KPU sebut partisipasi pemilih di Pilkada 2018 capai 73,24 persen
Merdeka.com - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan menyebut, tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada Serentak 2018 mencapai 73,24 persen.
Angka tersebut diambil dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di 171 daerah sebanyak 152.079.997 orang.
"Total nasional tingkat partisipasi pemilih sebanyak 73,24 persen," ujar Wahyu di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Jumat (29/6/2018).
-
Apa yang dipilih rakyat pada Pemilu Proporsional Tertutup? Sistem proporsional tertutup adalah sistem pemilihan di mana rakyat hanya memilih partai. Pada surat suara, tertera hanya nama partai politik dan pemilih memilih melalui tanda gambar atau lambang partai.
-
Siapa yang berpengaruh terhadap partisipasi pemilih? Partisipasi masyarakat dalam Pemilu juga dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap penyelenggara Pemilu dan kontestan.
-
Apa itu pantarlih pilkada? Salah satunya adalah Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih).
-
Bagaimana menjadi pantarlih pilkada? Dengan mematuhi semua syarat-syarat yang telah ditetapkan, calon Pantarlih akan memenuhi kualifikasi untuk mendaftar sebagai Pantarlih pada Pilkada 2024.
-
Bagaimana cara meningkatkan kualitas partisipasi pemilih? Peningkatan kualitas ini dapat dicapai melalui pemberantasan politik uang, peningkatan kualitas kampanye, pemberantasan hoaks, serta penegakan hukum terhadap tindak pidana maupun pelanggaran dalam penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada.
-
Apa itu Pemilu? Pemilu adalah sarana penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Wahyu menambahkan, tingkat partisipasi pemilih perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.
"Pemilih perempuan tingkat partisipasi mencapai 76,67 persen. Sedangkan pemilih laki-laki sebanyak 69,32 persen," bebernya.
Wahyu mengakui, tingkat partisipasi pemilih kali ini masih lebih kecil ketimbang pada Pilkada Serentak 2017. Saat itu, tingkat partisipasi pemilih mencapai 74 persen dari jumlah DPT.
Meski begitu, ia yakin tingkat partisipasi pada Pilkada 2018 masih bisa bertambah. Sebab, masih ada belasan daerah yang mengalami penundaan pemungutan suara dan puluhan TPS yang harus melaksanakan Pemungutan Suara Ulang (PSU).
"Perlu diingat masih ada 14 daerah yang mengalami penundaan dan 69 TPS di 10 provinsi yang harus PSU," ucap Wahyu.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam putusan, PDI Perjuangan menjadi partai dengan perolehan suara terbesar.
Baca SelengkapnyaSuara PDIP pada pemilu ini turun dibanding raihan 2019 yaitu 27.053.961 atau 19,33 persen dari total 139.971.260 suara sah.
Baca SelengkapnyaSurvei Poltracking mencatat suara warga Nahdlatul Ulama dan PKB kebanyakan mendukung Khofifah-Emil di Pilkada Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaTiti Anggraini menilai pada penyelenggaraan Pilkada 2024, belum banyak yang mengusung kebutuhan maupun peran perempuan.
Baca SelengkapnyaPDIP mendapatkan perolehan paling banyak sebanyak 24,1 persen dibandingkan dengan partai politik lainnya, berdasarkan survei indikator
Baca SelengkapnyaIndikator menggelar survei politik di Sumatera Barat pada 26 Juni-10 Juli 2023.
Baca SelengkapnyaPoltracking menggelar survei tatap muka pada 29 Oktober-3 November 2023.
Baca SelengkapnyaHasil suara sah ini diketahui setelah adanya rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara.
Baca SelengkapnyaPDIP memperoleh suara paling tinggi yakni 20,3 persen.
Baca SelengkapnyaKetika pemilih PDIP, Nasdem, PKB, bahkan Partai Ummat, juga ada yang memilih pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaSementara itu, PSI menduduki posisi paling tinggi untuk partai non-parlemen.
Baca Selengkapnya