Menebak siapa menteri Jokowi yang layak diganti
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mengevaluasi kinerja menteri kabinet. Evaluasi ini menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk reshuffle jilid dua.
Belakangan, sejumlah menteri disebut-sebut bakal dilengserkan dari kursinya karena tak melakukan gebrakan selama menjadi menteri. Menteri yang dimaksud mayoritas berasal dari partai politik.
Siapa saja menteri yang layak diganti?
-
Bagaimana Prabowo menilai kinerja Kabinet? Soal evaluasi, dia tentu akan melakukannya tanpa harus memberikan target waktu-waktu tertentu.'Saya kira tidak terpaku waktu ya (evaluasi kabinet). Saya tanamkan rasa tanggung jawab, saya menggugah cinta Tanah Air. Kalau orang itu cinta Tanah Air, kalau orang itu sadar dia harus bekerja untuk kepentingan sebaik-baiknya rakyat dan bangsa, saya kira hasilnya akan baik,' ujarnya.
-
Kenapa Jokowi reshuffle kabinetnya? Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle kabinet menteri dan wakil menteri hari ini Senin (17/7).
-
Kapan menteri berhenti menjabat? Masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin akan segera berakhir dalam beberapa hari mendatang, menandai berakhirnya kepemimpinan selama 10 tahun Jokowi dalam dua periode.
-
Kenapa Jokowi tidak ikut campur dalam kabinet? 'Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024,' kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Siapa saja yang dipecat selain Jokowi? Selain Jokowi, Gibran, dan Bobby, terdapat 27 kader lain yang juga menerima sanksi berupa pemecatan. Keputusan ini menunjukkan bahwa tindakan tegas diambil terhadap semua pihak yang terlibat dalam pelanggaran.
-
Siapa Menteri PPN saat ini? Adapun, Menteri PPN saat ini dijabat oleh Suharso Monoarfa, yang dipilih langsung oleh presiden pada tahun 2019.
Pengamat politik dari UIN Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago menyebut setidaknya ada 14 menteri yang dinilai layak untuk diganti. Menteri yang dimaksud yaitu Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohanna Yembise, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB), Yuddy Chrisnandy.
Selain itu, ada juga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan dan Kebudayaan Manusia, Puan Maharani, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkum HAM) Yasonna Hamonangan Laoly.
"Menteri-menteri itu menjadi sorotan publik juga kerap terlibat kisruh. Tidak ada gebrakan dan terobosan terhadap pemerintahan Jokowi," kata Pangi saat berbincang dengan merdeka.com melalui sambungan telepon, Senin (25/7).
Secara rinci, Pangi menjelaskan alasan kenapa 14 menteri tersebut layak diganti. Menteri Jonan dinilai tak bertanggung jawab atas kemacetan arus mudik di jalur Brebes-Tegal yang menelan banyak korban. Menteri Jonan bahkan melempar tanggung jawab kepada Menteri Basuki, meskipun pada akhirnya Menteri Jonan meminta maaf kepada publik atas insiden maut tersebut.
Menteri Basuki, kata Pangi, sudah layak diganti lantaran tidak cekatan dalam merealisasikan program pembangunan jalan yang mengakibatkan masih terjadi kemacetan. Sementara Menteri Sudirman dan Menteri Rizal harus dicopot karena kerap terlibat perseteruan.
"Saya tidak tahu kenapa Presiden memasang orang-orang yang tidak bisa diurus ini," ujar Pangi.
Lebih lanjut, Pangi menerangkan kenapa Menteri Yohanna harus segera dicopot. Yohanna tak bisa menyelesaikan dan menangani kasus pelecehan dan kekerasan anak yang belakangan marak terjadi. Sementara Menkes Nila tak mampu memberi solusi atas kasus peredaran vaksin palsu.
"Menkes dia gampang saja bilang vaksin ulang kepada anak yang jadi korban. Memangnya itu anak dia, mudah bilang vaksin ulang," sambung Pangi.
Menteri Puan, ujar Pangi, tak melakukan terobosan baru selama menjadi menteri. Puan juga dinilai tak memiliki prestasi.
Ada pun, Menteri Yuddy merupakan menteri kontroversi dan tidak konsisten setiap keputusan yang diambil. Salah satu contoh, Menteri Yuddy meminta agar pejabat negara tak semena-mena menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Namun belakangan, dia diketahui menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi seperti mudik menggunakan mobil negara dan meminta fasilitas negara untuk memenuhi keinginan anaknya.
Selain menteri-menteri di atas, Pangi menyarankan agar Presiden segera mencopot Jaksa Agung HM Prasetyo lantaran cenderung menegakkan hukum untuk kepentingan politik partai.
Tak jauh berbeda dengan pendapat Pangi, Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menuturkan ada sekitar 9 hingga 13 menteri yang layak dicopot Presiden Jokowi.
"Pada dasarnya semua menteri berpeluang kena (reshuffle), tapi saya rasa Jokowi akan ganti menteri yang berhubungan dengan kebutuhan pokok rakyat. Menurut saya ada 9-13 kementerian yang akan terkena imbas dan akan banyak jabatan wakil menteri baru untuk mengakomodasi koalisi yang tidak ramping lagi," ungkap Hendri.
Hendri menilai, reshuffle kabinet jilid II ini bukan untuk mengurangi kuota parpol di kursi kabinet melainkan untuk memperbaiki pemerintahan Jokowi.
"Begitu tidak kerja untuk Presiden hantam (reshuffle) saja, hilangkan. Walaupun ada beberapa kementerian dan lembaga negara yang sebaiknya tidak dipimpin dari parpol seperti kementerian BUMN, ESDM, Keuangan," tandasnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi membantah pernah menjanjikan kursi Menteri Pertahanan kepada Cak Imin.
Baca SelengkapnyaBeredar kabar Presiden Jokowi bakal melakukan reshuffle kabinet dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaKetua DPR RI Puan Maharani meminta Presiden Jokowi mengevaluasi Menkominfo Budi Arie Setiadi imbas peretasan PDN
Baca SelengkapnyaDisinggung soal arah dukungan Jokowi, Puan meminta awak media bertanya kepada presiden langsung.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDIP Puan Maharani tak ingin mengomentari terkait dengan tuduhan terhadap Ketum PSI Kaesang Pangarep yang disebut sebagai bidak catur politik Presiden
Baca SelengkapnyaPasar akan jauh lebih percaya kepada profesional yang mampu mengelola keuangan dengan ba
Baca SelengkapnyaReshuffle merupakan kewenangan dari Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaWacana reshuffle kabinet muncul usai Presiden Jokowi bertemu dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Bogor.
Baca SelengkapnyaIsu Sri Mulyani akan mundur dari kabinet Indonesia Maju diembuskan oleh ekonom senior, Faisal Basri.
Baca SelengkapnyaPDIP menanggapi isu pergantin Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan (BG).
Baca SelengkapnyaTanpa menahan, Luhut mempersilakan menteri yang ingin mundur segera pamit dari jabatannya.
Baca SelengkapnyaBudi tidak bisa menjamin jika pekan depan tak ada reshuffle.
Baca Selengkapnya