Ini kata Golkar soal poros baru Yusril lawan Ahok di Pilgub DKI
Merdeka.com - Ketua Dewan Pakar DPP Partai Golkar Agung Laksono berpendapat, majunya Yusril Ihza Mahendra yang mendeklarasikan diri didukung beberapa partai Islam sebagai bentuk cara bersaing dengan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Agung menilai hal itu wajar saja sepanjang tak melanggar aturan yang ada.
"Itu tentu saja berbagai cara yang dilakukan kompetitor Pak Ahok, sah saja sepanjang sesuai aturan yang ada," kata Agung selepas melaksanakan salat Idul Adha 1437 H di DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Nelly Murni, Slipi, Jakarta Barat, Senin (12/9).
Meski demikian dia mengatakan bukan berarti dirinya tak mendukung Ahok yang telah diusung oleh partainya.
-
Bagaimana Golkar dapat mengonsolidasikan suara? “Rata-rata kami mempunyai 5 juta kader, jadi kalau dikalikan 10 saja, bisa menghitung, paling tidak ada 50 juta suara yang bisa kami konsolidasikan dari Hasta Karya ini,“ Diketahui, Partai Golkar memiliki sepuluh ormas.
-
Bagaimana cara kader Golkar menghadapi perompak demokrasi? “Saya mengajak semua kader dan elit Partai Golkar selalu kompak untuk menghadapi perompak demokrasi yang bisa merusak tatanan dan keluhuran demokrasi yang telah kita bangun,“ tuntasnya.
-
Siapa ketua umum Partai Golkar saat ini? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Siapa yang memimpin Golkar? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendampingi Presiden Joko Widodo yang memimpin jalannya KTT di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu (6/9).
-
Siapa yang dikritik Golkar soal maju Pilgub DKI? Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menyindir, Anies Baswedan yang tengah mempertimbangkan maju kembali di Pemilihan Gubernur Jakarta.
"Namun demikian tidak mengurangi sedikit pun dukungan kami kepada Pak Ahok sebagai gubernur hanya, sebaiknya kita menggunakan menjunjung tinggi kemajemukan, kebangsaan tidak dikaitkan dengan SARA," jelas Agung.
Politikus Golkar ini mencium pecahnya suara dari koalisi kekeluargaan menjadi indikasi kegamangan kompetitor Ahok sebagai saingannya. Koalisi kekeluargaan dianggap tidak pede dan tak solid dalam mengusung calon untuk menjadi lawan Ahok di Pilgub DKI.
"Ini menunjukkan kegalauan kurang percaya dan pede, termasuk pendukungnya tidak menemukan sosok untuk bersaing dengan Ahok, kita lihat ini, mereka selalu gonta-ganti karena ragu-ragu," terang Agung.
"Apa yang kami lakukan obyektifitas, kalau dengan cara menjatuhkan orang lain, kan bukan dasar prestasi orang yang diusung, makanya gonta-ganti, kita khawatir keburu habis," sambungnya.
Sementara itu di tempat yang sama, Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, Akbar Tanjung menilai, Yusril berhak mengajukan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Menurut Akbar, Yusril memiliki pengalaman dalam menduduki jabatan-jabatan di pemerintahan. Terlebih Jakarta merupakan Ibu Kota yang pendukungnya beragam.
"Kalau kaitannya sama Pilkada baik itu Pilgub kan memang haknya, kalau seseorang terpanggil untuk mengabdikan diri, seperti Pak Yusril," kata Akbar.
Akbar melanjutkan, Yusril boleh-boleh saja maju sebagai calon gubernur DKI dan bersaing dengan Ahok. Namun tak ada salahnya pula bila ada calon lain yang lebih muda untuk mengisi kursi nomor 1 DKI.
"Kalau saat ini dia kembali terpanggil ya silahkan saja. Tapi kalau pengabdiannya merasa cukup ya dia berikan ke calon-calon yang lain," ujarnya.
Diketahui sebelumnya, Yusril Ihza Mahendra mengaku saat ini kekuatan baru parpol sedang dibentuk untuk mengusung dirinya di Pilgub DKI. Kekuatan baru itu disebut sebagai poros baru yang terdiri dari Partai Demokrat, PAN, PPP dan PKB.
Menurut Yusril, Susilo Bambang Yudhoyono dan sesepuh PAN, Amien Rais sampai turun tangan untuk merealisasikan poros baru tersebut. Yusril pun siap menghadapi petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilgub DKI.
"Kalau sudah diputuskan insya Allah. Kami sudah berhitung betul, melakukan kalkulasi politik secara matang, andai kata head to head dengan petahana kami jalani. Tapi andaikata 3 pasang, ada satu pasang lagi dari Gerindra dan PKS, pun akan kami hadapi," ujar Yusril di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (10/9).
Menurut Yusril, sampai saat ini peta politik di Pilgub DKI masih sangat mungkin berubah terutama soal PDIP. Bisa jadi nantinya partai besutan Megawati Soekarnoputri itu akan mengusung calonnya sendiri.
(mdk/sho)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ahok melihat keberadaan Kang Emil akan membuat kader Gerindra sulit untuk menangan di Tanah Pasundan
Baca SelengkapnyaGerindra merespons soal elektabilitas Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jakarta masih kalah dari Anies
Baca SelengkapnyaGolkar mulanya berharap Prabowo Subianto merestui Airin Rachmi Diany sebagai calon Gubernur Banten.
Baca SelengkapnyaInternal Golkar kembali panas jelang Munas pemilihan ketua umum
Baca SelengkapnyaPeluang Ridwan Kamil di Jakarta tetap ada walaupun diakui elektabilitasnya belum optimal.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat menantang Partai Keadilan Sejahtera untuk mengusung Ahok.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menyinggung mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam menata kota.
Baca SelengkapnyaAhok pun meluruskan pernyataannya soal Gibran dan Jokowi tak bisa kerja jika Prabowo memenangi Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaAlasan Ahok mengundurkan diri dari jabatan Komisaris Utama PT Pertamina agar fokus kampanye mendukung Ganjar-Mahfud dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaDoli mengatakan, pihaknya pun memiliki bukti bahwa pasangan calon lain melakukan kecurangan.
Baca SelengkapnyaYusril Ihza Mahendra selaku ketua tim hukum Prabowo-Gibran mencecar tajam saksi ahli.
Baca SelengkapnyaKeputusan KIM mengusung Andra-Dimyati membuat Golkar dan Gerindra pecah kongsi.
Baca Selengkapnya