Jokowi butuh lawan setimpal dalam Pemilu 2014
Merdeka.com - Joko Widodo (Jokowi) namanya terus menduduki posisi atas dalam sejumlah survei. Bahkan, dalam tiga bulan terakhir ini, tidak ada lawan tanding Jokowi yang berbobot untuk meramaikan pertarungan Pilpres 2014 mendatang.
Demikian dikatakan Ketua Laboratorium Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk dalam surveinya bertajuk "siapa lawan tanding Jokowi".
"Alasan survei ini karena studi-studi yang berbasis elektabilitas, terutama 3 bulan terakhir.
-
Bagaimana Indikator Politik melakukan survei ini? Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 sampel responden yang dipilih menggunakan multistage random sampling.
-
Apa yang diukur dalam survei indikator? Lembaga Survei Indikator Politik merilisi hasil survei elektabilitas pasangan calon (paslon) pada Pilpres 2024.
-
Bagaimana survei ini dilakukan? Survei dilakukan di seluruh Indonesia melibatkan 1.262 responden secara nasional, dan 4.000 responden di Jawa.
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
Perkembangan terkini mengerucut dan menarik kesimpulan penting pada Desember ini seolah-olah pemain penting politik Indonesia capres 2014 cuma 1 orang, cuma Jokowi," kata Hamdi Muluk dalam presentasinya di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (29/12).
Dari bulan ke bulan, lanjut Hamdi, berdasarkan survei Charta Politica, sebagian besar masyarakat menolak nama-nama capres dengan wajah lama. Seperti Prabowo Subianto, Wiranto, Aburizal Bakrie, Megawati, Hatta Rajasa, Dahlan Iskan, dan Jusuf Kalla.
"Apa kerangka menyikapi hal ini, ibaratnya harus menyiapkan hidangan makanan menu baru. Kalau ini diterus-terusin kalau pemainnya hanya ini (Prabowo dkk), trendnya akan sama. Pilihan masyarakat cuma Jokowi dan yang lain ditolak," jelasnya.
Jika partai-partai ngotot mengusung capres dengan nama-nama lama, Hamdi menegaskan, maka akan membuat partai tersebut bunuh diri. Pasalnya, Jokowi dari berbagai survei dan bersaing dengan tokoh-tokoh lama selalu menempati posisi atas.
"Ini gak sehat buat demokrasi. Stop lah survei-survei itu dan partai politik yang memunculkan nama-nama lama. Demokrasi yang bagus harus ada persaingan. Siapa lawan tanding Jokowi, kalau hanya nama-nama capres lama, tewas dan bunuh dirilah partai itu, sumpah akan kalah sama Jokowi," tutupnya.
Baca Juga:
Mengapa Jokowi selalu berkelit ketika ditanya capres?
Di samping Jokowi, Mega cemberut ditanya soal capres
Ditanya bahas pencapresan saat bertemu SBY, Jokowi tersipu
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut LSI, belakangan ini Prabowo sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca SelengkapnyaPertarungan di Pilkada Sumut tidak hanya pertarungan di antara dua paslon, tetapi juga perang pengaruh dua mantan presiden di belakang mereka.
Baca SelengkapnyaPoltracking Indonesia merilis hasil survei terbaru terkait elektabilitas pasangan calon (paslon) di Pilkada Jabar.
Baca SelengkapnyaSurvei Indikator Politik Indonesia mencatat pengaruh figur Jokowi dan Megawati dalam mempengaruhi pillihan publik ke PDIP
Baca SelengkapnyaSejumlah lembaga survei memotret elektabilitas atau tingkat keterpilihan capres dan cawapres empat hari menjelang pencoblosan.
Baca SelengkapnyaElektabiltas terbaru versi LSI Denny JA, Prabowo-Gibran 46,6 persen, Ganjar-Mahfud 24,8 persen dan Anies-Cak Imin 22,8 persen.
Baca SelengkapnyaIndikator Politik mencatat adanya Jokowi effect dalam melesatnya elektabilitas Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaYusril pun membandingkan pasangan calon lain yang juga didukung oleh tokoh-tokoh berpengaruh lain.
Baca SelengkapnyaSetidaknya ada tiga faktor yang membuat elektabilitas Prabowo-Gibran mendominasi kota yang terkenal dengan kesenian reog tersebut.
Baca SelengkapnyaPeneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, ada dua alasan utama mengapa dukungan publik untuk PDIP tinggi.
Baca SelengkapnyaPendukungnya Jokowi ini sudah mulai migrasi kepada Prabowo.
Baca Selengkapnya