Modal politik dan jaringan 212 di belakang Tuan Guru Bajang melawan AHY
Merdeka.com - Sepuluh tahun pimpin Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dinilai jadi modal cukup untuk Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi maju Pilpres 2019. Tak cuma pengalaman di pemerintahan, TGB juga tak diragukan lagi sebagai juru dakwah tentang ajaran Islam. Ini bisa menjadi poin penting untuk masuk di kancah perpolitikan nasional selevel pemilihan presiden.
Ketua Tim Relawan Kami TGB, Badrun HM mengatakan, sejak lama Gubernur NTB dua periode itu melakukan safari dakwah dari Sabang sampai Merauke. Bahkan, undangan demi undangan untuk mengisi dakwa selalu dihadiri oleh TGB tiap Jumat, Sabtu dan Minggu.
"TGB kan masih gubernur, jadi dakwah dilakukan saat libur," kata Badrun.
-
Siapa yang menjadi calon gubernur Jawa Barat? Calon Gubernur Jawa Barat Ahmad Syaikhu menggagas program Teras ASIH.
-
Apa kekurangan Ilham Habibie dalam Pilgub Jabar? 'Itukan semacam, tidak menanam tapi pengin panen,' ungkap Usep saat dihubungi Merdeka.com, Jumat(7/6).
-
Siapa Presiden Penyair Jawa Timur? Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Siapa yang memimpin Golkar? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendampingi Presiden Joko Widodo yang memimpin jalannya KTT di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu (6/9).
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
Undangan untuk mengisi dakwah sampai antre. Tapi, Badrun menegaskan, tak ada bicara politik praktis dalam dakwah yang disampaikan oleh TGB.
Badrun mengatakan, undangan dakwah disampaikan dari berbagai elemen keagamaan. Mulai dari Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah bahkan jaringan alumni 212.
Dia mengakui, di antara banyaknya relawan yang bergabung ada juga unsur alumni 212. Tapi, dia menekankan, hal tersebut lantaran pihaknya menerima semua kalangan asalkan tujuannya baik. Yakni demi memberikan calon alternatif di Pilpres 2019 mendatang.
"Tapi dorongan TGB maju pilpres tidak ada kaitannya dengan 212," kata dia.
Tak cuma dari unsur keagamaan, dari kalangan kampus, akademisi juga kerap mengundang TGB untuk berdakwah. Lagi-lagi, dia menegaskan, dakwah yang selama ini dilakukan TGB bukan terkait politik praktis.
Bicara peran 212 dalam dorongan TGB maju Pilpres 2019, Badrun mengatakan, sebagai relawan dia tak bisa menolak siapapun yang ingin bergabung. Meski mengakui ada 212, tapi dia menambahkan, perannya tak besar. Hanya beberapa kali TGB penuhi undangan dakwah dari alumni 212 itu.
"Di pesantren Jateng, Jatim, Jabar, itu pesantren memang bukan jaringan 212. Walaupun ada dari alumni 212 undang TGB untuk isi dakwah seperti di Sumut dan Palembang. Yang undang TGB itu beragam, dari Muhammadiyah, NU, Persis, dari seluruh organisasi. Termasuk kampus besar seperti ITB, UGM, IPB, dia ceramah, posisinya diundang tidak meminta," tutur dia.
Modal jaringan Islam TGB memang dinilai cukup kuat. Tapi soal kendaraan politik, itu yang saat ini masih menjadi pekerjaan rumah tim relawan dan TGB.
Meski TGB merupakan kader Demokrat, tapi partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu sendiri punya putra mahkota yang tengah gencar sosialisasi cawapres. Dia adalah putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sulitnya TGB maju melalui Demokrat pun diakui oleh Badrun. Tapi dia tak kehabisan akal. Tak menutup kemungkinan untuk maju dari luar partai.
"Persoalan nanti TGB menggunakan partai apa, itu akan kita serahkan kepada TGB. Beliau ke mana, poros mana, tak diusung Demokrat kami terima, tapi kita tetap sebagai relawan memperkenalkan figur ini ke elite partai dan masyarakat luas," kata Badrun.
Relawan sejauh ini masih mengandalkan media sosial untuk memperkenalkan sosok TGB. Menurut Badrun, komunikasi yang dijalin antara TGB dan parpol juga masih sebatas melalui media sosial.
"Kalau dalam satu dua bulan ke depan elektabilitas TGB naik, saya kira partai realistis, itu pandanga kami," terang dia.
Bicara realitas politik, Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun menilai, secara kualitas memang TGB jauh lebih punya pengalaman ketimbang AHY, anak emas Demokrat. Modal 10 tahun pimpin NTB bisa menjadi tolok ukur.
Begitupun dengan kompetensi serta pengalaman. Rico lebih menjagokan TGB dibanding putra mahkota Demokrat.
