Para tokoh NU ini beda 'kiblat' soal capres
Merdeka.com - Pemilihan presiden (Pilpres) 2014 sebentar lagi akan diselenggarakan. Pada 9 Juli mendatang, rakyat Indonesia akan menentukan nasib Indonesia lima tahun mendatang dengan memilih pasangan capres-cawapres yang akan berkuasa di republik.
Dua pasangan capres-cawapres telah mendeklarasikan dan mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) sebagai peserta Pilpres. Adalah pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa dan pasangan Joko Widodo ( Jokowi ) - Jusuf Kalla (JK) yang akan 'bertempur' memperebutkan kursi kekuasaan di republik ini.
Banjir dukungan pun didapatkan masing-masing pasangan capres-cawapres. Tak hanya dukungan dari partai politik, dukungan dari para tokoh organisasi massa pun mengalir kepada mereka.
-
Siapa pendiri NU? KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh penting dibalik organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ia memprakarsai berdirinya NU pada 1926, mendapat julukan Hadratus Syekh (maha guru), sekaligus menjadi Rais Akbar NU pertama.
-
Apa yang menentukan mesin politik Jokowi dan mesin politik NU? Mereka yang bekerja sepenuh hati berbasis loyalitas, kesamaan frekuensi ideologis, dan keyakinan intelektualitas, akan bekerja lebih rapi ketimbang para influencer atau buzzer bayaran (seprofesional apapun mereka, pasti hasil kerjanya akan bebeda).
-
Siapa pendiri NU dan Muhammadiyah? Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya. NU didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional sebagai reaksi atas prestasi ideologi gerakan modernisme Islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
-
Bagaimana cara NU memperjuangkan umat Islam? Partai ini memperjuangkan kepentingan umat Islam terutama masyarakat Islam yang berada di kelas bawah.
-
Siapa yang mendirikan NU dan Muhammadiyah? NU atau Nahdlatul Ulama, didirikan oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Surabaya pada 31 Januari 1926. Sementara itu, Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912.
-
Bagaimana NU dan Muhammadiyah berdampak pada perkembangan Islam di Indonesia? NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam sejarah perjalanan negara ini dan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
Salah satunya adalah dukungan dari para tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Meski secara organisasi NU tak mendukung salah satu pasangan calon, nyatanya sejumlah tokoh ormas bentukan KH Hasyim Asy'ari pada 31 Januari 1926 itu terang-terangan mendukung capres-cawapres yang menjadi jagoannya.
Dukungan tersebut tentu saja dapat mempengaruhi perolehan suara para capres-cawapres. Sebab seperti diketahui, NU merupakan salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. Bahkan diperkirakan kader NU atau yang biasa disebut Nahdliyin berjumlah 60 juta orang.
Apalagi budaya santun, hormat dan mengikuti yang lebih tua atau dihormati di NU masih sangat kental. Tentu saja dukungan dari para tokoh NU akan memberi pengaruh di tingkar akar rumput dalam menentukan pilihannya pada 9 Juli mendatang.
Berikut para tokoh NU yang terang-terangan mendukung capres-cawapres jagoannya seperti dirangkum merdeka.com.
KH Said Aqil Siradj
Ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj secara pribadi mendukung capres Prabowo Subianto di Pilpres 2014. Namun demikian ia memberi kebebasan kepada warga NU dalam menentukan pilihannya sendiri."Warga NU bebas memilih siapa saja sebagai capres, tapi saya secara pribadi mendukung Prabowo," kata Said Aqil disela acara pelantikan PCNU Kota Depok di Masjid Kubah Emas Depok, Jabar, Kamis (15/5).Salah satu alasan Said mendukung Prabowo karena sebagai purnawirawan jenderal bintang tiga, Prabowo mempunyai sikap tegas, berani, wibawa untuk membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Prabowo juga dinilai merupakan sosok warga Indonesia yang tegas dan memikirkan rakyat kecil seperti petani, buruh, nelayan, dan lainnya."Kita juga harus berdaulat secara ekonomi, politik dan juga budaya. Jadi bukan hanya secara geografis saja," ucapnya, menegaskan.Said menambahkan, saat ini Indonesia harus dipimpin oleh seorang yang mempunyai sosok berani sehingga bisa berdaulat secara ekonomi. "Jangan sampai bangsa Indonesia dikangkangi oleh para investor," ujarnya.
Ahmad Dhani
Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) sekaligus musisi terkenal, Ahmad Dhani secara terang-terangan mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Dhani yang hadir dalam acara deklarasi artis dan pengusaha mendukung capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, kemarin di Rumah Polonia, Cempedak, Jakarta Timur, menilai Prabowo adalah seorang yang tegas dan berwibawa."Kalau menurut survei saya, semua laki-laki jantan pilih Prabowo," kata Dhani di Rumah Polonia, Cipinang Cempedak, Jakarta, Rabu (21/5).Selain itu, sebagai warga NU Dhani mengaku mengikuti Ketua Umum NU Said Aqil Siradj yang lebih memilih mendukung Prabowo-Hatta ketimbang Jokowi-JK."Saya ikut pak Aqil saja. Saya kan anggota NU juga," kata Dhani.Tak hanya mendukung, Dhani juga masuk dalam tim pemenangan Prabowo-Hatta. Tim pemenangan itu akan dipimpin oleh bekas kandidat capres PKB Mahfud MD."Iya Insya Allah (ikut tim pemenangan)," kata Dhani.
