Menakar kekuatan Jokowi versus Prabowo di Pilpres 2014
Merdeka.com - Hasil survei yang digelar Lembaga Survei Saiful Mujani Reseach and Consulting (SMRC) sejak bulan Desember 2013 hingga April 2014, menyebut tren bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia ( PDIP ) Joko Wido atau Jokowi cenderung menurun. Berbeda dengan Capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto , yang mengalami kenaikan cukup stabil.
Lembaga Survei SMRC menyebut, elektabilitas Jokowi mengalami fluktuasi cukup signifikan. Rinciannya, 51 persen pada Desember 2013. Kemudian menurun pada bulan Febuari 2014, yaitu 39 persen, bulan Meret kembali naik 52, dan yang terakhir kembali mengalami penurunan di bulan April pascaPemilu Legislatif (Pileg), yaitu 47 persen.
Berbeda dengan Prabowo, elektabilitasnya naik, dari 22 persen di bulan Desember 2013, menjadi 32 persen usai Pileg, 9 April lalu. Namun, hasil survei belum bisa dijadikan acuan kemenangan bagi pasangan Capres dan Cawapres.
-
Kenapa Prabowo sebut koalisi tak terbentuk? Ini daftar tamunya panjang banget, jadi harus saya sebut satu-persatu. Kalau enggak disebut koalisi tak terbentuk,' kata Prabowo, disambut tawa oleh para tamu yang hadir.
-
Apa itu koalisi di bidang politik? Penggunaan istilah 'koalisi' dalam bidang politik ini ternyata dapat merujuk pada sebuah strategi khusus guna meraih kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah 'koalisi' memiliki arti kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen.
-
Apa peran partai politik dalam memilih Wapres? Namun peranan Partai Politik, hanya sekadar memberi saran, tidak dominan seperti dalam Pilpres kali ini dalam memutuskan calon.
-
Bagaimana efek persatuan Jokowi dan Prabowo? “Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum,“ sambungnya.
-
Bagaimana koalisi bisa terbentuk? Mengacu pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah 'koalisi' memiliki arti ‘kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen’.
-
Bagaimana cara memilih capres dan cawapres? Untuk dapat berpartisipasi dalam pemilu Presiden 2024, setiap warga negara Indonesia harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: Genap berumur 17 tahun atau lebih pada hari pemungutan suara, sudah kawin, atau sudah pernah kawin; Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibuktikan dengan KTP-el;Berdomisili di luar negeri yang dibuktikan dengan KTP-el, paspor dan atau surat perjalanan laksana paspor;Dalam hal pemilih belum mempunyai KTP-el sebagaimana dimaksud dalam huruf c dan d, dapat menggunakan kartu keluarga;Tidak sedang menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Jember (Unej), Himawan Bayu Patriadi, besarnya koalisi partai politik pendukung Capres dan Cawapres tidak selalu berbanding lurus dengan besarnya perolehan suara saat pemilihan.
"Swing voters atau suara pemilih yang belum menentukan pilihannya, akan memiliki pengaruh besar. Perilaku pemilih saat pemilihan presiden berbeda dengan perilaku pemilih saat pemilu legislatif. Afiliasi ke partai tak berbanding lurus dengan pilihan kepada sosok presiden," terang Bayu, Jumat (16/5).
Diakuinya, saat ini, peta koalisi masih bisa berubah-ubah, termasuk masih adanya sejumlah partai yang belum menentukan pilihan seperti Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Hanura.
"Hal ini tidak banyak mempengaruhi pilihan swing voters ini," katanya.
Mengacu pada Pilpres 2004, lanjut Bayu, saat itu, berdasarkan hasil tracking sejumlah lembaga survei, pemilih Susilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla (SBY-JK) berasal dari pemilih beragam partai.
"Mereka melihat figur daripada partai, kecuali partai yang memiliki segmen massa kuat seperti Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan," katanya lagi.
Lebih jauh, Bayu menilai, dalam kondisi seperti ini (peta politik yang masih bisa berubah) yang lebih diuntungkan adalah Prabowo. Mantan Danjen Kopassus itu bisa tampil dalam citra Capres alternatif, karena selama ini, citra Jokowi tidak bisa lepas dari citra PDIP .
Prabowo, masih kata Bayu, tidak banyak bergantung pada citra Partai Gerindra . Sebab, basis massa pendukung partainya belum sekuat
dan sefanatik PDIP .
"Tapi diuntungkan belum tentu bisa memenangkan. Semua tergantung dari kemampuan Prabowo dan Gerindra untuk memanfaatkan dan mengemas citra itu alternatif," papar dia.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Riset, Komunikasi, dan Pasar Sigma Indonesia, Sigit Budhi Setiawan mengatakan, ada dua kemungkinan keberpihakan pemilih cair (swing voters). Yang pertama massa golongan putih atau golput.
"Dan kedua memilih Prabowo karena saat ini dia memperoleh legitimasi dari dua partai berbasis Islam, yaitu PAN dan PKS. Sementara Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj juga ke Prabowo," ujar Sigit.
Salain itu, Sigit memberi saran kepada Jokowi , untuk tetap hati-hati memilih pasangannya, jika tidak ingin tersungkur di Pilpres nanti.
"Prabowo menyodorkan citra sebagai sosok Capres yang kuat dan tegas. Jika Jokowi tidak hati-hati mengawal suara swing voters, dukungan terhadap dirinya bisa turun," tandas Sigit.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Curhat Prabowo Pemilu 2024: Saya Dipersiapkan Pak Jokowi di Pilpres 2024
Baca SelengkapnyaCalon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto mengaku bakal meniru jejak Presiden Joko Widodo atau Jokowi bila memenangkan Pilpers 2024.
Baca SelengkapnyaKendati berseberangan pada Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo mengaku tak pernah menaruh rasa dendam kepada Jokowi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
"Saya berterima kasih sama Pak Jokowi, beliau benar-benar pemimpin yang ikhlas. Beliau membantu saya," kata Prabowo.
Baca SelengkapnyaPemberian pangkat jenderal kehormatan itu menuai pro dan kontra.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto menegaskan tidak ingin menjadi Presiden Republik Indonesia melalui jalur kekerasan.
Baca SelengkapnyaJokowi secara bergantian sudah bertemu dengan Prabowo Subianto, Airlangga dan Zulkifli Hasan
Baca SelengkapnyaJokowi mengajak semua pihak untuk menunggu bersama-sama hasil Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPrabowo juga mengaku banyak diarahkan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca Selengkapnya