama.
Baca SelengkapnyaWalaupun ada India dengan jumlah pemilih yang lebih besar dan Amerika Serikat yang punya pemilu lebih besar.
Baca Selengkapnya"karena kami punya keyakinan pemilu ini hanya selesai satu putaran," kata Nusron Wahid
Baca SelengkapnyaMenurut Cak Imin, sejatinya pesta demokrasi dibuat senyaman dan seaman mungkin
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDIP Djarot Syaiful Hidayat menilai, Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi yang terburuk pascareformasi.
Baca SelengkapnyaWaketum Partai Gerindra Habiburokhman mengklaim bahwa hampir 95 persen politisi sudah move on dari Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaHasto ingin agar segala sesuatunya harus dicermati serta harus dikaji dengan bersamaan.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi III DPR dari fraksi PKB Hasbiallah Ilyas sepakat dengan penilaian Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut, bahwa OTT KPK kampungan.
Baca SelengkapnyaKesimpulan itu diberikan karena banyaknya penyalahgunaan kekuasaan, intervensi penegak hukum, pelanggaran etika
Baca SelengkapnyaUntuk menjadi calon anggota legislatif (caleg) membutuhkan biaya yang besar.
Baca SelengkapnyaHasto menegaskan, yang diundang adalah mereka yang menjaga demokrasi hukum dan mau menegakkan hukum.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengungkap sejumlah elite politik yang meramaikan isu perpanjangan masa jabatan presiden.
Baca Selengkapnya