Koalisi Jokowi diprediksi lebih lama tentukan cawapres ketimbang Prabowo
Merdeka.com - Koalisi Joko Widodo (Jokowi) dinilai akan butuh waktu lebih banyak untuk menentukan cawapres dibandingkan dengan kubu koalisi pendukung Prabowo Subianto. Sebab, menurut Deputi Institute for Transformation Studies (Intrans), Endang Tirtana, koalisi yang gemuk dan banyaknya nama cawapres akan menyulitkan koalisi Jokowi mencapai kata mufakat.
"Sementara Gerindra atau Parabowo Subianto hanya membutuhkan persetujuan dua parpol pendukung utama yakni PAN dan PKS," katanya dalam siaran pers, Sabtu (14/4).
Persoalan di kubu Prabowo, kata dia, adalah soal mengerasnya kompetisi antara PKS dan PAN yang dalam persentasi kursi DPR RI relatif seimbang. PKS memiliki 40 kursi di DPR, sedangkan PAN sedikit lebih tinggi dengan 47 kursi.
-
Apa usulan PKS untuk Jokowi? Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi atau Habib Aboe mengusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto untuk makan siang di Istana Kepresidenan.
-
Apa yang dibicarakan Jokowi dengan PKB? Menurut dia, Jokowi memuji raihan suara PKB dalam Pileg 2024.
-
Kenapa Prabowo kokoh di Pilpres 2024? Posisinya sebagai ketua umum partai, membuat Prabowo kokoh dibanding calon lainnya.
-
Apa yang dibahas Prabowo dan Jokowi? 'Koordinasi seperti biasa terkait pemerintahan,' kata Dahnil saat dikonfirmasi, Senin (8/7). Dia menjelaskan, koordinasi tugas tersebut mencakup Prabowo sebagai Menteri Pertahanan maupun sebagai Presiden terpilih 2024-2029. 'Baik tugas-tugas saat ini, beliau sebagai Menhan maupun tugas-tugas kepresidenan Pak Prabowo nanti,' jelas dia.
-
Apa keyakinan Prabowo soal PKB? 'Kita kumpul berbeda bisa kerja sama saudara-saudara sekalian walaupun dalam pemilihan yang lalu PKB mendukung yang lain, tapi saya mengatakan dari awal saya yakin pada saatnya PKB akan kembali mendukung saya. Saya yakin saya yakin bahwa PKB akan bersama saya membangun bangsa,'kata Prabowo.
"Gerindra yang sudah memiliki modal dukungan pencalonan sebesar 13 persen kursi di DPR RI, sebenarnya tinggal membutuhkan 7 persen dukungan kursi untuk resmi maju sebagai capres pada pilpres 2019 mendatang. Artinya baik PKS maupun PAN memiliki posisi yang sama kuat untuk mengajukan cawapres pendamping Prabowo dalam Pilpres 2019 mendatang," jelasnya.
Dia mengatakan, Majelis Syuro PKS sudah lebih dulu membaca bakal kerasnya gesekan di internal koalisi Prabowo. Sebelum Prabowo dipastikan maju, PKS sudah mengumumkan 9 nama yang diajukan PKS untuk menjadi capres dan cawapres.
Artinya, kata dia, PKS tentu menginginkan posisi cawapres Prabowo. Upaya dan keinginan kuat itu makin terasa setelah PKS menggertak pasca mandat kepada Prabowo diumumkan. Saat itu, PKS mengeluarkan pernyataan belum tentu mengusung Prabowo Subianto.
"PKS sedikit bermain api, tidak mudah menggertak seorang Prabowo, apalagi skenario dua partai hampir pasti. Demokrat adalah satu-satunya parpol yang tersisa, dengan asumsi PKB tidak akan berpaling dari Jokowi. Persoalannya gabungan jumlah kursi PKS dan Demokrat tidak mencukupi syarat 20 persen untuk mengusung capres dan cawapres. Artinya yang harus dilakukan PKS sebenarnya bukanlah menggertak Gerindra dan Prabowo, tapi melakukan persuasi dan meyakinkan Prabowo bahwa calon yang didorong oleh PKS akan melengkapi apa yang belum dimiliki oleh Gerindra," katanya.
