Kisah teladan berpolitik tanpa balutan dendam para bapak bangsa
Merdeka.com - Pertemuan Joko Widodo dan Prabowo Subianto memberikan kesejukan bagi kondisi politik nasional yang sempat memanas. Keduanya bertemu dengan senyum di sebuah rumah Jl Kertanegara, Jakarta.
Dalam jumpa pers, kedua tokoh yang bersaing ketat dalam pilpres baru lalu menunjukkan gesture bersahabat. Prabowo bahkan memberi hormat ke Jokowi yang disambut dengan membungkuk.
Pertemuan ini menjadi sinyal bagus sekaligus teladan perlunya berpolitik tanpa berbalut dendam. Berpolitik dengan tanpa dendam ini sudah ditunjukkan para bapak bangsa sebelum maupun setelah kemerdekaan. Berikut seperti dirangkum merdeka.com, Sabtu (17/10):
-
Dimana Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Siapa yang dipuji oleh Prabowo? Antonio Guterres pun memuji peran strategis Indonesia dalam kerja sama internasional.
-
Bagaimana efek persatuan Jokowi dan Prabowo? “Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum,“ sambungnya.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Siapa yang bertemu dengan Prabowo Subianto? Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep menemui Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
-
Siapa yang mendampingi Jokowi dalam pertemuan? Sementara, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi lebih dulu datang di istana Kepresidenan. Budi ikut mendampingi Jokowi dalam pertemuan bersama Satya.
Natsir dan IJ Kasimo
Mohammad Natsir dan IJ Kasimo adalah contoh bahwa berlawanan secara politik, tidak perlu harus diikuti dengan permusuhan abadi secara pribadi.Natsir dikenal sebagai tokoh partai Islam, Masyumi. Dia dikenal berkawan akrab dengan IJ Kasimo, tokoh Partai Katolik. Bergabung dalam partai politik yang berlawanan, Natsir dan IJ Kasimo selalu bergandengan tangan dalam menghadapi PKI.Saat Presiden Soekarno menawarkan konsep kabinet Kaki Empat, Natsir dan IJ Kasimo menolaknya. Partai Masyumi dan Partai Katolik sama-sama menentang PKI diikutkan ke pemerintahan.Dalam artikel Chris Siner Key Timu di buku 100 Tahun Mohammad Natsir, dikutip merdeka.com, Senin (21/7), dijelaskan bahwa keakraban Natsir dan IJ Kasimo juga tampak dalam pergaulan sehari-hari.Ketika hari Raya Natal, Natsir selalu berkunjung ke rumah IJ Kasimo. Kebetulan tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh, Natsir tinggal di Jl Tjokroaminoto dan Kasimo di Jl Gresik, sama-sama Menteng. Sebaliknya pada saat Idul Fitri, Kasimo datang berkunjung ke rumah Natsir.Natsir dikenal sebagai sosok yang konsisten dalam memperjuangkan kepentingan dan ideologi. Tetapi, Natsir tidak membenci lawan-lawan politiknya. Sebagai pemimpin Masyumi, Natsir tidak mau memaksakan keyakinannya kepada pihak lain agar mengikuti ajaran Islam.
Soekarno-Hatta
Pertentangan antara Soekarno-Hatta dalam kabinet Ali Sastroamidjojo II mengalami puncaknya yaitu dengan pengunduran diri Hatta dari posisi sebagai wakil presiden pada 1 Desember 1956. Pengunduran diri Bung Hatta dinilai merupakan kumpulan akumulasi dari beberapa konflik yang terjadi antara Bung Hatta dengan Soekarno yang tidak bisa diakhiri.Meskipun dikenal dekat, Soekarno dan Hatta seringkali terlibat pertentangan pendapat. Itu terjadi sejak mereka aktif dalam organisasi pergerakan pemuda menentang kolonialisme Belanda hingga akhirnya Bung Hatta mengundurkan diri dari pemerintahan.Tipikal keduanya memang berbeda. Soekarno adalah seorang solidarity maker yaitu seorang pemimpin yang pandai menarik simpati massa dan menggerakkan mereka untuk tujuan tertentu, sedangkan Hatta adalah seorang administrator yang ahli dalam penyelenggaraan negara.Kedua tokoh ini mempunyai perbedaan pandangan satu sama lain, terutama strategi dan orientasi politik keduanya. Disatu sisi Bung Karno ingin melanggengkan dominasinya meneruskan perjuangan revolusi, pada sisi lainnya Bung Hatta telah berpikir maju untuk segera mengakhiri Revolusi menuju kearah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.Setelah pengunduran diri Hatta, apakah kemudian hubungan kedua tokoh tersebut menjadi renggang? Rupanya tidak. Pada saat Bung Hatta sakit, Bung Karno selalu berpikir untuk perawatan terbaik bagi Bung Hatta .Keduanya beserta keluarga juga kerap makan bersama. Seperti diceritakan Hatta dalam "Bung Hatta