Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Maruarar: Ujaran kebencian tak boleh digunakan sebagai cara mencapai kekuasaan

Maruarar: Ujaran kebencian tak boleh digunakan sebagai cara mencapai kekuasaan Maruarar Sirait. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait mengatakan ujaran kebencian dapat dilawan hanya dengan cara memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Bila rakyat dan pemerintah bersatu padu maka ujaran kebencian akan tergerus dengan sendirinya.

"Harusnya upaya-upaya provokasi apapun kalau kita punya ideologi kuat, konsolidasi kuat, saya rasa orang akan mikir-mikir melakukan ujaran kebencian," ujar Maruarar.

Hal itu dia sampaikan dalam diskusi peluncuran laporan kemerdekaan beragama/berkeyakinan (KBB) dan politisasi agama 2017 'Mengikis Politik Kebencian" yang diselenggarakan Wahid Foundation di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/8).

Turut hadir sebagai pembicara dalam acara itu di antaranya komisioner Komisi Nasional Perempuan Riri Khoriroh, Menteri Komunikasi dan informatika Rudiantara dan beberapa tokoh lainnya. Tampak juga hadir Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid.

Maruarar menekankan bahwa calon presiden dan wakil presiden yang akan maju dalam Pemilu 2019 tidak boleh menggunakan hal-hal bernuansa kebencian sebagai instrumen untuk mencapai kekuasaan. Dia mengajak seluruh pihak menyuarakan hal ini dalam bidangnya masing-masing.

"Saya rasa akan bagus sekali kalau kita doakan dan kita suarakan ini di berbagai macam posisi kita masing-masing," jelas dia.

Dia menekankan, kompetisi dan kekuasaan untuk memperjuangkan kebaikan bangsa penting diraih. Namun yang tidak kalah pentingnya dan tidak boleh dilupakan adalah persaudaraan sesama bangsa Indonesia.

Sementara itu Direktur Wahid Foundation (WF) Yanny Wahid mengatakan, fenomena politisasi agama seperti yang muncul dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu menunjukkan jika masalah utama bukan karena masyarakat alergi dengan perbedaan agama dan keyakinan. Masyarakat Indonesia umumnya menyadari jika perbedaan tersebut merupakan kenyataan bangsa Indonesia.

"Masalah terbesar dalam politisasi agama terjadi karena dua hal. Pertama, penggunaan idiom atau simbol agama secara eksesif dan tidak tepat di ruang-ruang politik. Kedua, adanya usaha-usaha sebagian kelompok memanfaatkan perasaan tidak suka, rasa terancam dan kebencian terhadap kelompok yang berbeda untuk meraih kepentingan politik," ujarnya.

Analisis tersebut, kata Yenny, didukung dengan hasil survei nasional Wahid Foundation tahun 2017. Ketidaksukaan dan kebencian dalam survei itu menjadi salah satu faktor yang berpengaruh langsung bagi aksi-aksi intoleransi.

Yenny menyampaikan bahwa sepanjang Pilkada 2017 di Pulau Jawa, WF mencatat 28 peristiwa politisasi agama dengan 38 tindakan. Perbedaan jumlah dan tindakan ini menggadaikan jika dalam suatu peristiwa terjadi beberapa tindakan.

Dari jumlah politisasi agama itu peristiwa yang paling banyak terjadi Pilkada DKI Jakarta sebanyak 24 peristiwa menjelang putaran satu dan dua. Selanjutnya Jawa Barat 3 peristiwa, dan Banten 1 peristiwa.

Korban individu terbanyak di Jakarta adalah Basuki Tjahaja Purnama sebanyak 10 tindakan. Selanjutnya disusul Ridwan Kamil di Jabar dan Rano Karno di Banten.

"Dari 28 peristiwa, hanya 1 kejadian yang yang dilakukan aktor agama. Front Pembela Islam tercatat terlibat 6 tindakan, selebihnya para pengelola rumah ibadah 4 tindakan dan aktor-aktor lain," ujar Yenny.

