Kenapa Jokowi Tak Lagi Libatkan KPK dalam Pemilihan Menteri?
Merdeka.com - Presiden Jokowi tak lama lagi akan mengumumkan menteri-menteri yang akan duduk di Kabinet Kerja Jilid II. Kabarnya, pengumuman akan berlangsung usai pelantikan presiden pada tanggal 20 Oktober 2019 mendatang atau sehari setelahnya.
Jokowi telah memilih menteri sesuai dengan kriteria yang diinginkannya. Jika tak berubah komposisi menteri yakni 45 persen dari partai politik dan 55 persen kalangan profesional. Akan tetapi pada periode kedua ini, Jokowi tak melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam pemilihan menteri.
Keterlibatan KPK dan PPATK dinilai cukup penting untuk memilih menteri yang memiliki integritas tinggi. Lantas kenapa Jokowi tak lagi melibatkan kedua lembaga tersebut?
-
Siapa yang dilantik Jokowi menjadi Ketua KPK? Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik Nawawi Pomolango sebagai Ketua KPK sementara.
-
Bagaimana cara DKPP meningkatkan integritas penyelenggara pemilu di Jawa Tengah? Nana mengapresiasi Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang berupaya mewujudkan penyelenggara pemilu yang berintegritas melalui rapat koordinasi tersebut.
-
Siapa menteri Jokowi yang terlibat korupsi? Para Menteri Jokowi yang Terjerat Kasus Korupsi Dua periode pemerintahan Presiden Jokowi setidaknya ada bebarapa menteri yang terjerat kasus korupsi.
-
Kenapa penyelenggara pemilu Jawa Tengah harus menjaga integritas? 'Agar pemilu ini berjalan dengan sukses dan damai, penyelenggara Pemilu ini harus berintegritas,' kata Pj Gubernur Jateng, Nana Sudjana saat memberi sambutan sekaligus membuka acara Rapat Koordinasi Penyelenggara Pemilu di Regional Jawa Tengah di Hotel Lor In Solo (14/11).
-
Kenapa tugas PPK penting dalam pemilu? Dengan demikian, PPK memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan demokrasi dan kepercayaan masyarakat terhadap pemilihan umum di tingkat kecamatan.
-
Kenapa anggota KPPS harus memiliki integritas? Mereka harus memiliki kesetiaan terhadap Pancasila dan memiliki integritas yang tinggi.
Periode Pertama Libatkan KPK dan PPATK
Pada periode pertama, Presiden Jokowi meminta bantuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam memilih menteri yang akan mengisi kabinetnya. Keterlibatan KPK dan PPATK untuk menyeleksi integritas dari para calon menteri.
Saat itu sikap Jokowi menuai banyak pujian lantaran melibatkan KPK dan PPATK dalam memilih menteri. Dengan begitu, diharapkan para menteri yang bergabung benar-benar orang bersih dan berintegritas.
"Nama-nama menteri sudah diserahkan ke KPK dan PPATK. Ini early warning dari KPK dan PPATK. Kalau ada hal yang tidak kami dapatkan dari ruang publik. Yang ditanya ke KPK itu masalah integritas yang nanti akan mengerucut jadi kecil," kata Deputi Tim Transisi Andi Widjajanto di Rumah Transisi, Kamis (18/9/2014).
KPK Tak Lagi Dilibatkan
Sayangnya KPK tak lagi dilibatkan pada periode kedua pemerintahan Jokowi dalam pemilihan menteri. Bukan hanya KPK tapi PPATK pun tak lagi diminta sarannya. Meski begitu, KPK berharap Jokowi menunjuk calon menteri yang berintegritas tinggi dan mempunyai rekam jejak yang bagus.
"Kita tidak diikutkan, tetapi kita berharap bahwa yang ditunjuk oleh Presiden adalah orang-orang yang mempunyai trackrecord yang bagus, dari segi integritas tidak tercela, dan kita berharap bahwa memilih yang betul-betul bersih," kata Komisioner KPK, Laode M. Syarif di Gedung ACLC, Kuningan, Jakarta, Senin (14/10).
Kata Istana
Pihak Istana buka suara terkait tak dilibatkannya KPK dalam pemilihan menteri Jokowi di periode kedua. Tenaga Ahli Kedeputian IV Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mengatakan, kewenangan dalam memilih menteri sepenuhnya hak prerogatif presiden.
Menurutnya, Jokowi memiliki hak apakah meminta pertimbangan KPK atau tidak dalam memilih para menteri di Kabinet Kerja Jilid II.
"Kalau Presiden merasa perlu, Presiden ajak bicara KPK. Kalau Presiden merasa apa yang ada dari pengetahuannya, ya sudah untuk apa tarik-tarik Presiden dalam urusan itu," kata Ngabalin, Senin (14/10).
RUU KPK
Sebelumnya, sikap Jokowi menyetujui pengesahan RUU KPK menjadi UU menuai kritikan dari masyarakat. Beberapa poin yang dinilai merugikan KPK di UU yang baru yakni; keberadaan dewan pengawas, keberadaan SP3 dan pegawai KPK yang merupakan ASN.
Atas keputusan itu, banyak pihak menilai jika Jokowi turut melemahkan KPK. Sehingga banyak desakan agar Jokowi mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) KPK. Namun hingga saat ini Jokowi belum mengeluarkan Perppu tersebut.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi menegaskan tak mengintervensi seleksi calon pimpinan (capim) KPK.
Baca SelengkapnyaJokowi membantah adanya permintaan agar salah satu nama dicoret atau diloloskan dalam seleksi capim KPK
Baca SelengkapnyaDia menilai pansel harus 'jemput bola' kepada tokoh-tokoh yang kompeten dalam pemberantasan korupsi.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, kinerja KPK sudah sangat bagus. Sejumlah pejabat mulai ditangkap, melalui operasi tangkap tangan KPK.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi juga akan memastikan pembentukan dan penetapan Pansel KPK untuk memperkuat KPK
Baca SelengkapnyaFitroh merupakan seorang jaksa dan mantan Direktur Penuntutan KPK, yang setelah 11 tahun bertugas di lembaga antirasuah kini ditarik kembali ke Kejagung.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, saat ini KPK sudah tidak lagi ditakuti karena tak bertaji
Baca SelengkapnyaJokowi justru menilai KPK saat ini sudah bagus dan memiliki sistem baik.
Baca SelengkapnyaEmpat menteri Jokowi itu adalah Sri Mulyani, Tri Rismaharini, Muhadjir Effendy, dan Airlangga Hartarto.
Baca SelengkapnyaDia menjadi salah satu dari 20 orang yang berhasil lolos mengikuti tes kesehatan dan wawancara seleksi capim KPK
Baca SelengkapnyaJokowi mengizinkan menterinya maju sebagai capres di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi terbuka untuk bertemu dengan siapa saja. Namun, Jokowi ingin menghormati KPK sebagai institusi yang independen.
Baca Selengkapnya