Mengungkap Dalang Kerusuhan 22 Mei
Merdeka.com - Sejumlah massa melakukan aksi unjuk rasa pada 21-22 Mei 2019 lalu. Mereka melakukan demonstrasi di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menolak hasil Pemilu 2019.
Awalnya, aksi massa berlangsung damai. Namun pada Rabu (22/5) dini hari sebagian massa mulai brutal. Mereka melakukan kerusuhan di beberapa titik wilayah Jakarta. Letupan kericuhan sebenarnya sudah terjadi pada 21 Mei 2019.
Polisi menduga, sejumlah kericuhan terjadi karena ada provokatornya dan sudah disiapkan oleh sekelompok orang. Lalu siapa dalang kerusuhan 22 Mei 2019? Berikut ulasannya:
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Bagaimana kerusuhan terjadi di Banyumas? Para suporter menyalakan flare dan kemudian merangsek masuk ke dalam stadion.
-
Kapan keributan di hajatan terjadi? 'Minggu (7/7), terjadi perselisihan antara saudara MK dan DN di salah satu acara hajatan di wilayah hukum Polsek Majalaya,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Di mana kerusuhan terjadi? Kerusuhan anti-Yahudi terjadi pada 7–8 Juni 1948, di kota Oujda dan Jerada, di protektorat Prancis di Maroko sebagai tanggapan terhadap Perang Arab-Israel tahun 1948 yang diikuti dengan deklarasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 14 Mei.
Deteksi Lewat Intelijen
Pemerintah mengaku telah mengetahui dalang kerusuhan pada 22 Mei 2019. Dalang itu diketahui dari investigasi intelijen yang selama ini terus mengamati situasi sebelum aksi terjadi. Namun pemerintah enggan mengungkap siapa dalang kerusuhan itu.
"Kalau saudara jeli mengamati, kan ada satu keterkaitan antarkasus satu dengan kasus yang lain. Makanya kami simpulkan dalang itu kami sudah tahu dan sedang dalam kajian penyelidikan lebih dalam lagi," kata Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto.
Kerusuhan 22 Mei By Design
Polisi mengungkap jika kerusuhan yang terjadi bukan dilakukan spontan melainkan sudah direncanakan sebelumnya. Hal ini terungkap setelah polisi mengamankan massa dan menyita bukti-bukti seperti amplop, petasan dan batu-batu."Saya menyampaikan bahwa dari rangkaian tadi bahwa peristiwa dini hari tadi bukan massa spontan, bukan massa spontan bukan peristiwa spontan, tapi peristiwa by design peristiwa settingan," ujar Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal dalam jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam.
Polisi Amankan Bukti-Bukti
Polisi menangkap 257 pelaku kerusuhan dan menetapkan mereka sebagai tersangka. Dari penangkapan itu terungkap bahwa para pelaku mayoritas pengangguran. Selain itu, mereka berasal dari luar daerah dan sengaja datang untuk membuat keonaran. Mereka dibayar Rp300 ribu per hari. Mereka langsung mendapat bayaran pada hari itu."Pelaku juga tatoan, ini sampel saja salah satunya. Juga perlu disampaikan mayoritas tidak bekerja dan dari luar Jakarta," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (22/5).Polisi juga mengamankan banyak barang bukti dari tersangka. Bukti-bukti itu berupa uang, bom molotov, petasan, celurit hingga mobil ambulans yang mengangkut bongkahan batu. Bahkan yang mengejutkan ialah ada senjata api. Senjata itu sudah diamankan polisi.
Penyelidikan
Polisi terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap dalang dari kerusuhan 22 Mei 2019. Tersangka kerusuhan juga terus bertambah seiring gencarnya pemeriksaan polisi terhadap orang-orang yang terlibat kerusuhan.Polisi tengah memilah dan mengklarifikasi peran masing-masing pelaku di lapangan. Pihaknya memilah siapa saja yang bertugas sebagai koordinator lapangan maupun aktor intelektual. Termasuk juga memilah barang bukti yang ditemukan oleh aparat keamanan di lapangan dan menelusuri apakah ada pemasok barang-barang temuan tersebut."Semuanya didalami, termasuk kendaraan juga didalami oleh penyidik. Biar pemeriksaan tuntas dulu. Sesuai dengan hasil pemeriksaan itu, pemilahan nanti akan ketemu sesuai dengan peran masing-masing dalam suatu design kerusuhan yang mereka lakukan," jelas Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Kamis (23/5).
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saling dorong yang terjadi membuat pagar balai kota akhirnya jebol. Sebagian massa tampak masuk ke kompleks balai kota. CCTV, tanaman dan paving block dirusak.
Baca SelengkapnyaMassa menolak Pemilu curang sampai menerobos barikade polisi.
Baca SelengkapnyaKelompok Anarko ini menyusup dan melarikan diri ke sejumlah kampus yang sebelumnya menggelar aksi unjuk rasa.
Baca SelengkapnyaLemparan batu, botol, dan benda lainnya sempat mewarnai kericuhan tersebut.
Baca SelengkapnyaDi sisi kanan, massa membakar ban bekas dan melemparkan botol-botol ke arah barikade petugas yang berada di dalam kawasan Gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaOrang tak dikenal melemparkan batu ke arah anggota yang bertugas. Beruntung, tidak ada korban jiwa maupun luka dalam insiden ini.
Baca SelengkapnyaKerusuhan itu terjadi akibat provokasi yang dilakukan sejumlah pihak saat mediasi berlangsung.
Baca SelengkapnyaKedua kubu awalnya hanya saling beradu argumen, namun situasi kian panas hingga diwarnai lemparan batu dan botol air mineral.
Baca SelengkapnyaKelompok itu akan melakukan penutupan jalan pantura, dan pintu tol menuju Krapyak.
Baca SelengkapnyaPolisi berhasil menguraikan massa melalui pasukan PHH dengan SOP yang ada
Baca SelengkapnyaDikutip melalui akun instagram @jktinfo, terekam sejumlah masyarakat yang dari kedua sisi jalan saling menyerang dengan batu dan petasan
Baca SelengkapnyaSempat terlihat ada yang memprovokasi kemudian mengambil barang senjata tajam dan mengajak untuk melakukan kekerasan.
Baca Selengkapnya