Untuk mencegah meningkatnya kasus-kasus politisasi agama menjelang pilpres 2019, Wahid Foundation memberi sejumlah rekomendasi. Salah satunya menyiapkan sistem deteksi dini untuk mengantisipasi meningkatnya ujaran kebencian menjelang Pilpres dan Pileg 2019.

"Kepada organisasi masyarakat sipil, kami juga terus mendorong organisasi-organisasi keagamaan memperkuat semangat toleransi," pungkas Yenny.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Prabowo: Gerindra Bukan Partai Caci Maki dan Suka Cari Kesalahan
Prabowo: Gerindra Bukan Partai Caci Maki dan Suka Cari Kesalahan

Prabowo menegaskan, Gerindra partai pendekar. Tidak mau memainkan narasi kebencian dan politik pecah belah.

Baca Selengkapnya
Ganjar: Di Tangan Rakyat, Penguasa Bisa Tumbang
Ganjar: Di Tangan Rakyat, Penguasa Bisa Tumbang

Ganjar menegaskan perlunya menjaga persatuan, menghormati perbedaan, dan tidak memprovokasi konflik.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air

Pentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia

Baca Selengkapnya
Gencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan
Gencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan

Narasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.

Baca Selengkapnya
Ganjar Yakin Menang Pilpres 2024: Tak Ada Kekuatan yang Bisa Kalahkan Rakyat!
Ganjar Yakin Menang Pilpres 2024: Tak Ada Kekuatan yang Bisa Kalahkan Rakyat!

Ganjar Pranowo menyatakan keyakinannya memenangkan Pilpres 2024 dengan dukungan kuat dari rakyat Indonesia.

Baca Selengkapnya
Istana Kutip Pernyataan Ganjar: Jangan Sampai Menganggap Lawan Politik Itu Sebagai Musuh
Istana Kutip Pernyataan Ganjar: Jangan Sampai Menganggap Lawan Politik Itu Sebagai Musuh

Ari lantas mengutip pernyataan Ganjar agar persatuan Indonesia harus terus dibangun melalui kedewasaan berdemokrasi dan berpolitik.

Baca Selengkapnya
Lawan Ujaran Kebencian Dengan Kuatkan Literasi Digital
Lawan Ujaran Kebencian Dengan Kuatkan Literasi Digital

Selain literasi digital, Khofifah mengatakan upaya yang bisa ditempuh dalam rangka melawan ujaran kebencian adalah melakukan filter.

Baca Selengkapnya
'Jangan Persatuan Dinodai karena Mendahulukan Kepentingan Politik'
'Jangan Persatuan Dinodai karena Mendahulukan Kepentingan Politik'

Para elite politik diingatkan tidak menggunakan politik identitas dan ujaran kebencian demi meraih kekuasaan

Baca Selengkapnya
Guru Besar Politik: Jangan Sampai Perbedaan Pilihan Menjadi Alasan untuk Bermusuhan
Guru Besar Politik: Jangan Sampai Perbedaan Pilihan Menjadi Alasan untuk Bermusuhan

Diperlukan sikap lapang dada dalam menerima hasil pemilihan bagi seluruh pihak yang berkompetisi

Baca Selengkapnya
Puan Bicara Perbedaan Sikap Jelang Pemilu 2024: Pahami Kapan Bertanding dan Kembali Bersanding
Puan Bicara Perbedaan Sikap Jelang Pemilu 2024: Pahami Kapan Bertanding dan Kembali Bersanding

Seluruh elemen bangsa seharusnya memahami kapan waktunya bertanding dan bersanding.

Baca Selengkapnya
Puan Mengutip Bung Karno: Negara Untuk Seluruh Rakyat, Tanpa Terkecuali
Puan Mengutip Bung Karno: Negara Untuk Seluruh Rakyat, Tanpa Terkecuali

Ketua DPR Puan Maharani menegaskan bahwa Indonesia bukanlah negara untuk satu orang atau satu kelompok golongan

Baca Selengkapnya
Jadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran
Jadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran

Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.

Baca Selengkapnya