PDIP Klaim Semua Partai Koalisi Jokowi-Ma'ruf Dapat Coattail Effect
Merdeka.com - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDI Perjuangan Ahmad Basarah membantah efek ekor jas (coattail effect) dari pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin hanya dinikmati oleh partainya.
Hal ini ia katakan terkait dengan ucapan Presiden keenam sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengatakan hanya Partai Gerindra dan PDI Perjuangan yang mendapat keuntungan dari pasangan capres-cawapres di Pemilu 2019.
Menurut Basarah, coattail effect telah terbagi rata ke semua partai koalisi di Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Sehingga tidak hanya terfokus untuk PDI Perjuangan.
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Jokowi tampak didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
-
Siapa yang mendampingi Jokowi dalam pertemuan? Sementara, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi lebih dulu datang di istana Kepresidenan. Budi ikut mendampingi Jokowi dalam pertemuan bersama Satya.
-
Siapa yang disebut sebagai timnya Jokowi? 'Prabowo-Gibran serta koalisi Indonesia maju, kami terang-terangan dan tidak malu-malu dan tidak mencla-mencle. Kami adalah timnya Pak Joko Widodo dan Anda tahu saya sekian tahun adalah lawan Pak Jokowi. Dua kali saya kalah (dari Jokowi),'
-
Siapa yang mendampingi Jokowi saat mencoblos? Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana mencoblos capres-cawapres, caleg DPR RI, DPD RI, dan DPRD Kota Jakarta.
-
Siapa yang usulkan Jokowi jadi pemimpin? Usulan tersebut merupakan aspirasi dan pendapat dari sejumlah pihak.
"Sudah bisa dibagi rata karena memang goodwill (niat baik) kami (PDIP), niat baik kami itu, tidak untuk mengambil semua," katanya di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (13/11).
Dia justru menilai pernyataan SBY tersebut sebagai bentuk evaluasi dari Pemilu 2009. Kata dia, kemenangan Partai Demokrat di Pemilu saat itu itu karena efek ekor jas dari SBY-Boediono sebagai pasangan capres-cawapres.
"Coattail effect ini bukan sesuatu yang harus dipersoalkan karena memang inilah sistem yang sekarang ini kita pakai dalam sistem pilpres kita. dan Pak SBY pernah menikmati coattail effect itu di tahun 2009," ujarnya.
Basarah menjelaskan komposisi pasangan Jokowi-Ma'ruf, imbang dan tidak menguntungkan satu pihak saja. Mulai dari Ma'ruf Amin yang berasal dari Majelis Ulama Indonesia dan jabatan Ketua Tim Kampanye Nasional Erick Thohir yang berasal dari kalangan profesional.
"Ini bukti bahwa kami punya niat baik agar manfaat kebersamaan di koalisi pendukung Pak Jokowi bisa dirasakan partai politik lain, beda kalau kami mengambil semua," ungkapnya.
Wakil Ketua MPR ini menambahkan, coattail effect tidak dapat dirasakan partai jika tergabung dalam koalisi yang pasangan capres-cawapres berasal dari satu partai yang sama. Lain halnya dengan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf yang ia anggap tidak didominasi oleh partai berlambang Banteng moncong putih itu.
"Yang pasti calon wakil presiden yang diusung PDIP ini bukan dari partai yang sama, sehingga kami me-share posisi posisi itu. Beda kalau kami menetapkan capres dari partai kami, cawapres dari partai kami, ketua timses dari partai kami. Itu kami share," ucapnya.
Sebelumnya SBY memaparkan, ada tiga hal yang membuat pemilu 2019 mendatang jauh lebih berat. Pertama, SBY menguraikan pemilu 2019 ini dilaksanakan secara serentak yakni Pilpres bersamaan dengan Pileg. Imbasnya partai politik yang punya capres sangat diuntungkan. Contohnya PDIP dan Partai Gerindra.
"PDIP dengan Pak Jokowi sebagai capres kader partai itu dan Partai Gerindra dengan Prabowo sebagai capres kader Partai Gerindra. Suara kedua partai politik itu meningkat tajam. Mental partai politik yang tidak punya capres dan cawapres suaranya menurun. Anjlok. Itu nyata," di pembekalan Calon Legislatif DPR RI dan Konsolidasi Partai Demokrat se-Indonesia yang berlangsung di Hotel Sultan, Sabtu (10/11).
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kubu Prabowo-Gibran menilai upaya Presiden Jokowi mempertemukan antar kubu menjadi lawan politik tersebut merupakan baik.
Baca SelengkapnyaDi DPP PAN, bersama Jokowi partai-partai pemerintah minus PDIP dan NasDem bicara wacana pembentukan koalisi besar.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengatakan, tidak masalah jika partai koalisi di tingkat nasional punya koalisi berbeda di tingkat daerah.
Baca SelengkapnyaJokowi buka suara terkait sindiran PDIP bahwa Bobby Nasution banyak didukung partai di Pilkada Sumut karena menantu presiden.
Baca SelengkapnyaPemilu 2019 dimenangkan oleh Jokowi-Maaruf dan Partai PDIP.
Baca SelengkapnyaMayoritas para pembantu Prabowo itu berasal dari partai koalisi yang mendukungnya di Pilpres 2024 lalu.
Baca SelengkapnyaDia menyebut, adanya hubungan tersebut membuat persepsi publik buruk terhadap Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaManuver KIM Plus membuat PDIP kesulitan mengusung kader mereka di Pilkada 2024. Di beberapa daerah, PDIP membutuhkan koalisi untuk memenuhi syarat dukungan.
Baca SelengkapnyaPoltracking mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran mengalahkan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin dengan selisih suara yang besar.
Baca SelengkapnyaKoalisi gemuk ini diyakini akan mempersulit konfigurasi cawapres untuk dipasangkan dengan Prabowo.
Baca SelengkapnyaTermasuk, langkah Golkar dalam bergabung ke Koalisi Indonesia Maju bersama Partai Gerindra.
Baca SelengkapnyaYusril pun membandingkan pasangan calon lain yang juga didukung oleh tokoh-tokoh berpengaruh lain.
Baca Selengkapnya