Membedah Hasil Survei Terbaru Indikator: Jokowi Masih Ungguli Prabowo
Merdeka.com - Indikator Politik Indonesia telah merilis hasil survei terbaru Pilpres 2019 yang dilakukan pada 16-26 Desember 2018. Dari hasil tersebut terungkap elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin masih unggul dibandingkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Survei Indikator juga membedah isu-isu yang menyerang Jokowi dan Prabowo Subianto selama Pilpres 2019. Berikut hasil survei terbaru Indikator:
Elektabilitas Jokowi Masih Unggul
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Apa yang membuat Prabowo unggul? Survei yang selesai mereka lakukan pada 6 Februari atau delapan hari jelang pemungutan suara itu menemukan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 53,5 persen. Pasangan tersebut unggul telak dibanding dua kompetitornya, Anies-Muhaimin yang elektabilitasnya 21,7 persen dan Ganjar-Mahfud dengan tingkat keterpilihan 19,2 persen.
-
Kenapa Prabowo-Gibran dianggap punya elektabilitas tinggi? Menurut Pradana, salah satu hal yang disorot oleh The Economist adalah terkait elektabilitas Prabowo-Gibran karena komitmen keberlanjutan terhadap berbagai program Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terus digaungkan keduanya.
Hasil Survei Indikator merilis elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih paling tinggi dengan angka 54,9 persen. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga 34,8 persen. Sekitar 9,2 persen belum menentukan pilihan, dan 1,1 persen mengaku tidak mau memilih atau golput.
Survei dilakukan dengan teknik multistage random sampling dan 1.220 responden. Survei ini, memiliki margin of error +/- 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. Kemudian, responden terpilih dilakukan wawancara lewat tatap muka. Lalu dilakukan quality control secara random sebanyak 20 persen.
Elektabilitas Naik Turun dalam 3 Bulan
Elektabilitas Jokowi dan Prabowo mengalami naik turun dalam kurun waktu tiga bulan. Terhitung dari September, Oktober sampai Desember 2018. Indikator mencatat pada September elektabilitas Jokowi mencapai 57,7 persen. Mengalami penurunan pada Oktober dengan 53 persen. Naik tipis bulan Desember mencapai 54,9 persen.
Prabowo juga mengalami naik turun, September 2018 elektabilitas mencapai 32,3 persen. Menurun di bulan Oktober mencapai 30 persen. Kembali meningkat pada bulan Desember dengan 34,8 persen.
Sehingga apabila dihitung dari September sampai Desember, maka Jokowi-Ma'ruf turun 2,8 persen. Sementara pesaingnya, Prabowo-Sandiaga naik 2,5 persen. Sedangkan yang belum menentukan pilihan atau undecided voters cenderung menurun. September 9 persen, di bulan Oktober 17 persen. Terakhir di Desember 9,2 persen.
Isu yang Menyerang Jokowi
Isu PKI sampai anti islam masih menyerang Jokowi. Namun dari hasil survei Indikator, sebagian masyarakat tidak percaya akan isu tersebut. Sekitar 20 persen warga tahu atau pernah dengar tuduhan bahwa Jokowi terlahir dari orang tua yang beragama Kristen. Di antara yang mengetahui, mayoritas tidak percaya, 57 persen. Sekitar 20 persen percaya dan 23 persen tidak bisa menilai.
Sementara itu Sekitar 23 persen warga tahu atau pernah dengar tuduhan bahwa Jokowi beretnis Tionghoa. Di antara yang mengetahui, mayoritas tidak percaya 58 persen. Sekitar 24 persen percaya dan selebihnya tidak bisa menilai, sebesar 18 persen.
Sementar itu untuk isu kebangkitan PKI apakah menjadi ancaman bagi negara, Indikator merilis 18 persen setuju saat ini paham komunis sedang berusaha bangkit kembali. Di antara yang setuju dengan isu tersebut, sebesar 85 persen merasa hal tersebut merupakan ancaman bagi negara. 9 Persen bukan menjadi ancaman dan 6 persen tidak menjawab.
Isu Prabowo Terlibat Penculikan Aktivis 97/98
Prabowo masih dikaitkan dengan isu penculikan aktivis. Tercatat 30 persen warga tahu atau pernah dengar isu keterkaitan Prabowo Subianto dalam kasus penculikan aktivis 97/98.
Di antara yang mengetahui, lebih banyak yang percaya, sebesar 40 persen. Sekitar 33 persen tidak percaya dan selebihnya tidak bisa menilai, sebesar 27 persen.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebaliknya, penurunan dialami pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Padahal, Ganjar pernah menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaKepribadian Prabowo yang dianggap tegas, jujur, dan bersih juga menjadi faktor elektabilitas paling tinggi.
Baca SelengkapnyaLembaga survei Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mencapai 56,2 persen di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPoltracking mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran mengalahkan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin dengan selisih suara yang besar.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul dengan elektabilitas 53,4 persen.
Baca SelengkapnyaPeneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, dukungan untuk Prabowo mencapai 45,3 persen.
Baca SelengkapnyaPrabowo banyak mendapat imbas positif dari efek Jokowi.
Baca SelengkapnyaPrabowo-Gibran unggul dari dua paslon lain dengan memperoleh angka 50,7 persen.
Baca Selengkapnya"Kalau tingkat kepuasan Jokowi naik maka kabar baik bagi Prabowo, kurang baik bagi Anies," kata kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta
Baca SelengkapnyaElektabilitas Prabowo Subianto dengan Gibran Rakabuming Raka paling tertinggi di antara pasangan lainnya.
Baca SelengkapnyaIndikator Politik mencatat adanya Jokowi effect dalam melesatnya elektabilitas Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaSurvei Indikator Politik menunjukkan ketiga capres memiliki skor basis pendukung militan masing-masing
Baca Selengkapnya