KH Hasyim Muzadi
Berbeda dengan dua orang sebelumnya, mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi justru mendukung pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Dukungan pada pasangan itu tak lepas dari posisi JK sebagai keluarga besar NU."Tempo hari saya menyatakan sebelum selesainya pasangan capres cawapres, bahwa saya akan memilih capres cawapres mana pun yang ada tokoh NU-nya. Ternyata sekarang yang ada adalah pasangan Jokowi-JK. Maka saya harus konsekuen terhadap apa yang saya katakan, yakni saya memilih Jokowi-JK," kata Hasyim Muzadi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/5).Menurutnya, keputusan ini tidak semata-mata fanatismenya terhadap NU. Namun lantaran realita masyarakat muslim memang kebanyakan warga NU, dan NU telah membuktikan sikap kebangsaan nasionalis sepanjang sejarah indonesia."Siapa pun tidak bisa meragukan ke-Islaman JK, ke-NU-anya serta integritas, visioner dan kompetensinya dalam masalah kenegaraan. Hasil-hasil amalnya sudah jelas dalam mengatasi konflik agama, masalah Aceh dan sebagainya. Beliau berani dan tidak ekstrem," tutupnya.
Nusron Wahid
Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid, mendukung pasangan Jokowi-JK di Pilpres 2014. Politikus Golkar itu bahkan hadir dalam deklarasi Jokowi-JK di Gedung Joang 45 pada Senin (19/5)."Saya atas nama warga negara, masa nggak bisa. Atas nama Ansor juga, tokoh muda NU," kata Nusron Wahid saat dihubungi merdeka.com, Selasa (20/5).Nusron mengatakan, kedatangannya untuk mendukung Jusuf Kalla lantaran cawapres Jokowi tersebut merupakan tokoh NU dan menjabat sebagai Dewan Mustasyar NU."Pak JK kan Dewan Mustasyar NU. Kalau orang NU punya hajat ya kita gotong royong kita dukung," papar mantan Ketua Umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tersebut.Dia menambahkan, Ansor sebagai organisasi tidak memiliki hak pilih. Namun sebagai organisasi sayap NU, Ansor memiliki kewajiban untuk ukhwah nahdliyah, atau persaudaraan sebagai sesama warga NU."Ansor tidak punya hak pilih kan organisasi. Tapi warga Ansor punya semangat ukhwah nahdlaiyah," ujarnya.
Khofifah Indar Parawansa
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mendukung pasangan Jokowi-JK di Pilpres kali ini. Mantan cagub Jawa Timur ini bahkan menilai pasangan Jokowi-JK mirip dengan pasangan pemimpin Amerika Serikat, Obama-Joe Biden, keduanya saling melengkapi dalam pemerintahan."Mungkin banyak publik diingatkan kesuksesan Obama dan Joe Biden. Bagaimana Joe Biden mewakili kelompok senior bisa melengkapi kepemimpinan yang ada," kata Khofifah Indar Parawansa di kantor DPP PKB, Selasa (20/5).Sebelumnya, Khofifah telah ditunjuk menjadi juru bicara Jokowi. Penunjukkan langsung dilakukan oleh Jokowi saat bertandang ke rumah Khofifah di Jalan Jemursari 24, Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/5).Jokowi mengungkapkan sudah lama mengenal Khofifah dan beberapa kali menggelar pertemuan. Mantan wali kota Solo itu mengatakan kalau dirinya pernah meminta Khofifah membantunya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Beliau menyampaikan kalau ke-NU-an Khofifah katanya asli," ujar Khofifah
Baca SelengkapnyaKetum PBNU Yahya Cholil Staquf merespons isu terkait kader NU yang akan mengisi jabatan di kabinet Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Ali Masykur Musa menilai Khofifah adalah kader NU sempurna
Baca SelengkapnyaKetum PBNU Gus Yahya menyambut baik kebijakan organisasi masyarakat (ormas) keagamaan yang memperoleh Izin Usaha Pertambangan dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaSoal posisi menteri untuk warga NU, Gus Yahya menyerahkan kepada Prabowo.
Baca SelengkapnyaPerbedaan NU dan Muhammadiyah dapat meningkatkan toleransi bangsa.
Baca SelengkapnyaNU menjadi ormas Islam yang paling tinggi tingkat kepuasannya terhadap kinerja pemerintahan Jokowi dengan 78,4 persen.
Baca SelengkapnyaHarlah ke-25 PKB digelar di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaGus Yahya berkelakar sebagian masyarakat merupakan bagian dari NU sehingga tidak perlu kaget jika menteri kabinet pemerintahan selanjutnya dari NU.
Baca SelengkapnyaBanyak tokoh NU bergabung dengan Partai Amanat Nasional
Baca SelengkapnyaGus Yahya mempersilakan seluruh warga NU memilih siapapun di pilpres 2024.
Baca Selengkapnya