Jokowi pulang dari AS karena penanganan asap atau RAPBN 2016 mentok?
Merdeka.com - Hujan kritik menyertai kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat. Salah satunya karena Jokowi memilih pergi ke luar negeri di saat masyarakat Sumatera dan Kalimantan menderita akibat kabut asap. Akhirnya Jokowi mempercepat kepulangannya dengan alasan harus memantau langsung penanganan pemadaman kebakaran hutan.
Keputusan itu ternyata juga mengundang tanda tanya. Terlebih saat ini di gedung DPR menguat ancaman penolakan RAPBN 2016.
"Ketika kunjungan dipersingkat menurut saya jangan hanya sebagai panggung depan saja, tetapi memobilisasi pemerintah baik itu daerah pusat agar mempercepat penanganan asap. Jangan sampai jadi panggung politik karena akan ada pengesahan RAPBN 2016," kata Direktur Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto dalam sebuah diskusi di Dewan Pers, Jakarta, Kamis (29/10).
-
Siapa yang larang Jokowi ikut kampanye? Tidak ada penyebutan presiden dan wakil presiden atau menteri di dalamnya.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
-
Apa yang dibicarakan Jokowi dengan PKB? Menurut dia, Jokowi memuji raihan suara PKB dalam Pileg 2024.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Apa yang dibahas Jokowi dengan Parmusi? Dalam pertemuan itu, Jokowi membahas mengenai pemilu 2024 dan masalah Rempang.
"Jangan-jangan (Jokowi mempercepat lawatannya) bukan karena asap, ada 30 Oktober RAPBN 2016, saya tetap berharap asap jadi prioritas utama," tegasnya.
Soal alotnya pembahasan RAPBN 2016, pengamat politik dari UIN Jakarta ini melihat ada potensi DPR menyandera pengesahan anggaran negara tahun depan. Padahal RAPBN 2016 ini merupakan susunan anggaran yang murni dibuat pemerintahan Presiden Jokowi. Berbeda dengan RAPBN 2015 yang merupakan warisan pemerintahan sebelumnya yaitu Presiden SBY.
"Ada potensi sandera, kemungkinan diakomodirnya dana aspirasi bisa jadi bahan barter," ucapnya.
Sementara terkait percepatan penanganan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan, Jokowi disarankan mengefektifkan tim, baik di daerah ataupun pusat. Sebab selama ini, koordinasi dan manajemen pemerintahan Presiden Jokowi dalam penanganan asap terlihat belum maksimal.
"Banyak pihak lain yang terlibat, termasuk AS dan negara lain. Proses intensitas dan koordinasi diperlukan maksimal, bantuan itu datang seperti apa, seberapa lama, perlu diefektifkan, pemerintah belum terkoordinasi dengan baik," tandasnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sandiaga menyebut dokter kepresidenan menjelaskan salah satunya karena kualitas udara buruk.
Baca SelengkapnyaJokowi hari ini Selasa (30/7) kembali ke Jakarta usai berkantor di IKN
Baca SelengkapnyaJokowi melakukan agenda kunjungan kerja keluar Jakarta saat momen-momen itu.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan polusi udara di Jabodetabek.
Baca SelengkapnyaPadahal, Jokowi juga diundang agar hadir di kampanye akbar RK-Suswono di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11).
Baca SelengkapnyaMuhadjir juga menjelaskan alasan keterlibatan kementeriannnya dalam pembagian bansos.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Ormas Pro Jokowi, Budi Arie mengungkap alasannya.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) sempat memastikan akan pindah kantor di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada Juli 2024.
Baca SelengkapnyaUsai bertemu Jokowi, Gus Miftah membocorkan obrolannya dengan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) menjawab soal peluangnya menjadi bagian dari Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pada masa pemerintahan Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaSaat ini rakyat Indonesia butuh pemimpin yang mampu melakukan perubahan dan perbaikan.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, percuma memasarkan sesuatu kepada investor tetapi penyelesaian masalah dalam negeri belum selesai.
Baca Selengkapnya