Janji Jokowi yang belum terealisasi bukan berarti hoaks, ini penjelasan Timses
Merdeka.com - Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengatakan sejumlah netizen sedang membangun sentimen negatif untuk Presiden Joko Widodo. Menurut dia, sentimen itu dibangun untuk mendorong persepsi publik agar mengaitkan janji Jokowi dengan hoaks Ratna Sarumpaet.
Ketua DPD Golkar Jawa Barat tersebut memiliki pandangan bahwa keduanya terlalu jauh untuk dibandingkan. Pasalnya, indikator pemenuhan janji kampanye sangat berbeda dengan penyimpangan perilaku yang dilakukan seseorang dalam hal ini Ratna Sarumpaet.
"Terlalu jauh untuk dibandingkan. Jangankan untuk disamakan, dibandingkan saja gak bisa. Konteks Pak Jokowi itu situasinya belum mencapai target. Sementara Ibu Ratna Sarumpaet jelas sekali menyebarkan kebohongan dan itu diakuinya sendiri," kata Dedi melalui keterangan tertulis yang diterima, Minggu (7/10).
-
Siapa saja yang bisa melakukan kebohongan? Individu yang cenderung berbohong akan menunjukkan ciri-ciri kebohongan yang jelas.
-
Siapa yang disebut Jokowi sebagai sosok yang keliru? “Karena ia percaya sumber daya planet bumi terbatas. Akan tetapi, ternyata Thanos keliru.“
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Siapa yang cenderung berbohong? Penelitian menunjukkan bahwa individu yang berbohong cenderung mengalami variasi dalam suara, intonasi, dan gaya berbicara.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Meski tidak menafikan target yang belum tercapai, Dedi mengajak semua pihak mengapresiasi capaian presiden tersebut. Dia mencontohkan massifnya pembangunan infrastruktur sebagai investasi jangka panjang Indonesia sebagai bangsa.
Kemudian, program pemerataan listrik sampai ke pelosok pedalaman di daerah Papua misalnya. Selain itu, program sertifikasi tanah sebagai penciptaan kedaulatan agraria dan pengendalian stabilitas harga bahan pokok.
Menurut Dedi, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kini memang tengah terjadi. Tetapi, kondisi itu tidak serta merta melambungkan harga bahan pokok di pasaran. Gejolak ekonomi tidak terjadi dan daya beli masyarakat tetap baik.
"Faktor pelemahan rupiah kan bukan di Pak Jokowi. Itu karena iklim ekonomi global. Nah, bisa gak Pak Jokowi disebut sedang berbohong? Ya, gak bisa, karena itu termasuk target yang belum tercapai, bukan bohong," ujarnya.
Mantan Bupati Purwakarta itu mengajak semua pihak merefleksi janji para pejabat publik. Termasuk dirinya yang pernah memimpin Purwakarta selama dua periode. Begitu pun dengan janji Mantan Gubernur Jawa Barat dua periode Ahmad Heryawan.
Nama pria yang akrab disapa Kang Aher itu sempat muncul di internal PKS sebagai bakal cawapres. Akan tetapi terpaksa harus kandas di tangan Ijtima Ulama I yang meloloskan Habib Segaf al-Jufri.
Nama terakhir itu pun gagal karena Calon Presiden Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno sebagai pendampingnya.
Berdasarkan keterangan Dedi, Aher pernah menjanjikan pendidikan SMA gratis, Citarum Harum dan satu juta lapangan kerja. Selama 10 tahun menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, janji itu tidak terealisasi.
"Pada akhir 10 tahun itu tercapai atau tidak? Tidak kan. Kemudian apakah Pak Aher bisa disebut berbohong? Ya tidak juga. Pak Aher hanya bisa disebut belum mencapai apa yang dijanjikan," paparnya.
Suami Anne Ratna Mustika itu berujar bahwa kebohongan sepadan dengan istilah nol besar. Sementara, sebuah janji kampanye selalu ada upaya dan ikhtiar nyata meskipun pada akhirnya ada yang belum mencapai target.
Jika setiap target yang tidak tercapai disebut sebagai kebohongan, Dedi mengatakan seluruh pejabat publik bisa dikatakan pembohong. Hal tersebut menurutnya, sangat tidak relevan.
"Target yang tidak tercapai bukan kebohongan. Jadi, mohonlah itu dibedakan," katanya.
Contoh terakhir dikemukakan oleh Dedi. Pemimpin sekelas Pak Harto yang memimpin Indonesia selama 32 Tahun pun tak luput dari kesulitan memenuhi target. Menurut Dedi, Pak Harto pernah menjanjikan ekonomi Indonesia akan tinggal landas pada Tahun 1998.
Faktanya, di tahun tersebut terjadi krisis ekonomi yang berimbas pada krisis politik. Krisis multi dimensi itu akhirnya menjadi penyebab kelengseran mantan mertua Prabowo Subanto itu dari kursi Presiden RI.
"Ternyata bukan tinggal landas kan tetapi kita malah tetap di landasan. Apakah Pak Harto disebut pembohong? Tidak. Sekali lagi, targetnya tidak tercapai," ujarnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyebut isu mundurnya sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) hanya desas-desus
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi dikabarkan menitipkan nama menteri di kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menghadiri peringatan hari konstitusi dan HUT ke-78 MPR.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta masyarakat untuk terlebih dahulu mencari kebenaran dari setiap isu yang beredar di ruang publik atau media sosial
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi buka suara terkait isu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menampar wamentan.
Baca SelengkapnyaRaja Juli Antoni merasa Presiden Jokowi akhir-akhir difitnah karena pernyataan elite politik.
Baca SelengkapnyaMPR Yakin Masyarakat Memaafkan Jokowi, Tapi Perlu Ungkap Janji yang Sudah Ditepati dan Belum
Baca SelengkapnyaRizieq menggugat Jokowi ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat pada 30 September 2024
Baca SelengkapnyaMK telah memutuskan untuk menolak seluruh gugatan yang diajukan pasangan 01 dan 03.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menilai permintaan maaf Presiden Jokowi di akhir masa jabatannya wajar saja
Baca SelengkapnyaTolak ukur yang dimaksud Jokowi seperti pendapatan perkapita, indeks pembangunan manusia, tingkat pengangguran, angka kemiskinan dan sebagainya.
Baca SelengkapnyaBegitu juga dengan menteri disebut Jokowi boleh berkampanye
Baca Selengkapnya