Ironi pencapresan Jokowi dan Prabowo
Merdeka.com - Dalam rilis hasil survei CSIS persaingan keta capres 2014 adalah milik Jokowi dan Prabowo. Namun dukungan terhadap dua calon kuat itu sama-sama menyisakan ironi.
Dalam bagian survei dengan skenario lima nama capres, muncul Jokowi sebagai pemenang dengan dukungan 46 persen. Selanjutnya Prabowo 14,2 persen, Aburizal Bakrie 9,9 persen, Jusuf Kalla 5,9 persen, Megawati 5,7 persen, dan yang responden yang belum menentukan pilihan sebanyak 16,3 persen.
"Dengan pertanyaan lima skenario, Jokowi tetap yang tertinggi. Demikian juga saat skenario dua calon diajukan kepada responden, Jokowi mendapatkan dukungan 58,2 persen dan Prabowo mendapatkan 19,3 persen dukungan," kata Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS Philips Vermonte, di Kantor CSIS Gedung Pakarti, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (1/12).
-
Mengapa persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di era Jokowi menurun? Adapun jika melihat trennya, persepsi positif menurun, sebaliknya persepsi negatif meningkat.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Bagaimana Prabowo mendapatkan dukungan dari Jokowi? “Dorongan dari Pak Jokowi itu membuat Pak Prabowo Subianto sekarang lebih unggul. Endorse dari Pak Jokowi yang sudah kelihatan itu kan.“
-
Siapa yang dukung Prabowo? Konferda Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Pro Jokowi (Projo) Sumatera Barat (Sumbar) memutuskan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
-
Kapan Prabowo mendapatkan dukungan Jokowi? Pengamat Politik Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Moch Mubarok Muharam menyebut Prabowo Subianto sudah mendapatkan dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk maju pada Pilpres 2024.
Dibanding survei CSIS April lalu, dukungan terhadap Prabowo menurun. Saat itu dukungan Prabowo sebesar 22 persen. Sedangkan Jokowi pada April lalu mencapai 46,6 persen.
Meski mendapat dukungan kuat, Philips mengungkapkan, dua calon itu bisa saja tidak bisa dicalonkan dalam Pilpres 2014. Menurut Philips, ini tidak lain karena PDIP yang sampai saat ini belum menentukan capresnya. Sedangkan Prabowo bermasalah dengan elektabilitas partainya yang diragukan bisa mencapai 20 persen kursi DPR sebagai syarat pencalonan.
"Jangan dua calon kuat ini tidak masuk sebagai capres 2014 nanti. Jokowi mungkin belum tentu dapat tiket dari PDIP. Sedangkan Prabowo masalah partainya yang diragukan mencapai suara 20 persen. Ini ironi. Masyarakat punya calon tapi keduanya tidak bisa mencalonkan diri," papar Philips.
Survei CSIS yang bertajuk 'Tanda-tanda berakhirnya Oligarki Elite Partai?' dilakukan di 33 provinsi dan berlangsung pada 13 sampai 20 November 2013 dengan wawancara tatap muka. Jumlah sampel 1.180 responden dengan tingkat kesalahan 2,85 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Pemilihan responden dilakukan secara acak bertingkat dan proporsi kelamin 50:50 persen untuk laki-laki dan perempuan. Proporsi responden untuk desa dan kota juga sama 50:50 persen dengan data BPS 2011. (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
TKN Fanta Prabowo-Gibran, menilai sah-sah saja bila ada pihak beda pandangan atau tidak percaya survei
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca SelengkapnyaKejutan hasil survei Litbang Kompas membuat Pilpres 2024 semakin seru, sehari jelang debat perdana pada 12 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPenurunan pemilih Ganjar justru diikuti oleh kenaikan dukungan pada capres nomor urut satu Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaEektabilitas Prabowo berada di angka 39,7 persen naik dibanding Agustus 2023
Baca SelengkapnyaMenurut LSI, belakangan ini Prabowo sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca SelengkapnyaPada survei terbaru 23-24 Desember 2023, elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai angka 46,7 persen. Angkanya terus naik dari November 2023.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Ganjar Pranowo turun 10 persen dalam dua bulan terakhir menurut survei Indikator Politik Indonesia.
Baca SelengkapnyaPrabowo banyak mendapat imbas positif dari efek Jokowi.
Baca SelengkapnyaJelang debat Capres, elektabilitas para Capres dirilis sejumlah lembaga survei.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA mengungkapkan elektabilitas PDIP disalip Gerindra pada November 2023.
Baca Selengkapnya