Megawati: Pancasila sering dimaknai hanya sebagai dasar negara saja
Merdeka.com - Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku sengaja meluangkan waktu untuk hadir dalam seminar dan peluncuran buku 'Revolusi Pancasila' karya Yudi latif.
Megawati menganggap buku tersebut sangat menarik karena banyak mengutip pernyataan Bung Karno yang semakin terasakan relevansinya.
"Buku ini mampu menggugah cara pandang kita terhadap Pancasila. Selama ini, Pancasila sering dimaknai dalam pengertiannya sebagai dasar negara saja. Pancasila yang statis. Melalui buku ini, Pancasila hadir sebagai basis teori sosial yang bersifat dinamis-progresif," kata Megawati dalam pidatonya di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (27/10).
-
Bagaimana Pancasila membawa bangsa ke kemajuan? Dengan mengamalkan Pancasila, kita dapat mewujudkan cita-cita bangsa yang besar.
-
Bagaimana Pancasila digunakan untuk mengatur negara? Pancasila juga digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan aparatur negara sesuai pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Lebih tepatnya, bentuk ringkasan yang ada pada ringkasan dari UUD 1945 alinea ke-4. Yang mana setiap sila berisi tentang tujuan negara Indonesia yang sesungguhnya.
-
Apa pengertian Pancasila? Pengertian Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata 'panca' yang berarti lima dan 'sila' yang memiliki arti prinsip atau dasar. Maka dari itu, Pancasila dapat diterjemahkan sebagai lima prinsip atau lima dasar.
-
Mengapa Pancasila penting sebagai ideologi negara? Tujuannya adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang bersatu, merdeka, berdaulat, makmur, baik spiritual maupun material.
-
Apa makna Hari Lahir Pancasila? Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila untuk mengenang kelahiran Pancasila, yang berkaitan langsung dengan perumusan Pancasila sebagai dasar negara dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
-
Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai dasar negara? Pancasila adalah ideologi atau dasar negara yang dijadikan pedoman bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara adalah sistem nilai dan pandangan hidup yang menjadi landasan dan pedoman bagi pemerintahan dan kehidupan masyarakat Indonesia.
Sifat progresif ini, lanjut Megawati, tidak terlepas dari proses penggalian yang dilakukan Bung Karno ketika bertemu dengan seorang petani yang bernama Marhaen. Bung Karno melihat bahwa realitas kemiskinan struktural yang dihadapi petani Indonesia, diakibatkan oleh tata pergaulan hidup yang mengisap.
"Di sinilah persoalan kemiskinan dilihat secara ideologis sebagai persoalan struktural yang berkaitan langsung dengan sistem politik, ekonomi, dan kebudayaan akibat penjajahan. Atas persoalan struktural inilah, mengapa Pancasila juga hadir sebagai bintang pengarah," jelas Megawati.
"Karenanya, setiap rancangan perubahan struktural yang dilakukan, tidak boleh kehilangan pijakan dengan kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Pancasila dengan demikian menjadi teori perubahan sosial dan arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang kita dambakan bersama," ujarnya.
"Di dalam proses perubahan tatanan masyarakat yang ber-Pancasila itulah saya sangat setuju dengan tesis Yudi Latif, bahwa Pancasila harus menjadi praksis-ideologi dalam pengambilan kebijakan pemerintahan negara," sambungnya.
Megawati menekankan, guna menjalankan Pancasila sebagai praksis-ideologi dan katalis perubahan struktural masyarakat Indonesia, atau dengan kata lain agar bisa merevolusikan Pancasila, maka bangsa Indonesia harus memiliki tiga kesaktian (Trisakti) di tiga ranah perubahan sosial, yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Usaha mencapai Trisakti di bidang politik, ekonomi dan budaya itu bisa dicapai melalui revolusi yang sesuai dengan tuntutan budi nurani kemanusiaan.
"Tuntutan budi nurani kemanusiaan tersebut mencerminkan kodrat kemanusiaan sebagai makhluk religius yang berperikemanusiaan, makhluk sosial dan sekaligus individual yang menghendaki pengejawantahan keadilan sosial, kemerdekaan kolektif sebagai bangsa, dan sekaligus kemerdekaan setiap warga negaranya," terang Megawati.
"Dengan demikian, jelaslah bahwa Revolusi Pancasila merupakan revolusi kemanusiaan yang bersifat multidimensional. Cakupannya pun sangatlah luas. Bung Karno menegaskan watak revolusi ini yang bersifat multikompleks," ujarnya.
"Sifat multikompleks Revolusi Pancasila itu setidaknya mengandung lima dimensi revolusi, revolusi nasional, revolusi politik, revolusi ekonomi, revolusi sosial, dan revolusi mental-budaya. Kelima muka revolusi itu harus berjalan secara simultan dalam rangka menjebol sisa-sisa struktur sosial lama, seraya membangun landasan untuk masyarakat baru," tandasnya.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Megawati, politik yang ada saat ini tidak lagi sejalan dengan Ideologi Pancasila dan Undang-Undang RI 1945.
Baca SelengkapnyaPancasila memiliki kedudukan yang krusial bagi negara Indonesia.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputi menekankan agar semua unsur memaknai Pancasila dan mengaktualisasikannya dengan tindakan gotong royong.
Baca SelengkapnyaBTU berfokus pada penerapan praktis nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Baca SelengkapnyaMenko PMK Muhadjir Effendy mengatakan, adanya BTU Pendidikan Pancasila merupakan upaya pemerintah untuk memperkuat internalisasi Pancasila
Baca SelengkapnyaPancasila mencakup lima pedoman penting untuk rakyat Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baca SelengkapnyaMegawati khawatir terjadi krisis pangan akibat global warming serta dampak ekologisnya yang begitu besar bagi umat manusia
Baca SelengkapnyaDengan memahami apa itu Pancasila, seseorang bisa mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaIndonesia sekarang ini adalah yang terbaik karena mampu merangkum keberagaman seperti pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Baca SelengkapnyaMegawati menyoroti konstitusi yang ikut dibelokkan penguasa demi kepentingan pribadi.
Baca SelengkapnyaMegawati melihat arah bangsa saat ini sudah tidak jelas.
Baca SelengkapnyaMegawati mengatakan, bahwa di usia 16 tahun, Presiden Pertama RI Soekarno atau Bung Karno, sudah bergulat dengan pemikiran para tokoh-tokoh dunia.
Baca Selengkapnya