Ketum Golkar: Keputusan Bergabungnya Demokrat Tergantung Jokowi
Merdeka.com - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyebut keputusan Partai Demokrat diterima untuk bergabung ke koalisi merupakan hak prerogatif Jokowi sebagai Capres. Menurut dia, bergabung tidaknya Partai Demokrat ke koalisi Jokowi-Ma'ruf baru akan diputuskan setelah ada hasil resmi dari KPU pada 22 Mei nanti.
"Inikan merapatnya masih menunggu hasil resmi tanggal 22 nanti, jadi kita tunggu hasil saja. Kita tunggu saja, karena itu prerogatif pak Presiden," ujar Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (3/5).
Airlangga pun menyambut baik pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), pasca penyelenggaraan Pilpres 2019. Terlebih, pemerintah juga membutuhkan dukungan yang kuat di parlemen.
-
Kenapa Jokowi bergabung dengan Golkar? 'Kita perhatikan saat ini, meskipun putaran pileg atau pilpres ini belum selesai Jokowi secara gesit dan tangkas sudah mempersiapkan series cawe-cawe putaran berikut untuk memanfaatkan instrumen parpol mana yang bisa 'ditunggangi' untuk tetap berkuasa,' kata Andreas Hugo, saat dikonfirmasi, Senin (11/3).
-
Siapa ketua umum Partai Golkar saat ini? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Siapa Ketua Umum Partai Golkar? Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan pimpinan ormas Hasta Karya atau pendiri, ormas yang didirikan, dan organisasi sayap partai berlambang pohon beringin, Minggu (6/8/2023).
-
Bagaimana Nurdin Halid menanggapi wacana Jokowi bergabung dengan Golkar? 'Pak Jokowi bergabung dengan Golkar hal yang bagus. Tapi tunggu dulu, beliau ingin bergabung dengan Golkar dengan tangan terbuka sangat menerima, karena beliau sangat dekat dengan Golkar,' ucapnya.
-
Apa peran Golkar dalam koalisi Prabowo? Golkar dan PAN yang menjadi partai pengusung teranyar juga memiliki kandidat yang bisa diusulkan ke Prabowo.
-
Apa tanggapan PDIP soal Jokowi di Golkar? 'Dari manuver-manuver ini kan terbaca bahwa series cawe-cawe yang berlangsung selama ini dan kemungkinan ke depan, tidak lebih tidak kurang dari cara bagaimana agar bisa tetap berkuasa baik itu secara langsung maupun tidak langsung,' imbuh dia.
"Karena itu kita berharap menata politik ke depan ini kan tentu perlu dukungan parlemen yang kuat, dan saat sekarang kan koalisi sudah sekitar 60 persen," jelasnya.
Sebelumnya, Jokowi-AHY bertemu di Istana Merdeka, Kamis 2 Mei 2019. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut, pertemuan dengan AHY tersebut merupakan upaya Jokowi merangkul Partai Demokrat masuk koalisi.
"Ya sepertinya yang terlihat seperti itu (merangkul Demokrat masuk koalisi)," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (2/5/3019).
Moeldoko mengatakan, Jokowi berbicara empat mata dengan putra sulung Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY itu. Dia tidak menutup kemungkinan, pertemuan itu juga akan membahas koalisi pasca-Pilpres 2019.
"Ya bisa juga pastinya begitu, karena prinsipnya pemerintahan yang efektif itu sebanyak mungkin teman. Sebanyak mungkin koalisi yang semakin kuat," ujar dia.
Dalam Pilpres 2019, Partai Demokrat diketahui berkoalisi dengan PAN, PKS, dan Gerindra mengusung pasangan Prabowo-Sandiaga. Meski begitu, Moeldoko menegaskan bahwa politik bersifat dinamis.
Sementara itu, Wasekjen Demokrat Rachland Nashidik menegaskan, partainya tak akan meninggalkan teman koalisi yang sedang kesulitan. Dia pun mengatakan, tak ada transaksi politik di pertemuan Jokowi dan AHY.
"Sekali lagi, kami tak meninggalkan kawan di tengah kesulitan. Pertemuan tadi sore terjadi atas undangan Presiden kepada AHY. Tak ada transaksi politik," jelas Rachland dalam akun Twitternya.
Rachland mengatakan, pertemuan Jokowi dan AHY menegaskan posisi masing-masing saat ini. Dalam pertemuan itu, AHY menyatakan masih berada dalam koalisi paslon nomor 02, Prabowo-Sandiaga.
"Cuma penegasan atas posisi masing-masing. Kami tetap bersama koalisi 02. Tak perlu Pak Prabowo sampai batal menjenguk Ibu Ani," tegas Rachland.
Agar jelas, kata Rachland lagi, pertemuan tadi sore di Istana terjadi atas undangan Presiden kepada AHY.
"Kami bukan pihak yang meminta bertemu. Artinya itu bukan pertemuan untuk menyampaikan pesan SBY kepada Jokowi. Percakapan terakhir SBY dengan Jokowi adalah pada saat Presiden menjenguk Ibu Ani," tutup dia.
Reporter: Lisza Egeham
Sumber: Liputan6.com (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demokrat tidak menutup peluang bergabung ke Koalisi Indonesia Maju mendukung Prabowo.
Baca SelengkapnyaMenurut dia, Presiden Jokowi merupakan tokoh nasional.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menanggapi usulan Presiden Jokowi untuk menjadi ketua koalisi.
Baca SelengkapnyaKetum Golkar Airlangga Hartarto menyinggung Koalisi Indonesia Maju (KIM) 'Plus' untuk Pilkada Jakarta 2024.
Baca SelengkapnyaWajar jika Presiden Jokowi akan mendapat peran penting di pemerintahan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaJK mengingatkan jika bergabung dengan Partai Golkar tidak serta-merta bisa menjadi pengurus apalagi menjadi ketua umum.
Baca SelengkapnyaSeluruh ketua DPD Golkar menolak Munaslub untuk melengserkan Airlangga dari jabatan Ketum partai.
Baca SelengkapnyaAirlangga menanggapi muncul nama Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, Agus Gumiwang, hingga Bahlil Lahadalia jadi calon Ketum Golkar.
Baca SelengkapnyaMenurut Aburizal Bakrie ada jalan lain bagi Jokowi dan Gibran untuk menjadi Ketua Umum di Partai Golkar
Baca SelengkapnyaGanjar mengatakan, kehadiran Partai Golkar akan menambah kekuatan barisan partai koalisi yang mengusungnya di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaBasarah menegaskan bahwa kewenangan untuk menetapkan calon presiden dan calon wakil presiden adalah di tangan partai politik.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar menyatakan mendukung KDM di Pilgub Jabar tahun ini.
Baca Selengkapnya