Ma'ruf Amin Lebih Tertarik Baca Koran Ketimbang Online atau Medsos
Merdeka.com - Hidup di era digital tak mengubah kebiasaan calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin membaca tulisan konvensional. Ia beralasan, membaca konvensional lebih lengkap dibandingkan digital.
Dia menambahkan, selain lengkap akan informasi, artikel konvensional juga terdapat konfirmasi pihak yang bersangkutan. Sehingga, imbuh Ma'ruf, segala tulisan yang termuat di dalamnya bisa dipertanggungjawabkan.
Berbeda dengan informasi di media sosial. Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu mengaku tidak terlalu minat mencari informasi di media sosial karena banyaknya berita bohong.
-
Apa yang membuat orang menghindari berita? Banyak yang menganggap berita saat ini terasa menyedihkan, tiada henti dan membosankan. Menurut laporan itu, hasil survei mengungkap 4 dari 10 (39%) orang di seluruh dunia mengatakan mereka kadang-kadang atau sering secara aktif menghindari berita.
-
Kenapa berita hoaks tentang Kominfo diklaim tidak benar? Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
-
Siapa yang membantah berita tentang Prabowo? Hal ini pun ditanggapi oleh Ketua Tim Pembela Prabowo Gibran, Yusril Ihza Mahendra yang membantah seluruh isi terkait laporan tersebut.
-
Siapa yang membantah informasi tentang magang Prabowo dalam pemerintahan? 'Bukan magang lah istilahnya. Udah tune in,' ujar Budi.
-
Bagaimana Anies Baswedan menanggapi informasi hoaks tentang partainya? 'Saya tegaskan itu semua bukan dari saya dan kami tidak pernah mengedarkan apapun juga,' ujar Anies dalam videonya, seperti dikutip dari akun X @aniesbaswedan
-
Mahfud hindari fitnah saat Pilpres 2024? 'Saya sengaja ke berbagai kampus tidak datang, kecuali dalam kampanye terbuka yang sengaja diselenggarakan kampus seperti Unair, kampanye terbuka, semua kontestan diundang tapi kalau kuliah saya tidak, berhenti selama musim kampanye,' ujar pria yang diketahui sebagai pakar hukum tata negara ini.
"Saya masih tertarik untuk membaca koran terutama di koran itu ada editorial. Di editorial itu penilaian-penilaian yang menurut saya itu bersifat analitis artinya berita itu terkonfirmasi. Untuk anak muda itu biasanya (media) online. Kalau medsos ini kan keluar saja begitu tanpa kontrol," ujar Ma'ruf di kediamannya, Jalan Situbondo, Jakarta Pusat, Rabu (12/12).
Dia menambahkan, menggali informasi baik digital ataupun konvensional lebih akurat karena dalam hasil produknya diatur dalam undang-undang, serta mendapat pengawasan pihak terkait.
"Ada undang-undang persnya ada dewan kehormatannya sehingga beritanya itu relatif agak lebih tersaring," tukasnya.
Sebelumnya ia mengaku selalu membaca koran minimal setengah jam sehari untuk mengetahui berita aktual hari itu.
"Saya baca semua. Yang positif dan negatif. Kalau ketemu yang negatif, nanti saya coba luruskan yang miring-miring itu," kata dia.
Menurutnya, sorotan redaksi editorial koran terhadap isu penting untuk disimak. Sebab, banyak manfaat yang didapatnya dari membaca koran.
"Di situ juga saya memperoleh informasi dan inspirasi. Apa yang harus diperbaiki. Jadi saya tertarik baca editorial," jelas Maruf.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi menyebut masih banyak media online yang tidak memiliki dewan redaksi.
Baca SelengkapnyaMenurut Wakil Presiden ke-13 itu, kiai sudah tidak lagi ingin berpolitik karena dianggap sudah tidak penting.
Baca SelengkapnyaMa'ruf Amin menyinggung netralitas media usai Ganjar muncul dalam tayangan Azan TV.
Baca SelengkapnyaSurvei: 4 Dari 10 Orang di Dunia Tidak Mau Lagi Baca Berita, Mereka Lebih Memilih Konten Ini
Baca SelengkapnyaCak Imin ikut mengomentari rencana RUU Penyiaran melarang jurnalisme investigasi
Baca SelengkapnyaBenarkah Mahfud MD mundur dari kabinet Indonesia maju? Simak penelusurannya:
Baca SelengkapnyaAlasan paling banyak adalah karena masyarakat mengaku tidak punya waktu menonton.
Baca SelengkapnyaWapres Ma'ruf Amin meminta masyarakat berhati-hati, dan selalu menyaring setiap informasi yang diterima saat Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, dia mengakui bahwa temuan hoaks Mafindo jumlahnya lebih sedikit dari banyaknya hoaks yang tersebar.
Baca SelengkapnyaWapres mengaku dirinya bukanlah sosok pejabat yang ingin selalu tampil atau menjadi atraktif
Baca SelengkapnyaHal ini juga membuat media konvensional memiliki redaksi menjadi terdesak, sebab semua orang dapat melaporkan dan mendapatkan informasi melalui media sosial.
Baca Selengkapnya