Orba kerap pelintir sejarah, PDIP dukung tragedi 1965 diungkap

Merdeka.com - Anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu mendukung langkah tegas pemerintah untuk mengungkap tragedi pembunuhan massal 1965. Menurutnya, tragedi yang keji itu harus segera ditelusuri.
"Perlu ditelusuri sih oleh negara. Informasi yang ada selama ini kan semacam informasi yang seliweran. Tapi di beberapa tempat kan memang fakta itu ada," kata Masinton saat dihubungi, Senin (25/4).
Politikus PDIP ini mengakui Orde Baru (orba) telah memelintir fakta sejarah dengan membuat sejarah baru yang menguntungkan pemerintahan saat itu. Maka dari itu, menurutnya dengan diungkapnya kasus pelanggaran HAM berat ini perlahan sejarah bisa diluruskan.
"Selama Orde Baru memang praktis ditutupi fakta-fakta sejarah itu. Maka kemauan dari pemerintah untuk menelusuri itu harus didukung. Karena apapun ini adalah berkaitan dengan sejarah bangsa kita. Kita apresiasi niat pemerintah," tuturnya.
Masinton berujar, pemerintah mewakili negara tak perlu tergesa meminta maaf pada keluarga korban pelanggaran HAM berat 1965. Justru menurutnya secara berlapis, fakta sejarah harus diungkap dulu.
"Ditelusuri dulu saja fakta-fakta sejarahnya. Ada tahapan-tahapannya. Kalau memang nanti fakta-fakta itu terungkap dan juga korban-korbannya ada, kemudian ternyata memang kita mengalami masalah sejarah kelam karena perbedaan politik kemudian diperlakukan tidak manusiawi, bahkan dibunuh. Dalam konteks ini negara memang harus mengakui itu," pungkasnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Menko Polhukam Luhut Pandjaitan tiba-tiba dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/4) pagi. Luhut mengaku dipanggil presiden untuk membahas kasus-kasus pelanggaran HAM termasuk tragedi 1965.
"Tadi laporan mengenai masalah HAM, PKI dan HAM segala macam," kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/4).
Presiden Jokowi menginstruksikan mencari kebenaran perihal kuburan massal dari korban tragedi 1965. Presiden ingin mengetahui kepastian ada tidaknya ratusan ribu orang yang merenggang nyawa pada tragedi tersebut.
"Presiden tadi memberitahu bahwa memang disuruh cari saja kalau ada kuburan massalnya itu. Jadi selama ini berpuluh-puluh tahun kita selalu dicekoki bahwa sekian ratus ribu yang mati. Padahal sampai hari ini belum pernah kita menemukan satu kuburan massal," ujarnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya