Koalisi Capres dan Parpol Dinilai Ideal Dilakukan Sejak Awal
Merdeka.com - Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menilai, idealnya koalisi partai dan penentuan calon dilakukan lebih awal. Tujuannya, agar partai dan kandidat punya waktu sosialisasi, konsolidasi dan penetrasi lebih matang.
Namun, menurutnya, hal itu sulit dilakukan. Koalisi pasti alot karena mencari yang terbaik.
"Semua tergantung skenario dan strategi politik. Tapi rata-rata banyak yang main di akhir karena semua partai dan calon mencari pasangan ideal untuk menang, makanya alot,” ujar Adi Prayitno saat dihubungi, Minggu (9/1).
-
Apa itu koalisi di bidang politik? Penggunaan istilah 'koalisi' dalam bidang politik ini ternyata dapat merujuk pada sebuah strategi khusus guna meraih kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah 'koalisi' memiliki arti kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen.
-
Kenapa Golkar harus konsolidasi? “Saya instruksikan kepada seluruh partai Golkar di Indonesia. Sekarang sedang disusun berdasarkan nomor urut dan pemilu sudah system terbuka, sehingga dengan demikian sudah waktunya sekarang untuk langsung bergerak, konsolidasi di akar rumput, rebut hati rakyat,“ katanya.
-
Bagaimana koalisi bisa terbentuk? Mengacu pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah 'koalisi' memiliki arti ‘kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen’.
-
Bagaimana koalisi terbentuk? Koalisi juga dapat diartikan sebagai bentuk persetujuan secara formal yang memiliki kontrak bersama di antara dua partai politik atau lebih, guna menjamin kekuasaan pemerintah atas dasar adanya suara dari mayoritas.
-
Apa peran partai politik dalam memilih Wapres? Namun peranan Partai Politik, hanya sekadar memberi saran, tidak dominan seperti dalam Pilpres kali ini dalam memutuskan calon.
-
Kenapa koalisi dibentuk di Indonesia? Dalam konteks kehidupan demokrasi di Indonesia, koalisi dibentuk dengan tujuan agar dapat mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden di pemilihan presiden.
Beberapa tokoh kandidat calon presiden saat ini sudah mulai diwacanakan akan berpasangan. Misalnya, Airlangga Hartarto yang diusulkan berpasangan dengan Anies Baswedan, atau Ganjar Pranowo.
Menanggapi hal itu, Adi berpendapat itu adalah opini pribadi yang lumayan memancing pembicaraan publik. Namun bukan sikap resmi partai.
"Airlangga punya tiket partai, meski elektabilitasnya masih rendah. Ganjar dan Anies tak punya tiket partai, tapi punya ceruk pemilih. Sama-sama saling membutuhkan," ujarnya
Menurutnya, Golkar tentu sedang menimbang-nimbang Airlangga akan disandingkan dengan siapa.
"Mungkin saja dengan Ganjar, tapi problemnya ada dua. Pertama, Ganjar belum dapat restu PDIP yang terlihat lebih condong ke Puan. Kedua, PDIP terlihat lebih mesra dengan Gerindra ketimbang Golkar," paparnya.
Sementara untuk kemungkinan berpasangan dengan Anies, hal itu menurut Adi bisa saja terjadi. Namun, sulit untuk membangun koalisi demi melewati presidential threshold 20 persen.
"Tapi harus susah payah mencari partai lain untuk genapi ambang batas 20 persen. Termasuk apa mungkin Airlagga mau duet dengan Anies yang selama ini dinilai dekat dengan kelompok kanan," pungkasnya.
Sebelumnya, Sekretaris DPD Golkar DKI Jakarta, Basri Baco menilai, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto cocok dipasangkan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam kontestasi Pilpres 2024. Basri menganggap, Anies-Airlangga bahkan dapat mengimbangi Prabowo Subianto jika dipasangkan dengan Puan Maharani.
"Kalau Prabowo-Puan kan sudah dikunci. Kalau Airlangga-Anies kan bisa juga. Anies didukung PKS dan NasDem, gabung dengan Golkar. Kan cukup itu. Golkar, NasDem, PKS, dan PAN kan cukup juga buat ngimbangi Prabowo-Puan," kata Basri, Selasa (4/1).
Namun jika Anies urung maju ke Pilpres dan lebih memilih maju kembali ke Pilkada DKI Jakarta, maka menurutnya, Gubernur DKI Jakarta itu pantas dipasangkan dengan Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, Ahmed Zaki Iskandar.
Pihaknya juga berkeinginan memasangkan Anies Baswedan dengan Ahmed Zaki Iskandar jika Gubernur DKI Jakarta itu kembali maju ke Pilkada DKI 2024.
"Kalau pak Anies tidak maju Pilpres dan maju lagi di Pilgub DKI. Kami juga harap pak Anies bisa tandem atau satu paket dengan Ahmed Zaki Iskandar. Itu harapan kami dan kami akan berjuang mati-matian mewujudkan itu," ujarnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bappilu PPP telah membahas terkait pendaftaran Capres Cawapres dimajukan tersebut.
Baca SelengkapnyaKubu Prabowo-Gibran menilai upaya Presiden Jokowi mempertemukan antar kubu menjadi lawan politik tersebut merupakan baik.
Baca SelengkapnyaPDIP terus melakukan komunikasi sejumlah partai untuk berkoalisi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaPara Bacapres-Bacawapres mesti mempunyai visi, misi dan program yang sama dengan Parpol. pengusung.
Baca SelengkapnyaKetua umum partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) mulai membahas strategi pemenangan Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaMardiono berharap deklarasi bersama capres dan cawapres bisa dilakukan dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaForum sekjen ini juga membahas terkait visi misi yang akan menjadi prioritas kerja pemerintahan nantinya.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah mengatakan arah politik partai berlambang banteng moncong putih setelah putusan MK berada di tangan Ketua Umum Megawati.
Baca SelengkapnyaKoalisi Anies dan Ganjar masih belum membocorkan sosok Cawapres. Kepastian deklarasi juga belum diketahui.
Baca SelengkapnyaPPP telah memerintahkan para kader untuk intensif melakukan komunikasi ke partai-partai lain di daerah.
Baca SelengkapnyaHerzaky menegaskan, Partai Demokrat tak akan buru-buru mengumumkan siapa yang akan diusung di Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaHasto menegaskan, PDIP akan mendorong sistem kaderisasi secara sistemik.
Baca Selengkapnya