Sementara itu, PAN, dinilainya, berbeda dengan PKS. Partai besutan Zulkifli Hasan itu lebih menahan diri untuk berbicara mengenai cawapres yang akan diajukan mendampingi Prabowo.
Menurutnya, Zulkifli Hasan dalam berbagai kesempatan selalu menghindari memberi pernyataan mengenai apakah PAN akan mendorong namanya menjadi cawapres Prabowo. Padahal jika dihitung, sosok Zulkifli Hasan memiliki semua kriteria untuk mendampingi Prabowo.
"Bagaimanapun PAN tidak bisa dilepaskan dari nama Muhammadiyah sebagai salah satu Ormas Islam terbesar di Indonesia. Belum lagi sosok Amin Rais yang kini muncul kembali dengan kritikan-kritikan kepada Jokowi. Kehadiran Amin Rais tentu bisa dijadikan salah satu faktor pendongkrak elektabilitas. Nama besar, karakter oposisi sejati, latar belakang jaringan Muhammadiyah merupakan faktor penguat untuk elektabilitas Prabowo," katanya.
Dia menilai, dibanding PKS, Zulkifli Hasan dan PAN jauh lebih menguntungkan Prabowo dalam hal nama cawapres. Menggandeng Zulkifli Hasan jauh lebih menguntungkan dibanding menggandeng PKS dengan risiko ditinggalkan PAN.
Selain itu, posisi Zulkifli Hasan sebagai Ketua DPR juga bakal menguatkan elektabilitas Prabowo, plus dukungan dari Amin Rais yang tentu masih memiliki basis pendukung setia di Muhammadiyah.
"Ini tentu berbeda, jika Prabowo akan mengusung nama lain di luar PKS dan PAN. Namun dengan sangat terbatasnya ruang koalisi akibat syarat 20 persen dukungan kursi, maka PKS dan PAN pasti akan mencoba untuk mendapatkan tiket cawapres dari Prabowo," katanya. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peta koalisi jelang Pilpres 2024 semakin jelas. Prabowo menjadi bakal capres yang mendapat sokongan terbanyak dari parpol parlemen.
Baca SelengkapnyaKoalisi gemuk ini diyakini akan mempersulit konfigurasi cawapres untuk dipasangkan dengan Prabowo.
Baca SelengkapnyaPKB menyebut, jika cawapres menjadi faktor penentu pendongkrak elektabilitas capres.
Baca SelengkapnyaKemenangan Prabowo-Gibran diyakini karena efek Jokowi
Baca SelengkapnyaSaleh mengatakan, PAN sudah tiga pemilu mendukung Prabowo.
Baca SelengkapnyaPKB tetap ngotot ingin jatah cawapres Prabowo. Golkar dan PAN boleh gabung tapi tidak untuk kursi Cawapres.
Baca SelengkapnyaGolkar dan PAN memutuskan merapat mendukung Prabowo di Pilpres 2024
Baca SelengkapnyaPSI diyakini akan memperoleh suara lebih dari 4 persen.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDIP, MH Said Abdullah, menilai tidak masalah jika parlemen didominasi pendukung Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaDi DPP PAN, bersama Jokowi partai-partai pemerintah minus PDIP dan NasDem bicara wacana pembentukan koalisi besar.
Baca SelengkapnyaKurnia berharap, apa yang menimpa KPK di era Firli Bahuri tidak terulang.
Baca SelengkapnyaPrabowo mempunyai peluang untuk memimpin dalam skema head to head, baik ketika berhadapan dengan Ganjar maupun Anies.
Baca Selengkapnya