Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kegelisahan Buya Syafii Lihat Ujaran Kebencian dan Hoaks Marak di Medsos

Kegelisahan Buya Syafii Lihat Ujaran Kebencian dan Hoaks Marak di Medsos Buya Syafii. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Di awal tahun politik, hiruk pikuk Pemilu 2019 menjadi sorotan masyarakat. Mulai dari debat kandidat sampai soal 'contekan' masing-masing kandidat calon presiden dan wakil presiden.

Teranyar, terkait maju mundurnya pembebasan narapidana terorisme Abu Bakar Baasyir, kemudian kemunculan bebasnya tokoh fenomenal Basuki Tjahaja Purnama usai menjalani masa tahanan selama 1 Tahun 8 Bulan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Deretan peristiwa itu tak membuat tokoh senior Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau akrab dikenal dengan sapaan Buya Syafii risau. Ada hal lain yang menarik perhatian Buya.

Anggota Dewan etik Mahkamah Konstitusi, itu mengaku gelisah melihat fenomena hoaks dan ujaran kebencian media sosial. Menurutnya, media sosial telah banyak dipakai untuk sesuatu yang salah oleh orang-orang tak bertanggungjawab.

Dampak ujaran-ujaran kebencian itu sangat fatal yakni membawa Indonesia ke arah perpecahan.

"Ujaran-ujaran itu orang tak bertanggungjawab tidak melihat akibatnya. Karena terlalu bebas dan tidak ada yang merasakan punya tanggungjawab moral. Saya rasa itu saja menurut saya," kata Syafii di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu (23/1).

Dia mengutarakan, aturan tentang penggunaan media sosial secara bijak bagi sebagian orang hanya angin lalu saja.

"Aturan siapa yang mau mendengar. Yang punya hati nurani mau ikut aturan itu, kalau tidak? Politik segala-galanya sekarang," tuturnya.

Dia menegaskan, tak ada cara yang ampuh mengatasi perilaku orang-orang yang tidak bertanggungjawab di media sosial. Semuanya harus dimulai dari diri sendiri yang merasa media sosial harus digunakan secara baik.

"Enggak ada cara yang ampuh. Begini saja, orang yang waras jangan hanya diam. Harus bergerak," ucap Syafii.

Menurut dia, orang waras ini jangan hanya bergerak saat tahun politik semata saja. Sampai pertarungan kekuasaan bakal selesai, lalu ditinggalkan dan tak membenahinya lagi.

"Bukan hanya di tahun politik, selanjutnya kita harus begitu," jelasnya.

Dia mengingatkan, seluruh warga negara harus mulai bergerak menghadapi bahaya ancaman media sosial agar NKRI tetap utuh.

"Negara ini harus bertahan lama dan itu tergantung kepada warga negara kita. Kalau mereka tidak mau menghiraukan kesopanan, Undang-Undang Dasar, masa depan kita itu dalam tanda tanya besar," ungkap Syafii.

Meski begitu, dia melihat orang-orang waras sudah perlahan mulai bergerak. Tinggal bagaimana memobilisasinya dengan baik.

"Sudah mulai, tapi belum terkoordinasi dengan baik. Ya (harus dikencangkan lagi)," tutupnya.

Reporter: Putu Merta Surya Putra

Sumber : Liputan6.com

(mdk/ray)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Polisi Wanti-Wanti Konten Kreator soal UU ITE Buntut Galih Loss Ditangkap, Ini Isinya
Polisi Wanti-Wanti Konten Kreator soal UU ITE Buntut Galih Loss Ditangkap, Ini Isinya

Galih Loss ditangkap polisi karena konten bermuatan penistaan agama

Baca Selengkapnya
Jokowi: Ada yang Bilang Saya Plonga Plongo, Firaun, Tolol, Ya Tidak Apa-Apa
Jokowi: Ada yang Bilang Saya Plonga Plongo, Firaun, Tolol, Ya Tidak Apa-Apa

Secara pribadi, Jokowi mengaku tak masalah dihina dan diejek.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Jokowi Ingatkan Masyarakat Waspadai Berita Hoaks di Tengah Era Digital, ini Caranya
VIDEO: Jokowi Ingatkan Masyarakat Waspadai Berita Hoaks di Tengah Era Digital, ini Caranya

Presiden Jokowi menyebut masih banyak media online yang tidak memiliki dewan redaksi.

Baca Selengkapnya
Waspadai Informasi Berbau Radikal di Media Sosial
Waspadai Informasi Berbau Radikal di Media Sosial

Seseorang ketika mencari informasi cenderung sudah punya pemahaman, cara pandang, atau stigma tertentu.

Baca Selengkapnya
Media Sosial Dibanjiri Hoaks Soal Perang Hamas-Israel, Ada yang Gunakan Video Lama Bahkan Video Game untuk Sebar Berita Palsu
Media Sosial Dibanjiri Hoaks Soal Perang Hamas-Israel, Ada yang Gunakan Video Lama Bahkan Video Game untuk Sebar Berita Palsu

Beberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Diajak Bijak dan Kritis Hadapi Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024
Masyarakat Diajak Bijak dan Kritis Hadapi Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024

Masyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.

Baca Selengkapnya
Polresta Pekanbaru Ingatkan Warga Waspada Hoaks Menggunakan AI
Polresta Pekanbaru Ingatkan Warga Waspada Hoaks Menggunakan AI

Menurut Bery, hoaks menggunakan kecerdasan buatan memang sudah cukup meresahkan.

Baca Selengkapnya
Waspadai Cara Kerja Kelompok Intoleran dan Radikal Bikin Narasi di Dunia Maya
Waspadai Cara Kerja Kelompok Intoleran dan Radikal Bikin Narasi di Dunia Maya

Generasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.

Baca Selengkapnya
Kapolda Metro Jaya Sebut Berita Hoaks Cepat Menyebar, Paling Banyak Soal Politik
Kapolda Metro Jaya Sebut Berita Hoaks Cepat Menyebar, Paling Banyak Soal Politik

Berita hoaks didominasi oleh isu kesehatan, pemerintahan, penipuan dan politik di luar pada isu-isu lain

Baca Selengkapnya
Polisi Ungkap YouTube, Facebook hingga TikTok Jadi Tempat Terbanyak Sebar Hoaks Pemilu 2024
Polisi Ungkap YouTube, Facebook hingga TikTok Jadi Tempat Terbanyak Sebar Hoaks Pemilu 2024

YouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.

Baca Selengkapnya
Wapres Ingatkan Masyarakat Hati-Hati pada 'Kentut Setan' di Pemilu
Wapres Ingatkan Masyarakat Hati-Hati pada 'Kentut Setan' di Pemilu

Wapres Ma'ruf Amin meminta masyarakat berhati-hati, dan selalu menyaring setiap informasi yang diterima saat Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung
Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung

Hal ini bisa dilihat langsung di media sosial, banyak yang melakukan framing pihak lawan dengan citra negatif.

Baca Selengkapnya