Marak tembakau China, DPR diminta segera sahkan RUU Pertembakauan

Merdeka.com - Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid mendesak Pemerintah dan DPR RI segera mengesahkan RUU Pertembakauan sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan petani tembakau Indonesia. Pasalnya, kata Yenny, kedaulatan petani tembakau saat ini terancam seiring dengan maraknya tembakau impor yang menyerbu Indonesia, khususnya dari China.
"Tembakau merupakan aset bangsa Indonesia. Karena itu, negara harus segera membuat undang-undang yang memayungi kepentingan petani tembakau dan bertumpu pada nilai-nilai kesejahteraan," ujar Yenny Wahid, saat menghadiri prosesi Petik Perdana Panen Tembakau 2016 bersama petani tembakau Dusun Seman, Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Sabtu (30/7).
Kedatangan Yenny, yang didampingi Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah Wisnu Brata, disambut oleh ibu-ibu petani tembakau. Mereka kemudian mengiring putri presiden RI keempat KH Abdurrahman Wahid itu ke lahan tembakau, dan bersama-sama petani memetik daun tembakau sebagai penanda diawalinya musim panen 2016. Usai melakukan panen, acara diisi dengan pergelaran kesenian tari Negeri Tembakau, dilanjutkan dengan arak-arakan tumpeng dan ambeng-ambengan (semacam sesaji berupa makanan aneka rupa) sebelum ditutup dengan doa selamatan.
Menurut Yenny, prosesi petik perdana tembakau di Temanggung merupakan momentum untuk melakukan refleksi atas eksistensi petani tembakau dalam konteks budaya bercocok tanam. Karenanya, momen panen harus mencerminkan sikap optimistik bahwa ke depan budaya bercocok tanam tembakau masih akan berlangsung dengan membanggakan bagi komunitas petani penanamnya.
"Hal ini mengingat, berkah alam yang diberikan telah menjadikan tembakau memiliki keunggulan dan dapat memberikan kesejahteraan kepada petani tembakau, di samping multiplier effect yang cukup banyak. Itu yang membedakan tembakau dengan tanaman lain," kata Yenny, yang mengaku sengaja datang ke Temanggung untuk memberikan dukungan kepada petani tembakau yang terancam kehilangan 'dapur' akibat serbuan tembakau impor.
Yenny Wahid menambahkan, serbuan tembakau impor memang memberatkan. Karenanya, kunci untuk menyelamatkan petani adalah dengan secepatnya membatasi impor tembakau. "Melihat data impor tembakau yang masuk ke negeri ini, jumlahnya sudah melebihi batas toleransi. Menyelamatkan petani tembakau sama artinya dengan menyelamatkan Indonesia," tuturnya.
Regulasi impor tembakau, menurut Yenny, memang masih longgar. Akibatnya, jumlah tembakau impor selalu meningkat setiap tahun. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengalihan kebutuhan industri yang dulu menggunakan bahan baku lokal kini cenderung beralih ke tembakau impor.
Lebih jauh, impor tembakau berpotensi memicu ambruknya pondasi perekonomian di tingkat petani lokal di daerah sentra pertembakauan, yang notabene memiliki spesifikasi tanah, cuaca dan posisi geografis tersendiri. Sudah begitu, terdapat selisih harga yang signifikan antara tembakau petani lokal dengan tembakau impor.
"Di sinilah pentingnya pemerintah hadir melalui regulasi yang lebih melindungi petani tembakau. Bukan sebaliknya, membunuh ekonomi petani tembakau," tegasnya.
Kemloko Vs Kemlocin
Sementara itu, Kepala Desa Wonosari Agus Pamuji mengatakan, petani di desanya memang was-was menghadapi serbuan tembakau impor yang belakangan makin meningkat. Kata Agus, Temanggung merupakan sentra tembakau varietas unggul dengan nama Kemloko. Persoalan muncul, karena saat ini petani China telah menanam dan mengembangkan tembakau dengan varietas yang kurang lebih sama.
Mengutip informasi, lanjut Agus Pamuji, petani China dewasa ini telah menanam tembakau dengan varietas serupa di atas lahan seluas 200.000 hektar dan sudah panen.
"Mereka (china) mengekspornya dengan harga setara Rp 50.000 per kilo. Nama varietasnya diubah menjadi Kemloci, singkatan Kemloko China," cetusnya.
Kades Agus meyakini, Kemloci akan menghancurkan tembakau Indonesia. Sebab, harga tembakau Kemloko Temanggung berada di kisaran Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta per kilo, tergantung kualitas.
Serbuan produk pertanian China, diakui Agus, pernah memukul petani Temanggung. Itu terjadi ketika terjadi serbuan produk bawang putih impor dari China dengan harga murah. Saat itu, bawang putih merupakan tanaman sela yang ditanam petani tembakau Temanggung. Akibat serbuan bawang impor, saat ini tidak ada lagi petani yang mau menanam bawang impor.
"Karenanya, kami berharap, Ibu Yenny Wahid mau menjadi tokoh, Srikandi, yang membela kepentingan petani tembakau," ujar Agus Pamuji. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya