Lima Alasan Elektoral Dua Capres-Cawapres Stagnan Usai Reuni 212
Merdeka.com - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei perihal kegiatan reuni 212 di Jakarta 2 Desember lalu yang hasilnya 54,5 persen dari 58,5 persen masyarakat menyukai kegiatan tersebut. Kendati demikian, tidak ada perubahan signifikan terhadap elektoral dua pasangan capres-cawapres, Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan pasca kegiatan reuni 212, elektoral Jokowi-Ma'ruf, berdasarkan hasil survei pada November, masih unggul di atas 50 persen dari Prabowo-Sandi. Survei pada bulan November menunjukkan elektoral Jokowi sebesar 53,2 persen sedangkan Prabowo 31,2 persen.
"Pasca reuni 212, elektabilitas kedua capres tidak banyak berubah dan cenderung stagnan. Survei LSI Denny JA pada Desember 2018 menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi-Ma’ruf sebesar 54,2 persen sementara elektabilitas Prabowo-Sandi pada Desember ini sebesar 30,6 persen," ujar Adjie di Graha Rajawali, Jakarta Timur, Rabu (19/12).
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Kenapa Prabowo-Gibran dianggap punya elektabilitas tinggi? Menurut Pradana, salah satu hal yang disorot oleh The Economist adalah terkait elektabilitas Prabowo-Gibran karena komitmen keberlanjutan terhadap berbagai program Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terus digaungkan keduanya.
-
Bagaimana efek persatuan Jokowi dan Prabowo? “Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum,“ sambungnya.
-
Apa klaim Prabowo tentang dirinya dan Jokowi? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan. Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
Ia menyebut ada lima alasan elektoral kedua pasangan capres-cawapres cenderung stagnan pasca reuni 212. Alasan utama adalah, masyarakat yang menyukai kegiatan reuni 212 sudah menentukan pilihannya, sehingga seruan Rizieq Shihab tentang NKRI bersyariah dan ganti presiden tidak berkontribusi banyak terhadap elektoral Prabowo.
"Seruan Habib Rizieq untuk ganti presiden atau ingin presiden baru juga tidak semua diamini pemilih. Dari mereka yang menyatakan suka kegiatan reuni 212, sebesar 43,6 persen menyatakan memilih pasangan Jokowi-Ma’ruf. Sementara 40,7 persen mendukung Prabowo-Sandi," kata Adjie.
Alasan kedua adalah migrasi pemilih dari pasangan capres-cawapres. Ia mengatakan sejak kegiatan reuni 212 diadakan, Front Pembela Islam (FPI) dan Persaudaraan Alumni 212 merupakan dua kelompok masyarakat yang banyak mendukung Prabowo-Sandi.
"Jika pada November 2018 dukungan FPI ke Prabowo sebesar 68,3 persen setelah reuni 212 sebesar 74,8 persen. Sementara PA 212 pada November mendukung Prabowo sebesar 70,4 persen, Desember (dukungan) PA 212 sebesar 82,6 persen," tukasnya.
Adapula kelompok masyarakat yang berpindah haluan dari Prabowo-Sandi ke Jokowi-Ma'ruf. Seperti Nahdlatul Ulama, jika pada November dukungannya kepada pasangan nomor urut 02 sebesar 30,2 persen maka setelah aksi reuni 212 dukungannya turun menjadi 28,6 persen.
Organisasi lainnya adalah Muhammadiyah. Pada bulan November dukungan Muhammadiyah ke Prabowo-Sandi sebesar 40,7 persen kini tinggal 38,4 persen.
Alasan ketiga stagnansi elektoral kedua pasangan capres-cawapres adalah tingkat kepuasan kinerja Jokowi. Dari hasil survei menunjukkan tidak ada peningkatan signifikan dari masyarakat atas kinerja Jokowi empat tahun belakangan ini.
"Kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi pada bulan November 69,4 persen, Desember naik menjadi 72,1 persen. Penilaian atas kinerja Jokowi sebagai Presiden tidak banyak berubah sebelum dan sesudah reuni 212 dan mereka masih tetap puas di angka yang cukup tinggi,: ujarnya.
Keempat, masyarakat menilai simbol Islam tidak bisa digunakan untuk mengerus dukungan Islam ke Jokowi karena calon wakilnya adalah seorang ulama.
Alasan terakhir reuni 212 tidak berdampak terhadap Jokowi jika dikaitkan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dari 1.200 responden yang dilibatkan LSI Denny JA mengatakan gerakan 212 efektif menurunkan elektabilitas Ahok karena isu Ahok tersangka atas tuduhan penistaan agama, sementara Jokowi bukan common enemy bagi pemilih muslim.
"Jokowi berbeda dengan Ahok. 74,6 persen masyarakat menyatakan reuni 212 tidak bisa digunakan untuk menjadikan Jokowi musuh bersama bagi pemilih muslim," imbuhnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul dengan elektabilitas 53,4 persen.
Baca SelengkapnyaResponden pun ditanya siapa pasangan calon presiden yang dinilai paling mampu meneruskan program Jokowi.
Baca Selengkapnya"Kalau tingkat kepuasan Jokowi naik maka kabar baik bagi Prabowo, kurang baik bagi Anies," kata kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta
Baca SelengkapnyaMenurut LSI, belakangan ini Prabowo sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDIP masih menjadi jawara, diikuti Gerindra, Golkar dan PKB.
Baca SelengkapnyaJokowi effect diyakini mampu mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA merilis Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berada di urutan teratas dengan 42,9%.
Baca SelengkapnyaPoltracking mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran mengalahkan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin dengan selisih suara yang besar.
Baca SelengkapnyaPopulasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau s
Baca SelengkapnyaHasil survei tersebut diambil sebelum debat capres ketiga berlangsung.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo masih tetap unggul dari Prabowo Subianto dan Anies Baswedan di Jawa Timur
Baca SelengkapnyaSurvei dilakukan Lembaga Indikator Politik Indonesia pada 28 Januari sampai 4 Februari 2024.
Baca Selengkapnya