Menjawab", pada awal tahun 1958, waktu itu Bung Karno mau pergi istirahat ke Tokyo. Dia bertemu dengan istri Bung Hatta dan mengatakan kepada Rahmi Hatta, "Oom mau pergi istirahat ke Tokyo. Kapan oom mau diundang makan sebelum berangkat?" Rahmi Hatta menjawab: "Nantilah, saya bicarakan dulu dengan Kang Hatta kapan dia sempat". Kemudian setelah dibicarakan, Bung Hatta menyampaikan: "baiklah, kalau memang akan ke Tokyo, singgalah ke rumah"Bung Hatta kemudian bercerita. "Maka datanglah Bung Karno makan ke rumah, sebelum berangkat ke Tokyo. Dan sebelum makan, saya katakan: "sebelum makanan siap marilah sebentar kita bicarakan masalah PKI ini'. Saya katakan selanjutnya: "Kalau begini terus menerus, Negara ini kau sampaikan kepada PKI. Kau naikkan PKI dengan cara 'kuda berkaki empat' (kabinet PKI ikut di dalamnya)". Tuntutan PKI masuk kabinet "kuda berkaki empat" itu dinyatakan dengan coretan-coretan yang berisi tuntutan PKI agar masuk dalam kabinet waktu itu. Saya seperti diketahui, terus menerus tidak setuju dan mengkritik pikiran-pikiran yang demikian."Meskipun terus menyampaikan kritik, hubungan Soekarno dan Hatta secara pribadi tetaplah erat. Pandangan politik boleh beda, tetapi keduanya tak pernah dendam dan tidak punya sifat pendendam.
Natsir dan Soekarno
Perbedaan pandangan Natsir dengan Soekarno sudah terjadi sejak sebelum Indonesia merdeka pada 1930. Di awal Proklamasi Natsir dan Soekarno bertemu di badan pemerintahan. Perbedaan pandangan tidak menghalangi hubungan dekat keduanya. Begitu dekatnya sehingga Natsir konon pernah menjadi pembuat pidato Soekarno.Pada zaman Bung Karno, Mohammad Natsir mengalami pengucilan politik. Bahkan, tokoh Partai Masyumi ini sempat dipenjarakan. Partai Masyumi yang dipimpinnya pun dibubarkan tahun 1960 oleh Soekarno. Ada perbedaan pandangan yang tajam di antara mereka tentang bagaimana membawa bangsa Indonesia ke depan, terutama terkait dengan ideologi Pancasila dan Islam.Mohammad Natsir dikenal aktif dalam Petisi 50 yang menentang Orde Baru. Rekannya di Petisi 50 Chris Siner Key Timu memberi kesaksian betapa dalam setiap rapat Natsir tak pernah menyinggung-nyinggung Bung Karno apalagi menjelek-jelekkan."Tidak pernah dia mengeluarkan kata-kata yang buruk soal Bung Karno. Dari situ saja sangat terlihat sifat kenegarawanannya itu," tulis Key Timu dalam buku 100 Tahun Mohammad Natsir.Setelah tragedi berdarah tahun 1965 pecah, Natsir juga tidak pernah berpikir menggunakan kesempatan yang ada untuk meraih kekuasaan atau demi kepentingan pribadi.Begitulah Natsir. Dia dikenang sebagai politisi yang santun. Perbedaan pendapat dengan lawan politik, tidak melanggengkan sikap saling dendam. Natsir tetap menganggap lawan politiknya sebagai teman.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia pun menilai, publik akan senang melihat rival yang dulu bersaing, kini akrab saling mendukung.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto menjelaskan, perbedaan itu terjadi karena keadaan politik saat orde baru.
Baca SelengkapnyaPrabowo memberi hormat ke Jokowi di Rapimnas Partai Gerindra.
Baca SelengkapnyaCalon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto menilai debat dirinya dengan Jokowi pada dua pilpres sebelumnya berlangsung santun dan tidak menyerang personal.
Baca SelengkapnyaJokowi mengirim utusan untuk mengajak rekonsiliasi, hingga akhirnya Prabowo masuk kabinet.
Baca Selengkapnya"Antara saya dan Pak Jokowi tidak pernah saling menyakiti, Pak Jokowi adalah patriot," kata Prabowo.
Baca SelengkapnyaJokowi memuji sosok Prabowo Subianto yang mampu membawa Partai Gerindra menjadi partai yang mengalami pertumbuhan sangat pesat.
Baca SelengkapnyaMenurut Otto, Prabowo sedikit berpesan bahwa jangan harap ada yang dapat memecah belah hubungannya dengan Jokowi.
Baca SelengkapnyaKendati berseberangan pada Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo mengaku tak pernah menaruh rasa dendam kepada Jokowi.
Baca SelengkapnyaSBY bertemu Presiden Jokowi membahas terkait politik kebangsaan dan politik kenegaraan.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengaku jengkel dengan isu keretakan hubungannya dengan Jokowi.
Baca SelengkapnyaBerkaitan dengan pilkada, Prabowo meminta semua pihak jangan mau diadudomba dan dihasut.
Baca Selengkapnya