"Secara kualitas TGB jelas memiliki kompetensi untuk maju menjadi capres. Bicara track record dibanding AHY jelas TGB lebih matang. TGB jelas sudah punya pengalaman riil memimpin sebuah provinsi," tegas Rico.
Selain itu, bicara pemimpin muda, TGB juga tak kalah baik dari AHY. Saat terpilih menjadi gubernur NTB 10 tahun lalu, usia TGB masih relatif muda.
"Bicara arus besar kenaikan politik Islam, TGB jelas punya basis. Muda, pengalaman, religius. TGB sudah punya ketiganya dan jelas lebih riil ketimbang AHY," tutur dia.
DPD Demokrat NTB mendukung TGB bersaing dengan AHY untuk mendapatkan tiket maju Pilpres 2019. TGB dinilai memiliki banyak dukungan dari kader daerah.
"Saya komunikasi dengan ketua-ketua DPD yang lain, apakah dari Sumatera dan Kalimantan dan sebagainya. AHY dan TGB sama-sama diidolakan. Saya komunikasi dengan teman-teman dari Sumatera, Riau, Aceh dan sebagainya," jelas Ketua DPD Partai Demokrat NTB, Mahally Fikri.
Mahally mengatakan, TGB dan AHY adalah kader yang sama-sama memiliki potensi dan kapasitas menjadi pemimpin nasional. Siapa yang nantinya akan diusung menjadi capres, tergantung elektabilitas siapa yang lebih tinggi.
"Semua tahu ada idola Demokrat, selain AHY, juga ada TGB," ujarnya.
Namun, dorongan kader daerah itu mendapat sinisme dari pimpinan DPP Partai Demokrat.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Syarif Hasan menilai, elektabilitas TGB, masih jauh berada di bawah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Seperti diketahui, AHY memang telah banyak didorong kader elite Demokrat untuk maju di Pilpres 2019.
"Sangat jauh (di bawah AHY). Sangat jauh," ujarnya kepada merdeka.com ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (20/3).
Syarif menilai, sosok TGB biasa saja dan tak ada sesuatu yang spesial. Namun DPP mempersilakan Gubernur NTB dua periode itu melakukan sosialisasi. Keputusan siapa nantinya calon yang akan diusung Demokrat ialah sosok yang elektabilitasnya tinggi.
Syarief juga tak mempersoalkan jika DPD Demokrat NTB mengusulkan TGB sebagai capres atau cawapres. Keputusan partai tetap mengacu pada mekanisme yang ada.
"Mekanismenya kan ada. Mekanismenya iu adalah bagaimana elektabilitasnya. Nah setahu saya elektabilitas TGB itu masih nol koma. Nah kalau masih nol koma kita tentunya tidak menjadi reference," jelasnya.
Syarif mengatakan, tingkat elektabilitas ditentukan oleh lembaga survei. Sedangkan lembaga survei menempatkan TGB sangat jauh di bawah AHY.
"Bukan di bawah AHY, paling bawah, sehingga tidak signifikan dijadikan reference," terangnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Syaikhu dan Dedi pernah menjadi rival di Pilkada Jabar 2018. Meski keduanya kalah melawan Ridwan Kamil, tapi peroleh suara Syaikhu jauh dari Dedi.
Baca SelengkapnyaTGB juga merupakan sosok ulama yang nasionalis, hal itu sejalan dengan pemikiran partai Perindo dan ingin mewujudkan cita-cita untuk bangsa Indonesia.
Baca SelengkapnyaSekjen PDI Perjuangan Hasto membenarkan Mahfud MD disuarakan publik menjadi Cawapres Ganjar.
Baca SelengkapnyaDia mengatakan, proposal PKB sudah jelas untuk usung Gus Yusuf menjadi cagub.
Baca SelengkapnyaTerpilihnya Mahfud MD sebagai pendamping Ganjar dan Cak Imin sebagai pendamping Anies mengindikasikan pentingnya suara NU dan Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaModal sudah dikantongi Hadi Tjahjanto, kini hanya perlu melakukan komunikasi dengan partai politik.
Baca SelengkapnyaYenny berujar, kedatangan Abuya Muhtadi merupakan bentuk nyata pemberian dukungan kepada pasangan Ganjar-Mahfud.
Baca SelengkapnyaKIM Plus tidak lagi akan mengusung Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep mendampingi Ahmad Luthfi di Pilkada Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaDi masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri (2001-2004), ia diangkat menjadi Menteri Hukum dan HAM.
Baca SelengkapnyaTapal Kuda adalah basis pemilih warga nahdliyin yang selama ini menjadi lumbung suara PKB.
Baca SelengkapnyaPada Pemilu 2019, PDIP meraup 5,77 juta suara atau 29,71 persen, sementara PKB di urutan kedua dengan 2,73 juta suara atau 14,04 persen.
Baca SelengkapnyaPasangan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen diusung dengan kekuatan besar sebab ada sembilan partai politik (parpol) dan lima partai nonparlemen.
Baca Selengkapnya